Desember berlalu dengan cepat menuju awal tahun 1974. Deona Sinclair telah menyimpan surat-surat yang secara rutin dikirimkan oleh Ralph Watson dalam dua puluh lima tahun terakhir sejak pria itu menjalani masa tahanannya. Mereka semua berpikir kalau Deona sudah gila dengan menunggu seorang narapidana selama dua puluh lima tahun lamanya. Namun bagi gadis itu menanti cinta sejatinya tak memiliki batasan ruang dan waktu. Ia telah sangat mencintai Ralph sejak mereka bertemu dalam permainan bridge. Saat itu ia baru berusia enam belas tahun, sedangkan Ralph tujuh tahun di atasnya. Ia selalu mengikuti ke manapun pria itu pergi. Baginya saat itu, selama ia bersama Ralph maka tidak ada tempat yang lebih aman dan menyenangkan lagi.
Cinta Deona pada Ralph memang tidak pernah memudar. Namun saat melihat wajahnya melalui cermin di hadapannya, ia merasa banyak hal telah merubah dirinya. Ia bukan lagi gadis muda yang menarik. Garis-garis wajahnya telah menunjukkan perjalanan panjang waktunya yang baru saja disadarinya. Kendati tak seorang pun yang pernah mengatakan bahwa ia tidak secantik dulu lagi, namun Deona merasa takut kalau Ralph berhenti mencintainya. Bagaimana dengan pria itu sekarang ? Apakah masih setampan dulu ? Tapi ia tidak peduli sekalipun Ralph tidak lagi setampan dua puluh lima tahun yang lalu. Pasti banyak hal telah berubah. Namun dalam pandangan matanya, Ralph masih sama seperti saat pertama kali ia mengenalnya.
Ia berdebar-debar menunggu bel apartemennya dibunyikan. Surat terakhir yang diterimanya dari Ralph menjadi berita bagus sekaligus menakutkan baginya. Ia merasa sangat bahagia pada akhirnya penantiannya mencapai batas akhir. Namun ia merasa takut jika sambutan Ralph terhadap dirinya tidak sehangat dulu. Atau ia tidak siap terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam pertemuan kembali mereka.
Akhirnya tepat pukul lima sore, bel apartemennya berbunyi. Deona menyempatkan diri untuk memperbaiki penampilannya selama beberapa detik sebelum kemudian membukakan pintu bagi seorang pria jangkung yang berdiri di baliknya. Ia tidak bisa menutupi kekecewannya. Pria yang datang itu ternyata bukan Ralph yang sedang dinanti-nantikannya.
"Deona ..."
Pria itu mengetahui namanya. Deona mengenali suara itu sebagai milik Ralph. Dengan was-was ia bertanya, "Ralph ? Ralph Watson ?"
"Ya, Deona Sinclair. Aku adalah Ralph-mu. Apakah kau akan membiarkanku masuk sekarang ?"
Deona terpaku di tempatnya. Ini bukan pertemuan yang ia harapkan. Pria ini telah banyak berubah. Ia mengenakan topi fedora dan Deona dapat melihat beberapa helai rambut berwarna kelabu yang tersembunyi di baliknya. Rambut itu tidak setebal dan seindah dulu. Kulit itu telah keriput dan mungkin lebih buruk dari itu. Pria yang mengaku sebagai Ralph adalah seseorang yang memiliki luka bakar pada sebagian wajahnya. Deona berharap ia hanya sedang bermimpi atau ini hanya lelucon Ralph.
"Mengapa kau tak membiarkanku masuk ? Tidakkah kau merindukanku, Deona ? Selama dua puluh lima tahun penantian panjang itu, akhirnya kita bertemu lagi di sini,"
"Maaf, Anda salah orang. Saya bukan Deona. Saya hanya ..."
Deona sudah akan menutup pintu apartemennya, namun dengan cepat tangan Ralph menahannya dari melakukan hal itu. Dengan tajam, pria itu menatapnya sambil berkata, "Aku akan menjelaskan beberapa hal kepadamu. Bisakah kau membiarkanku masuk sekarang ?"
