MENGAPA “JALINAN RASA” Niken Fajar Ningrum TIDAK MENJADI 3 TERBAIK DALAM ACARA TANTANGAN DI GRUP GORESAN PENA QALBU
Lengkap sudah rasa di dada
Indah ikatan bagai keluarga
Meski hanya dalam dunia maya
Ada canda tawa bahkan suka duka
Hidup bagai menoreh lukisan di atas kanvas
Kemana pun kaki melangkah haruslah terarah
Menggapai mimpi untuk menjadi harapan nyata
Setiap peluh yang mengalir tertera makna
Lika-liku dunia nyata jadikan bahagia
Oktober ceria saatnya bersama
Puja doa ada dalam sukma
Jemari erat ikrarkan janji
Jalinan rasa dua insani
Duduk dalam singgasana cinta
Sragen, 15 Oktober 2020
Puisi ini sama bagusnya dengan puisi yang menjadi 3 Terbaik. Karena ada aturan tema maka hampir semua nafas puisinya sama. Lalu di mana letak kesalahannya. Letak kesalahannya adalah pada sajak bait terakhir. Dalam bentuk soneta ada sajak abba tapi dalam bentuk 4334 tidak ada.
Kita lihat bahwa kata “sukma, janji, insani, cinta” bersajak aiia. Kalau Niken Fajar Ningrum membaca lagi patokan menggubah bentuk 4334 pasti ia akan senyum dan bergumam “o ya, saya salah”.
Lalu –menurut saya- NFN tampak menyempitkan makna kata “cinta”. Mari kita ambil bait terakhirnya :
Puja doa ada dalam sukma
Jemari erat ikrarkan janji
Jalinan rasa dua insani
Duduk dalam singgasana cinta
Kalimat ini –sekali lagi menurut pendapat saya- sama sekali bukan cinta. Apa yang tersirat dalam puisi ini, terutama pada bait terakhir adalah “hasrat asmara”. Beda sekali apa yang disebut dengan cinta dan hasrat asmara. It is different between love and desire.
3 bait sebelumnya sudah menampakkan tema yang luas tapi menyempit pada bait terakhir.
Tidak banyak yang bisa membedakan mana cinta dan mana hasrat asmara. Bukan saja para pemula, penulis yang telah ubananpun ada yang masih gamang membedakannya.
Memang susah untuk memahami bahwa gerombolan buaya yang menerkam kawanan kerbau ketika menyeberangi sungai di Serengate (Afrika) ada cinta di dalamnya. Kebanyakan orang hanya melihat cinta pada peristiwa yang menyenangkan dirinya. Misalnya senang dan gembira ketika melihat seekor induk burung membawa belalang untuk disuapkan ke paruh anaknya. Dan sedih ketika melihat seekor ular pemanjat pohon menghampiri sarang dan menelan bulat anak burung yang ada dalam sarang.
Semuanya adalah cinta. Dan hasrat untuk memahami cinta adalah rindu.
Mereka yang ingin menjadi penulis sungguhan hendaknya belajar dari sekarang bagaimana mengolah rasa agar benar-benar bisa membedakan antara cinta dan hasrat asmara.
Dua puisi ini menampakkan beda antara cinta dan hasrat asmara.
BUIH PADA GELOMBANG (5)
Gadis buih pecah merintih di hamparan pasir
Hilang tarian hilang nyanyian
Gadis buih menangis menyesal melepas pikir
Membawa banyak rasa yang menyimpan penyesalan
Gelombang melukis biru hitam bayangan langit
Lukisannya pada kanvas adalah buah-buah pahit
Buih pada gelombang merenda bait-bait sakit
Ini jalan telah jadi tak bisa mundur
Rasa tanpa pikir berjalan tak bisa diukur
Berdirilah dengan tegar atau menunduk hancur
Gadis buih menimang meraba perut
Seribu harapan berubah menjadi seribu takut
Gelombang kembali membelai menimang alun
Menghempas keras mengalun lembut mengayun
201908081213_Kotabaru_Karawang
Tulis komentar baru