Kulumat senjamu yang karam dalam lautan
sebelum dicampakkan asing dan sepi,
tatawarna,
samarkan rautku.
Dan kulahap kasihmu, yang berkarat bimbang
Yang kau taburkan dalam rimbaraya,
bagai benih-benih randu
membawa janjinya sendiri,
sebelum genggaman angin melepasnya pergi.
menunggu fajar yang tak pernah datang,
Sayang,
Rona bibirmu tak mampu meredam kesumat
kumbang dalam tirani,
Dengung-dengung yang kita dengarkan
Adalah caranya menutup bingkai rahasiamu,
Ia kadang berkaca dalam genang,
Mengoreksi sayapnya
Lalu berkelana menjelajah angkasa raya.
Malam bulan yang berkeping-keping
adalah dongeng kita
pada anak-anak nelayan
meredupkan jilatan api dibelantara duka.
mutiara kasihmu, sayang
telah kukecup, dan dalam tarianmu
disela kilau ombak,
Dan diatas punggung yang legam
menampar kesendirian.
Karna tatapmu adegan gerhana terhenti
Surut dan pasang samudera berakhir sama,
Tiadalah matahari, menyilau gambarku.
Sebab parasmu adalah rindu-dendam pelangi
pada gemuruh dan angin,
Dan kusimpan dalam kelopak kenanga.
tanyaku sederhana
(Siapa ?)
Pemahat cadas dibukit senja ?
Nabire, 05 Agustus 2018
Rasull abidin.
Komentar
Tulis komentar baru