Skip to Content

Jejak Cinta di Ujung Senja

Foto rosalia fergie stevanie

Hingga waktu kita tiada,

Aku ingin menjadi sebuah ada

Ada dalam jemarimu

Pada sebuah cincin yang enggan membisu

#

 

Aku belum larut terlupa

Ketika kita bertemu di pucuk senja

Kusematkan hatiku untuk selingkar jari

Maaf…

Mungkin benda itu murah. Tapi kasihku abadi.

#

Waktu sederhana kita, begitu cepat terlumat

Aku mulai lambat mengingat. Memorimu juga kisut

Aku rabun. Kau berjalan terseok bertopang tongkat

 

Tapi, aku bangga…

Ritual cinta tak pernah surut

Kita selalu duduk di beranda. Jelang pagi, Jelang senja

Cincin kita juga masih utuh, dan saling tergenggam

Kita sangat sabar menanti keluarga kecil anak-anak,

datang membawa tawa

Entah kapan mereka sampai. Hari ini, besok, atau lusa?

#

Pada suatu malam aku bertanya apakah kita sudah siap mati…

Kau hanya menjawab lirih, takut…

Takut untuk melepaskan juga dilepaskan, serta terlampau takut kehilangan

Begitupun juga takut, jika aku akan merindukanmu, hingga sulitlah nafasku…

#

Hatiku sama kelu, dan ngilu. Aku belum siap melepas pusaran hidup yang mempertautkan dunia kita

Terkadang aku ingin menghentikan waktu supaya sayap kasihku tak lepas menaungimu

Andaikan waktu bisa kurengkuh, kunci kuputar dalam-dalam

supaya hujan dan angin tiada sanggup merenggut hadirmu dan hadirku.

Tapi aku tak ingin runtuhkan semangatmu.

Ya, aku masih kuat. Kita harus kuat.

”Percayakah engkau kalau Tuhan mencintai jejak cinta kita yang abadi? Sebab itu, Tuhan menciptakan awal dan akhir untuk perjalanan ini, agar jejak cinta yang ada tetap abadi, sepanjang masa…”

Kau hanya tersenyum meresapi ucapku. Senyum itu hangatkan kulitku yang beku. Aku kembali ingat rekam masa silam ketika kita masih hidup berpindah. Kadang di desa, kadang pula kota kecil. Aku tak punya limpahan harta, hanya janji saja jika cincin pada jemarimu akan terjaga sampai detik kita menutup mata.

Kau percaya ucapku, dan aku sungguh penuhi ikrar kita hingga malam di usia ke 85. Kita berhasil. Aku lelah. Terpejamlah bersamaku. Rasakan cinta yang masih mengalir. Dua pasang cincin kita, warnanya mungkin redup, tapi masih bisa kurasakan bias mentari pagi.

Sebelum kita terpejam lelap, aku ingin membisikkan lagi puisi merdu yang selama puluhan tahum kita rangkai bersama

“Apapun yang akan terjadi pada jarak dan waktu di rentang garis hidup kita, ingatlah jika cinta tak akan pernah berkabut. Hingga waktu ingin tiada, cinta akan selalu pulang….

…Pada hatiku dan juga, hatimu….”

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler