SORE itu, karena merupakan bagian dari hari yang tak kuinginkan, kubenamkan saja hidupku pada detak jam di laptop. Kutatap jam itu, marah benar aku padanya; eih, engkau sengaja menyiksaku ya? Di luar sana, langit yang tadinya hitam sekarang menurunkan hujan. Deras. Kemarahanku mereda. Dan jam laptop lepas dari penjagaanku. Kulangkahkan kakiku ke jendela.
Pada Kamis malam, sekitar 22.30 WIB, di rumah sakit Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat, salah satu penyair besar Indonesia, WS Rendra, menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Si Burung Merak, demikian orang banyak menyebutnya, adalah seniman yang berdiri di tiga jaman; Soekarno, Orde baru, dan Era Neoliberalisme.
Bertemu dengannya, pertama kali, ketika Aku mengunjungi kampusnya untuk sebuah urusan organisasi. Saat itu, Aku dan Maria masih berada di dua keranjang yang berbeda; Aku dengan dunia pergerakan, sementara Maria dengan dunianya, hedonisme.
Ketika itu, Aku mengenal Maria sebagai seorang perempuan dengan orientasi pendek; kuliah, pacaran, dan harapan mendapat pekerjaan setelah tamat.
Di kota ini ialah satu-satunya lelaki ilalang pembuat sangkar, yang masih bisa tersenyum manakala hari sudah beranjak petang dan tidak ada satu pun sangkar burung terjual.
pukul tiga malam :
angin masih bergerak lambat
menggerayangi tubuh-tubuh pucat
terus bergelombang, tapi
dedaunan tetap berdiam lambai
dan dingin merayap pelan namun pasti
Komentar Terbaru