Kokok ayam jantan mematuk-matuk gendang telinga Fajar
Perlahan dan pasti sinar matanya yang kemerahan
menyeruak masuk melalui celah celah dinding anyaman bambu
Malaikat kecil bersayap lincah bersenda gurau dari balik jendela jiwa
menyanyikan syair pujian diiringi hembusan nafas Ilahi
yang menggesek senar biola orkestra alam
Membuat siapa saja anggan beranjak dari lamunan
Sayup-sayup terdengar suara parau wanita paruh baya
mengusap kelopak kesadaran
Ia berkata "Nak, ini harimu. mentari takkan menunggumu bersinar,
esok ketika ia kembali mungkin sinarnya bukan untukmu lagi"
Segera kuguyur sejuk air semangat pada kening cita-cita
mulailah petualanganku di dunia yang berpura-pura ini
ku tanggalkan jubah keraguan yang membungkus badan
Jauh di seberang sana jelas terpandang atap-atap peradaban menjulang
"Iya sepertinya begitu menjanjikan kejayaan"
Ku menoleh sejenak ke belakang agar kelak ketika aku sampai di sana
Aku tahu ke mana harus kembali
Komentar
Tulis komentar baru