Bintang – bintang berpijaran menghiasi singgasana langit
Di selinggi sinar rembulan yang kerabunan
Diiringi tarian kecerian ombak – ombak yang berkejaran – kejaran
merayu kawanan camar – camar yanG sesekali mencumbunya mesrah
gerak pasir yang tersapu angin desingan
bagai deru langkah ribuan bala tentara beradu jalan
aku berdiri tegar diatas Gundukan pasir – pasir
memendam amarah Ketamakan
Malam yang diselimuti gelap dari kejauhan aku melihat kerlap – kerlip lampu jalanan
dikelilingi pijaran warna – warni derekan – derakan mobil trontong berbaris rapih
milik korporasi negara pamam sam mengeksploitasi pertiwiku ditanah papua
Denegosiasi para Kapitallis Birokrat versus Korporasi Adikuasa
Menuai disvestasi 51% hinggah Sri Mulyani tersenyum Nakal
Menjabat Erat jemari Korporasi tersirat persahabatan
Lantaran sebentar lagi jemari halusNya mengenggam deretan angka – protozoa Modal
Skala Divestasi terlupakan dalam Agenda ketika saham Sudah menuai Konklusi
Lihat betapa tragis protozoa Modal mencuci kepala para pemangku kepentingan
Korporasi tersenyum bangga diselinggi pujian kepada Sang Dewa yang Mulia Joko Widodo
Namun mengutuk dan menghujat rezim yang hilang pertimbangan dari perspektif Kemanusiaan
Seperti seorang suami yang menjual istrinya
Lantaran Tumpukan Hutang dan mimpi untuk akumulasi Kapital
Memamerkan Kemolekan Tubuh, merayu menunggu disetubuhi
Hinggah kerdil tersisakan buat diriNya, anak cucu kelaparan dibiarkan bergentayangan
Asal menuai profit ibu pertiwiNya rela di eksplotasi [disetubuhi]
Selagi Korporasi masih menjadi Makelar angka
Hingga Almarhum John F. Kenedi [mantan presiden Amerika] tersenyum bangga
Masalah penyerahan Irian Barat dari Kolonialisme Belanda ke Indonesia tempo dulu
Dalam Perjanjian New York menuai Hasil
ketika Free Port masih dibawah kendali Korporasi BangsaNya.
Ah ..... Aku jadi Rindu Soekarno
[Oleh : Kristoforus Arakian]
Komentar
Tulis komentar baru