Skip to Content

Dua sisi segala Hal

Foto Gede deska

 

Namanya Kia, bibirnya merah muda dan mulutnya yang  beraroma vodka menyemburkan kalimat-kalimat  yang tak kumengerti.

“Adam”. Tahukah engkau,  bahwa laki-laki selalu berakhir di suatu tempat yang sama? Entah itu orang orang asing atau pacar kita sendiri. Apalagi yang di inginkan dari perempuan seperti saya?” Tanya Kia.

Tentu saja aku tak perlu menjawab. Lagi pula ia sudah mulai mabuk. Suara-suara yang keluar dari bibirnya mulai kurang terjaga. Di kedalaman matanya yang penuh bekas luka, tersimpan berjuta misteri yang tak terkuakkan . meski ia tertawa, meski ia tersenyum, meski ia berusaha menahan tangis, Namun selalu saja nampak misteri sembab dimatanya. Sekarang tubuhnya malah terlihat lunglai dan penuh kepasrahan. Akupun hanya bisa  menatapnya iba. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Di seberang jalan terlihat muda-mudi lalu-lalang sambil  bergandengan tangan. Pemandangan tersebut tak sedikitpun membuatku tertarik. Kia mengatakan bahwa semua itu sama saja? Entah itu orang asing atau pacar sendiri. dan Kia menyebut perempuan itu sama seperti dia.

Tetap saja tak mengerti apa yang dia ucapkan,  semua masih kuanggap seperti angin lalu, Semua bentuk upatan yang keluar adalah luapan emosi sebotol vodka. Tetapi dugaanku tak semuanya benar, lambat laun intonasinya  mulai teratur, kata demi kata pun  terangkai,  dan kalimat-kalimat yang sebelumnya amburadul jadi lebih berirama.

 Aku  memutuskan mengajak Kia  keluar menuju taman di seberang jalan, meninggalkan gemerlap lampu dan megahnya suasana, Surganya  kaum hedonis.Arsitektur yang  di ciptakan untuk menentang Tuhan.

“ Kau lihat mereka adam?” tiba- tiba Kia bertanya sembari menunjuk beberapa muda - mudi yang lewat sambil bergandeng tangan. Mereka itu tak seelegan apa yang kamu pikirkan. Belum tentu  mereka lebih bahagia dari para pemungut sampah.  Mereka hanya boneka hidup yang terikat oleh sebuah sistem yang merekapun sama sekali tak tahu. Dengan angkuhnya menjentikkan  jari mungilnya untuk memperoleh sesuatu. Seperti kisah 1001 malam, di gunakan sebagai pengantar tidur.Sensor-sensor mataku menjalar liar ke berbagai sudut pandang. Tak ada yang aneh maupun istimewa.  hanya ada sekelompok  muda-mudi  berbagi cerita dibawah sinar  lampu taman.

 tepat di sebuah bangku di tengah taman kota kami berhenti. Dapat kurasakan alam cukup bersahabat. Dengan tersipu sang candra mulai menebarkan sinar-sinar kedamaian. remang cahayanya mencoba menenggelamkan keangkuhan buana. bayu pun ikut ambil bagian, dengan lembutnya ia membelai rambut Kia, aliran udaranya yang lembut  membuatnya meliuk-liuk sempurna. Kulihat butiran-butiran  mutiara mulai membanjiri.  Ia terdengar  terisak.

Semesta  menenggelamkannya, ia sepeti buih-buih air di tengah lautan yang maha luas. Sendiri, sunyi dan mencekam.Akupun ikut larut, kurasakan tepi alam semesta begitu dekat, dan  tubuhku  berasa  diantara gugusan bintang sagitarius yang kelam, di tengah  hampa udara ini, dadaku mulai merasa sakit. Efek nya pun mulai naik ke otak. Aku berasa bagaikan patung lilin yang tersentuh Api. Meleleh dan membisu.

“Adam”. Kia bersuara. Tangannya dengan cekatan  mengelap  air mata yang tersisa.” Akankah semua berakhir sama, seperti cahaya lilin yang pelan-pelan habis di hanyutkan angin, seberkas cahaya kecil yang hidup diantara benderang lampu pijar, dan di butuhkan bila lampu pijar  mati suri. Ah, Andai Thomas alfa Edison masih hidup, dia pasti tertawa melihatku.

