ketika itu kita bertemu dalam ruang
ya.. aku bertemu kamu
tapi, kamu tak pernah bertamukan aku
aku saja yang selalu menikmati wajah itu, kala itu
lalu esoknya kita mulai berbicara
aku bercerita lewat jiwa
sedangkan kamu bersua di dahan angin tua
aku tak peduli jua, kerna aku tergila sebab kamu merona
esoknya lagi kita sudah saling akrab
oleh matamu aku terjerembab
sementara dirimu tak setitikpun merasa menjadi sebab
aku tak karuan seperti orang tak beradab
lalu, dipenghujung hari pertemuan kita
ah..
sudah berakhir saja tamasya hati
belum sempat aku mematah kata
sudah mau hilang saja nyatamu berganti tulisan cerita
tapi, semua sudah kurekam
sehingga dengan berat hati mata ini memejam
berharap kita kan bertemu di mimpi di kala malam
ketika itu, ya hanya ketika itu
sempat ku gapai raut wajah itu,
coba aku reka ulang dalam pasir
tapi tiba tiba tsunami giat mengusir
sempat ku kayuh kakiku menuju sorot mata itu,
tapi ternyata rumah dan bangunan sudah tunggang langgang diseretnya jua
sempat aku nyanyikan lagu sendu untuk mengenang mu
sialnya diriku yang teringat malah jutaan wajah layu di negerimu itu
dengan apa aku bisa bersama mu?
salahkah harap ini terus ada disitu?
menunggu kamu, melewati tsunami waktu
adakah peluang dari ketidakadilan jarak?
adakah jarak dari keadilan hatimu?
ataukah aku hanya bisa menjadi kan mu artefak?
yang meraja didalam samudera hatiku yang penuh riak
wahai pawang tsunami
wahai gadis manis pembawa mimpi
maukah dirimu kesini membawa hati?
atau diriku kesana membawa cinta.
ataukah kita tak usah berjumpa saja?
seperti jarak antara semarang dengan kamu punya bayang
seperti beda waktu antara aceh mu dengan tsunami harapanku akan dirimu.
Komentar
Tulis komentar baru