"Tidak, saya bukan orang yang Anda cari. Saya tidak bisa membiarkan orang asing masuk,"
"Kau masih tidak berubah, Deona. Jangan pernah mencoba menipuku karena kau tahu aku tak pernah suka jika kau melakukan itu. Sekarang biarkan aku masuk,"
Dengan gemetar akhirnya Deona terpaksa membiarkan Ralph masuk. Ralph melepaskan topi fedoranya dan menggantungnya pada pengait mantel di sudut kiri pintu. Deona terduduk lemas di sofanya sambil melihat sepintas pada kepala Ralph yang botak dan hanya ditumbuhi beberapa helai rambut berwarna kelabu. Wajah itu jauh lebih buruk saat berada di bawah sorot lampu ruangan yang bersinar terang.
Ia bahkan tak ingin bertanya sejak kapan kecelakaan itu menimpa Ralph. Pada hari ini tiba-tiba saja baginya Ralph telah mati. Sekarang yang sedang bersamanya hanyalah orang asing.
"Kukira kau telah membaca berita mengenai kebakaran di penjara itu, Deona. Insiden itu terjadi sepuluh tahun yang lalu,"
"Kau tidak pernah menuliskannya dalam suratmu," Deona berkata sambil menghindari tatapan Ralph dengan perasaan tidak nyaman.
"Karena aku tahu kau akan segera meninggalkanku. Aku tak pernah ingin itu terjadi. Seperti janji yang pernah kita ucapkan dulu, kita akan saling memiliki selamanya. Kau hanya akan menikahiku, Deona,"
"Tidak ! Perjanjian itu batal !" Deona menjerit histeris. Bagaimana mungkin takdirnya menjadi begitu mengerikan saat ia menghabiskan separuh usianya hanya untuk menantikan monster ini ?
"Aku tahu suatu saat kau akan mengkhianatiku. Karena itulah aku sudah mengantisipasinya," Ralph mengeluarkan sebuah revolver dari balik jasnya dan menodongkannya pada Deona. Ia menyeringai saat berbicara, "Kau hanya akan menikahiku dan peluru ini tidak harus menembus kepalamu saat ini juga. Kau tahu aku sudah pernah menghilangkan nyawa seseorang,"
Deona tak ingin mati. Namun ia juga tak sudi jika harus menikahi monster ini. Tapi saat ini ia tidak memiliki pilihan selain menerima pernikahan tersebut. Baiklah, ia bisa saja berpura-pura setuju untuk menikahi Ralph. Selanjutnya ia akan memastikan bahwa pernikahan itu tidak berlangsung lama. Ia akan membuat Ralph menyadari bahwa pernikahan di antara mereka itu adalah sebuah kesalahan.
"Baiklah, Ralph. Aku bersedia menikahimu," jawab Deona dengan sikap menyerah.
Ralph menurunkan revolver-nya dan menyimpan kembali benda itu di balik jas miliknya. Ia tersenyum puas. Akhirnya ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan telah ia nantikan selama dua puluh lima tahun lamanya.
Pernikahan itu berlangsung sederhana atas permintaan Deona. Ralph tidak keberatan selama prosesinya berjalan lancar. Lagipula dengan kondisinya yang seperti ini ia tidak menyukai publisitas. Baginya menikahi Deona Sinclair adalah sebuah awal yang baru. Tragedi selanjutnya baru akan dimulai dalam beberapa hari kemudian.
Perlakuan Ralph terhadap Deona ternyata sangat buruk. Pria itu selalu menuduh Deona berselingkuh. Tekanan batin yang diterimanya terus menerus membuat kesehatan Deona menurun drastis. Saat itulah dengan sedikit kepedulian yang dimilikinya, Ralph memutuskan untuk menghubungi Dokter Clemency.
