#8
Ya, sampailah kami di sebuah kawasan dengan halaman yang cukup luas. Kami terus berjalan dan kali ini sangat nyaman. Aku menemukan sebuah garis putih dengan tali yang melindungi kami dari mobil-mobil itu. Tali itu seperti yang sering kulihat di televisi, tali kuning dan hitam. Aku bisa berjalan sambil melihat ke sana ke mari tanpa takut tertabrak mobil, paling menabrak orang yang sama-sama berjalan kaki saja dan itu tidak terlalu membahayakan. Saat itu aku merasa sangat senang.
Akhirnya kami sampai ke gereja. Ohh ini ya Gereja Kranji. Gereja Kranji atau Gereja Santo Mikhael sih? Kalau benar gereja ini yang dimaksud, ternyata dugaanku salah. Aku kesulitan menemukan area yang masih bertanah, jadi aku tidak tahu apakah tanahnya seperti tepung kanji atau tidak. Namun, aku segera melupakan hal itu. Wouwww, gereja ini sungguh besar. Ruangannya luas, kursinya juga indah. Ada juga semacam sofa bila di kampungku, berada di depan kami, rupanya itu bisa dibalik dan bisa dipakai untuk berlutut. Aku juga menemukan sebuah kait kecil di setiap kursi. Kursinya pun ada sandarannya. Waah, nyaman sekali duduk di kuris yang ada sandarannya. Memang mungkin begitulah hidup, akan lebih nyaman bila ada tempat untuk bersandar. Altarnya pun besar dengan dua gambar bersayap di bagian atasnya. Bunga-bunganya pun bagus, sangat serasi dengan bentuk altarnya.
Misa dimulai. Aku sama sekali tidak bisa konsentrasi mengikuti misa kali ini. Beberapa kali bulikku menyenggolku agar mengarahkan pandangan ke bawah, namun selalu gagal. Aku terus saja melihat setiap sudut gereja ini. Dan puncaknya ketika aku mendongak ke belakang dan agak ke atas, waah ternyata ada orang yang duduk di atas. Gerejanya bertingkat. Kalau saja aku tahu di atas bisa dipakai untuk duduk, aku akan ajak bulikku untuk duduk di atas. Ya, lain waktu aku harus duduk di atas. Bulikku kini menyikutku pelan, aku kaget. Ternyata lagu Bapa Kami sudah mulai ketika aku asyik melihat ke bagian atas tadi.
Sampailah kemudian pada komuni. Kebetulan aku sudah komuni setahun yang lalu. Jadi kali ini aku punya kesempatan bagus untuk melihat gereja bagian depan sekalian aku komuni. Tapi rupanya, keinginanku belum bisa tercapai juga. Ternyata, aku menerima komuni tidak langsung dari Romo. Kami salah duduk, semestinya kami duduk di depan, tapi tidak mungkin juga karena bagian depan sudah penuh. Sekarang aku baru mengerti kenapa tadi bulik naik mobil dan tidak berjalan kaki saja.
Misapun selesai. Kami keluar dari gereja. Di depan gereja, terdapat beberapa buku yang dipajang. Buku itu dipajang begitu saja dan tidak ada yang menjagai. Apakah itu artinya tidak dijual? Belum selesai rasa penasaranku, bulikku telah mengambil buku itu satu dan diberikannya kepadaku. Kusimpan baik-baik buku itu di dalam tas pemberian simbah putriku. Buku ini akan kuberikan kepada simbah kakung sebagai kenang-kenangan kalau aku pernah ke gereja di kota. Semoga ketika aku kembali nanti, simbah kakung sudah jauh lebih sehat. (********bersambung)
***
Komentar
Tulis komentar baru