“Aku adalah bagian dari mereka”.Tangan Kia menunjuk kerumunan muda-mudi itu.Tetapi aku merasa bukan bagian dari mereka, tak ada yang bisa di harapkan. Di tengah gemerlap kemewahan. Semua menjadi kapitalis. Hedonisme telah merenggut keperawanan jiwa manuasiawiku dan  Individualistis bagaikan sel kanker yang secara pelan menggerogotiku. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang Adam?

Aku memandanginya bagaikan seorang peramal. Menatap ke dalam maha misteri dan menemukan rahasianya. Kondisi ini memperlihatkannya sebagai sesuatu yang lebih agung. Gelar Seorang hedonis, idividualis, atau bahkan seorang pelacur seakan tercabut detik ini. Kia lebih terlihat sebagai anak balita yang di tinggalkan orang tuanya di tengah kota. Fantasiku akan pandangan birahi terhadapnya mulai terjinakkan. Panah- panah yang berkobar, menjadi beku. dari matanya aku melihat malaikat memandangnya kepadaku seraya berkata. “ Kia adalah tunas baru jadi bantulah dia tumbuh.”

“Serendah itukah penghargaanmu terhadap dirimu ?” Aku blik bertanya.

“ Bahkan lebih rendah”.Jawab Kia. Aku sekarang tumbuh jadi seorang hawa yang tidak tahu siapa hawa itu sebenarnya. bukan lagi hawa yang terbuang  dari surga ke bumi. Tetapi hawa yang terbuang ke ruang hampa di tepi alam semesta. Selaput-selaput bernoda telah menutup mataku dan kecermelangan dunia mengikatku kedalam system yang membawa pada kehancuran.

          “Bukankah manusia tercipta sebagai system yang pasti hancur?”

          “Benar, Tetapi setidaknya aku tidak menjadi bagian sistem yang memuja mata rantai penilaian.aku juga ingin menjadi seorang penilai. Jadi saat aku hancur, nilai takakan menghakimiku, tetapi akulah yang menghakiminya.

          Jadi apa yang kurang Kia? Harta punya dan kebebasanmu pun penuh.

          Itulah yang menjadi masalahnya. Aku telah  larut dalam nilai sebuah sistem yang kubuat sendiri. psikologiku tak berkembang sempurna, jiwa sosialisku terenggut,dan  individualisku tertanam kuat sejak aku mulai belajar bicara. Semua serba monoton dan Serba pasti, seperti rutinitas makan yang terjadwal. Tahukah kau adam!. Itu cukup membosankan. kebebasan yang kudapat bukan hasil cipta, rasa dan karya dari hati. Itu adalah bentuk pelarianku untuk mencari sesuatu. karena tak dapat mengukurnya. Kebebasan malah berbalik menakarku. Jadi apa yang sekarang bisa kulakukan ?

          Aku terdiam mendengar pertanyaan Kia. Mataku  kosong menatap hamparan rumput, ingin rasanya aku bicara padanya dan segera kutayakan jawaban atas  pertanyaannya. “ Kamu harus memahami dan berkomunikasi pada mereka semua.” Sembari menunjuk keseluruh benda yang ada di taman.

          “ kamu kira aku sudah gila, Aku masih waras dam!” Kia terlihat jengah.

          “Aku tahu kamu masih waras.”

“terus?”

“walau mereka tak dapat bicara, tetapi mereka bisa memberikan jawaban atas semua pertanyaanmu.”

“caranya?”

Pahami dan bicaralah pada mereka. Karena pada dasarnya semua benda di dunia ini saling berkomunikasi.  Baik dengan cara visual maupun bahasa dan kita hanya butuh memahaminya dengan visual.”

”maksudnya?”

 

 

“ Hanya menerjemahkan pesan yang mereka sampaikan lewat symbol dan tanda.”Kita akan akan memulainya dari benda mati. Coba  kamu lihat bulan itu. Apa yang bisa kamu presepsikan dari bulan?

“cahaya”.

“Cuma itu?”

“ya.”

Bulan adalah symbol ketremtaman hati. Dia memberikan keindahan purnama tanpa harus, meminta balas budi atas purnamanya. Bulan juga memberikan efek pasang surut yang memberikan penghidupan para nelayan dan tumbuhan pantai.”

“tetapi bulan kan benda mati, sedangkan aku adalah  benda hidup.”

“ Oke, kita kebenda hidup. Tahu alasan kenapa rumput dan tumbuhan ada di taman ini?”

“di Tanam Manusia”.

“Benar, rumput  dan tumbuhan ada disini karena ditanam  manusia. Tetapi mereka bertahan disini karena ia memposisikan dan beradaptasi  dengan ingkungannya

“Jadi kesimpulannya apa?”

“Jika kamu, mulai merasa bimbang terhadap hidup ini. Pahami dan berkomunikasilah dengan Semesta. Ada berbagai misteri yang disimpan tuhan untuk di hadiahkan pada ciptaannya. Baik itu dari filosofi, cara hidup, itelegensi, ataupun cara kerja. Itu semua adalah symbol-simbol yang memberikanmu pemahaman luar biasa. Memang guru terbaik adalah pengalaman.tetapi pengalaman dihasilkan dari sebuah harmoni  pengelihatan, pendengaran dan perasaan, lalu mereka  diolah oleh logika dalam otak.itulah yang disebut pemahaman.” Asal kamu tahu Kia, engalaman hidupmu sungguh luar biasa.”

          “Luar biasa? Apanya yang luar biasa. Ngaco kamu dam” Terus kenapa pengalaman yang aku punya lewat begitu saja?.

          “ kamu hanya menikmatinya sebagai visualisasi, bukan memahami visualisasinya. Seperti para penikmat acara televisi yang tak tahu apa makna yang terkandung dari acara tersebut. Luar biasa, karena kamu sudah pernah mengalami gelap. Sebab untuk melihat terang harus dari  gelap.”

          “ Jadi untuk menjadi baik harus seperti saya dulu?. Hobi mabok, drug, free sex, dan juga ugal-ugalan. Itu ide gila adam!.”

          “Bukan begitu maksudnya Kia!.

          “so?”

          “ Gelap itu titik dimana dirimu benar-benar merasa sendiri dalam kebimbangan, entah apapun itu sebabnya.”

          “haruskah semuanya melewati yang namanya gelap?”

          “ secara logika sih iya.”

          “kenapa demikian?”

          “Agar orang dapat  pelajaran  perihal dua sisi dari segala hal. Baik dan buruk, ying dan yang,atau bisa juga order and chaos.tetapi kebanyakan orang sangat membenci bagian sisi gelapnya, dan dengan angkuhnya menutup hatinya dari hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut.Seperti kamu Kia.”  

          “ seperti aku?”.Sok tahu kamu dam.” Jawab Kia sambil terkekeh.

          Semilir sang bayu beriring searah jarum jam menyusul mencairnya suasana.Tunas-tunas barupun mulai bermunculan, menggeliatkan secercah harapan yang mulai merekah. sepertinya sebuah siklus sederhana telah melahirka bayi dewasa dan  Aku merasa beruntung  karena dapat secara langsung menyaksikannya.Tanpa disadari Rintik air  hujan dengan lembut  menyapu wajah,,  tak ada yang bergeming, kulihat Kia malah menikmatinya.

          “I just want to the know who I’am adam? Suara Kia mengagetkankan lamunanku.

          “ Butuh proses Kia.”

          Ingin rasanya aku berteriak sembari mengatakan.” I wanna do it”. berharap  hujan datang  menyirami kesalahan ini dan  Semoga aku juga dapat berterimakasih terhadap hadiah dari dua sisi segala hal.

          “kenapa kau tak melakukannya?”

          “Aku sudah melakukannya, bahkan seluruh tubuhku, kecuali mulutku. Suaraku tertahan karena aku terlalu bahagia.”

          “ Kia, semoga tunas-tunasmu tumbuh beriring dengan dengan lahirnya impianmu,

Biarkan akar-akamu menghujam kuat kebumi, agar badanmu tertopang kokoh sehingga mampu menyanggamu melewati dinginya embun pagi. Seperti benih dan hujan yang lahir berulang supaya  bebas.”

Aku pun tegak dan segera beranjak pergi.

          “ tunggu!. Cegah Kia. “ Siapa sebenarnya Kamu?

          “ Calon pelangganmu yang gagal, aku sama sepertimu. Sebuah tunas baru.”

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler