Siapa?
Potret diri yang kau lukis dengan tinta sebagai penyiksa?
Sketsa wajah yang kau toreh dengan lumpur panas di atas kanvas
aku benci bingar
Aku tak ingin di pasar
Berlariku ke hutan
Tetap tak kutemukan
Sembunyiku di balik pohon randu
pada punggung batu
Larut malam tiba menyapa
Mengganggu Pikiran yang hampa
Hati kian gelisah banyak beban
Jauh sudah perjalanan di jejaki. Tak terasa begitu banyak waktu yang telah jadi masa lalu
Begitu amat menyedihkan kita tak pernah tinggal satu atap
Ruangan ini telah sunyi Hiruk pikuk kesibukan telah berganti Menatap sendiri Tumpukan pekerjaan yang tak akan pernah habis Detak jam mengeluarkan bunyi
Aku bertanya: Apakah matahari sudah puas menertawakanku?
Dan sampai kapan kau mengobarkan api dan sembilu padaku?
Mengapa engkau waktu itu
Sepanjang mendampingimu aku selalu berkeinginan bahwa kaulah pasangan sempurna untukku
Dan aku tidak peduli bagaimana untuk yang lain
Hanya Selalu bersamamu adalah bentuk syukurku yang terlalu berlebihan
Padahal itu hanya salah bentuk kegilaan hatiku padamu
Bentuk cintaku padamu adalah toleransi yang sangat besar bahwa hanya dirimulah untukku
Setiap detik setiap aku bernafas tak ada yang lain selain merindukan Mu (Allah)
Lidah berkelit lalu membelit Lipur dusta berkulit rintik Tik..Tik..Tik.. Mataku kembali berdetik. Naskah menceritakan kisah
Komentar Terbaru