Dokter itu meresepkan suatu obat penenang syaraf yang harus diminum secara teratur oleh Deona. Setiap kali ia meminum obat itu, ia tak pernah bisa mengingat hari apa ia terbangun di pagi harinya. Ia harus selalu bertanya kepada Ralph mengenai waktu. Deona segera menyadari ada sesuatu yang salah pada obat yang dikonsumsinya secara teratur tersebut. Namun Dokter Clemency selalu berhasil meyakinkan dirinya bahwa ia akan sembuh dalam waktu dua minggu kemudian. Alzheimer yang tiba-tiba dideritanya hanya merupakan reaksi awal yang akan lenyap setelah konsumsi terus menerus selama dua minggu.
Namun pada suatu pagi, Deona Sinclair menghembuskan napasnya yang terakhir setelah menyelesaikan sarapannya. Sepiring bubur yang dicampur dengan merica. Tidak ada yang salah dengan bubur itu kecuali fakta bahwa Deona memiliki alergi akut terhadap merica. Ralph maupun Dokter Clemency mengetahui fakta itu. Lalu mengapa dokter yang sepertinya tidak memiliki alasan pribadi itu bersekongkol dengan Ralph untuk melenyapkan nyawa Deona ?
Semua itu karena pengkhianatan yang dilakukan Deona dua puluh lima tahun yang lalu. Gadis yang sangat cemburu bahkan sanggup membunuh seorang janda malang yang mengunjungi Ralph hanya untuk membicarakan sebuah urusan bisnis. Ralph tahu kalau gadis itu membubuhkan racun ke dalam minuman Mrs. Addington. Namun karena wanita itu ditemukan tewas di rumahnya saat polisi itu tiba, maka ia yang dianggap telah membunuhnya. Deona menghilang dengan berpikir bahwa Ralph terlalu bodoh untuk menyadari perbuatan kejinya itu.
Tidak ada hal lebih buruk lagi yang terjadi pada Ralph setelah ia dituduh atas pembunuhan yang tidak pernah dilakukannya tersebut. Insiden kebakaran sepuluh tahun lalu seperti yang pernah diungkapkannya kepada Deona hanyalah bagian dari sandiwara ini. Ia baik-baik saja. Wanita itu hanya tak pernah menyadari bahwa pria yang dinikahinya itu sebenarnya bukanlah Ralph Watson, melainkan Emerett Watson, ayahnya. Sementara dokter Clemency yang meresepkan obat penenang syaraf itu adalah Ralph Watson.
Kematian Deona masih belum setimpal dengan dua puluh lima tahun waktu yang telah dihabiskan Ralph dalam tempat yang salah. Namun ia akan membuatnya setimpal saat ia dan ayahnya berhasil membuat Deona dalam keadaan tidak sadar menandatangani wasiat itu atas nama Ralph Watson, suaminya, jika terjadi sesuatu pada dirinya. Tidak ada penyelidikan lebih lanjut terhadap kematian Deona. Polisi menyimpulkan kematiannya dikarenakan sebab-sebab alamiah.
Emerett dan Ralph Watson akhirnya menghabiskan sisa waktu mereka selama berbulan-bulan setelahnya bersama kekayaan baru yang mereka miliki. Namun kedua serigala itu rupanya hanya bisa sepakat dalam melakukan kejahatan dengan tujuan yang sama. Setelah mereka berhasil mendapatkan kekayaan itu, mereka mulai memiliki orientasi yang berbeda. Mereka tiba-tiba menjadi dua manusia yang saling membenci.
Setelah satu tahun peringatan kematian Deona Sinclair, tiba-tiba petugas kebersihan bernama Curtis menemukan Emerett dan Ralph Watson tewas di dalam apartemen mereka. Penyebab kematian mereka adalah racun yang sama. Polisi masih tak bisa menemukan pembunuh kedua pria tersebut sehingga kasusnya akhirnya harus ditutup beberapa tahun kemudian.
Komentar
Tulis komentar baru