dalam kegamangan kita terus berjalan
ke arah waktu pertama kali bertemu
lalu berpura-pura tertawa, mentertawakan
kepura-puraan kita
terus kita mencoba bertanya, kemana
angin membawa mimpi yang pernah ada
selalu tak ada jawaban yang kita dapatkan
terlalu erat angin menjaga rahasia
terlalu letih kita untuk mengoreknya
sampai kita pun membekukannya
menjadikannya bukan lagi angin
tak bergerak, hanya dingin
yang juga kita tak pernah tahu letaknya;
menyelimuti, di dalam, atau di antara kita.
hanya ada, itu saja
kita membiarkannya tanpa lagi bertanya
kini, kebekuan ini telah menjadi akrab
tak mencair tapi menjadi hangat
hingga tak sadar kita mencintainya
hingga tersadar kita mengakuinya
aku mencintainya lebih dari mencintaimu
kau mencintainya lebih dari mencintaiku
kita pun mengerti
mengapa kita masih di sini, tetap bersama
mengapa aku atau kau tak pergi
:
kita tak ingin kehilangan kebekuan ini
Komentar
Tulis komentar baru