Skip to Content

April 2010

Hidupku Cukup Sehari Saja

SORE itu, karena merupakan bagian dari hari yang tak kuinginkan, kubenamkan saja hidupku pada detak jam di laptop. Kutatap jam itu, marah benar aku padanya; eih, engkau sengaja menyiksaku ya? Di luar sana, langit yang tadinya hitam sekarang menurunkan hujan. Deras. Kemarahanku mereda. Dan jam laptop lepas dari penjagaanku. Kulangkahkan kakiku ke jendela.

Mengenang WS Rendra; Kita Mesti Merumuskan Keadaan



RUDI HARTONO

Pada Kamis malam, sekitar 22.30 WIB, di rumah sakit Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat, salah satu penyair besar Indonesia, WS Rendra, menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Si Burung Merak, demikian orang banyak menyebutnya, adalah seniman yang berdiri di tiga jaman; Soekarno, Orde baru, dan Era Neoliberalisme.

Sang Penggugah

Bertemu dengannya, pertama kali, ketika Aku mengunjungi kampusnya untuk sebuah urusan organisasi. Saat itu, Aku dan Maria masih berada di dua keranjang yang berbeda; Aku dengan dunia pergerakan, sementara Maria dengan dunianya, hedonisme.

Ketika itu, Aku mengenal Maria sebagai seorang perempuan dengan orientasi pendek; kuliah, pacaran, dan harapan mendapat pekerjaan setelah tamat.

Puisi Untuk Ibuku dan Sarinah Indonesia

Gelap dan angin malam menyapaku
Menyinggung daun telinga dan menitipkan pesan
Mengantarkan ingatan
Pada masa lampau

Bayi kecil yang menyusahkan
Pagi menangis, malam pun menangi

Seorang Lelaki Dan Sangkar

Di kota ini ialah satu-satunya lelaki ilalang pembuat sangkar, yang masih bisa tersenyum manakala hari sudah beranjak petang dan tidak ada satu pun sangkar burung terjual.

Kau Tak Pernah Tau

Kau tak pernah tau

Berapa kali jantungku berdetak saat berada di dekatmu

Kau tak pernah tau

Bersama siapa aku bangun istana mimpiku

Kau tak pernah tau

jatuh cinta diusia senja

hari terus merantai hari mengikat minggu menjadi bulan

kuat menendang satu tahun dan tangkas menyeret tahun berikutnya lagi

sekejap saja, aku telah terlempar ke usia senja

Perawan

pukul tiga malam :
angin masih bergerak lambat
menggerayangi tubuh-tubuh pucat
terus bergelombang, tapi
dedaunan tetap berdiam lambai
dan dingin merayap pelan namun pasti

pukul tiga malam :

Suatu Malam

suatu malam awan pecah
kecil-kecil tak beraturan
membuat bulan hadir terhalang
cahayanya memancar buram

bumi telanjang remang-remang
lalu bangkitlah kenangan
setelah lama terkubur dalam

segelas arak dan arah sakitku

segelas arak dan arah sakitku

segelas arak dan arah sakitku
telah kukirim pada sore yang gerimis
di rongga doaku



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler