Skip to Content

Saatnya Berhenti Percaya pada Angka: Registrasi SIM Card dan Luka Data yang Tak Terlihat

Foto Muhammad Ari Pratomo
files/user/9008/aifaceswap-3b5dc1501895e9923a911286fbdae991_0.jpg
aifaceswap-3b5dc1501895e9923a911286fbdae991.jpg

Angka memang terlihat sederhana. Deretan nomor NIK dan KK seringkali dianggap cukup sakti untuk membuka banyak akses dalam hidup kita—dari layanan kesehatan, pendidikan, hingga yang paling remeh sekalipun: aktivasi nomor ponsel.

Namun siapa sangka, di balik kesederhanaan angka-angka itu, tersembunyi luka digital yang tak kasat mata?

Berapa banyak dari kita yang tahu bahwa data pribadi kita mungkin telah disalahgunakan untuk mendaftarkan ratusan bahkan ribuan nomor SIM card tanpa seizin kita? Berapa banyak dari kita yang terbangun suatu hari, lalu mendapati bahwa identitas kita dipakai untuk penipuan, penyebaran hoaks, bahkan kejahatan lintas batas?

Dan celakanya, negara belum beranjak.
Kita masih berkutat pada sistem yang mengandalkan dua data yang sudah terlalu lama bocor: NIK dan KK. Dua angka yang bisa disalin, difotokopi, ditukar, bahkan diperjualbelikan.

Mengapa tidak beralih ke sidik jari digital?
Mengapa tidak memanfaatkan verifikasi wajah langsung (live face recognition) sebagaimana telah diterapkan di negara yang menghargai warganya?

Mengapa kecepatan birokrasi kita selalu kalah dari kecepatan kejahatan digital?

Ini bukan sekadar kritik. Ini panggilan.
Untuk sebuah sistem yang lebih adil. Lebih aman. Dan lebih manusiawi.
Karena data bukan hanya milik, tapi juga martabat.


Ditulis oleh Muhammad Ari Pratomo, Pengacara dan Penulis. Sebagai korban langsung dari penyalahgunaan data pribadi dalam registrasi SIM card ilegal, tulisan ini adalah bentuk perlawanan literasi dan seruan bagi perubahan regulasi nasional.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler