Skip to Content

Suami Saya Sudah Bangun?

Foto Adri Wahyono

“Ah, kau selalu begitu!” ujarnya sambil tertawa kecil. ”Kau belum puas semalaman dalam pelukku?”

---------

Pagi mulai mengintip dari kisi-kisi jendela. Masih hening, hingga riuh burung gereja adalah satu-satunya dendang pagi. Sejenak pagi terasa sangat tenang. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Yuni tersenyum duduk ditepi tempat tidur. Berbicara dengan lembut untuk membangunkan suaminya. Tangannya mengguncang-guncang.

“Sudah pagi, Mas!” katanya. Sepenuh perasaan. “Kamu harus ke kantor kan?”

Hening…

“Kenapa sih, kamu selalu malas bangun pagi? kenapa Mas?” ia bertanya sambil mengguncang-guncang. Lalu ia mendengar lenguhan malas, ”Mmmmmm…”

“Kau tahu, Mas, kau hampir selalu membiarkan burung gereja mendahuluimu! Mereka bahkan ada yang sudah kembali kesarang dengan makanan diparuh untuk anak-anak mereka. Sementara kau masih terus bersembunyi dalam selimutmu. Kau tahu, itu tak baik untukmu!”

Yang ia dengar adalah sebuah jawaban, “Sebentar lagi…! Sini, tidur lagi, peluk aku!”

Yuni tersenyum sipu,

“Ah, kau selalu begitu!” ujarnya sambil tertawa kecil. ”Kau belum puas semalaman dalam pelukku?”

“Dingin sekali…” lagi-lagi jawaban yang ia dengar dari suaminya masih tentang keengganan.

“Aku mau menghangatkan air untuk kau mandi! Atau, Mas mau aku buatkan kopi lebih dulu?”

“Yaa…”

Itu jawaban yang ia dengar dari suaminya. Serta merta ia bangkit dari duduknya. Ia ingin memasak air, dan pertama yang akan dilakukan setelahnya adalah membuat kopi untuk suaminya. Aroma kopi akan membuat suaminya segera bangun. Yuni tersenyum, ia membayangkan melihat suaminya duduk menikmati kopi, dan ia sibuk menyiapkan yang lainnya.

“Segelas kopi akan menyegarkanmu, Mas.” gumamnya. “Sebenarnya akan lebih segar lagi kalau kau menikmatinya setelah kau mandi dengan air hangat! Tapi kau selalu begitu!”

“Sudah, kau siapkan saja!” itu kata-kata yang ia dengar dari suaminya. “Aku harus bekerja seharian ini, dan aku tak bisa melakukannya kecuali kau menyiapkan pagi yang penuh semangat untukku!”

“Tapi kau harus segera bangun, ya?”

“Iya!”

Yuni tersenyum senang, dan yang kemudian ada dalam pikirannya adalah dapur. Ia keluar dari ruangan itu hingga beberapa lama. Lama dan suasana kembali menghening.

----------

Wajah Yuni terlihat masam. Lebih tepatnya sedih, karena semua masih tetap seperti beberapa saat sebelumnya. Ia menggelengkan kepalanya sambil menarik nafas panjang. Tapi, beberapa saat kemudian ia kembali tersenyum dan mendekat ketempat tidur.

“Mas!” kembali tangannya mengguncang-guncang. “Nanti kamu kesiangan! Kau tak ingin atasanmu berkacak pinggang didepan pintu dengan wajah ditekuk karena kau terlambat bukan?”

“Kenapa sih, pagi selalu begitu cepat datang?” ia mendengar suaminya menggumam.

“Kau tak boleh mengeluh.” Yuni menjawabnya. “Pagi adalah waktu yang dinanti, kau tak bisa terus mengeluhkan datangnya pagi, tanpa pernah mencoba untuk menikmatinya. Hidupmu akan sia-sia!”

Apapun yang dikatakannya, suaminya tak juga segera bangun. Ia mulai menangis.

“Kau memang akan membuatku selalu menangis setiap pagi, Mas? Kau tahu, kau membuat apa yang kulakukan ini sia-sia…?”

Tak ada jawaban. Hanya kicau-kicau burung gereja diluar dan suasana yang mulai merebak. Hari telah dimulai. Tapi suaminya tak juga kunjung bangun. Selalu begitu setiap pagi.

-----------

“Kenapa Yun?” Seseorang berdiri diambang pintu dan bertanya. “Suamimu belum mau bangun juga?”

Yuni menggeleng sedih, ia melihat seseorang itu sekilas, lalu kembali tangannya mengguncang-guncang. Wajahnya mulai menyiratkan kesan, bahwa ia telah pasrah.

“Sini!”

Yuni menatap enggan. Perempuan muda berkaca mata itu tersenyum dan memberi isyarat padanya untuk mendekat. Pelan-pelan Yuni bangkit, dan sembari melangkah, ia masih menoleh ketempat tidur.

“Sini…” Perempuan muda berkaca mata itu memeluknya beberapa lama. Yuni menangis kembali.

“Dia selalu begitu, Bu.” Keluh Yuni diantara isaknya. “Saya selalu melakukan semuanya setiap pagi, tapi dia selalu membuat saya kecewa!”

“Sudah, sudah! Biar Ibu yang bangunkan ya?”

“Kenapa dia selalu menunggu sampai Ibu membangunkannya?”

“Karena saat ini hanya Ibu yang bisa membangunkannya! Nanti kau akan bisa melakukannya sendiri!”

Mereka melepas pelukannya, lalu perempuan muda berkaca mata itu menyeka air mata diwajah Yuni.

“Suster!” Perempuan muda berkaca mata itu memanggil seseorang.

Seseorang dengan pakaian putih-putih datang pada mereka dan lalu perempuan berkaca mata itu menyuruhnya untuk membawa Yuni. Sesaat kemudian, Yuni tampak berjalan pelan dengan tatapan kosong diringkan seseorang yang dipanggil suster itu.

Perempuan muda berkaca mata mendekat ketempat tidur.

Ia tertegun sesaat melihat apa yang ada ditempat tidur itu. Selalu begini setiap pagi. Dua buah bantal guling disusun memanjang oleh Yuni dan diselimutinya. Setiap pagi pula diguncang-guncang sambil berkata-kata untuk menyuruhnya bangun. Ya, bantal guling itulah yang selalu dibangunkan Yuni setiap pagi.

Dirapikannya kembali kedua bantal guling, dan dilipatnya selimut yang “menyelimuti suami” Yuni itu semalaman. Entahlah, perempuan itu cantik, bahkan cantik sekali. Semestinya bukanlah sebuah masalah besar hanya karena kekasihnya meninggalkannya untuk menikah dengan orang lain. Tapi tidak, entah kekecewaan seperti apa yang membuatnya seperti itu.

Semakin hari, Yuni semakin menemukan keceriaannya terutama sepanjang siang dan sore hari. Ia normal saja. Bahkan sangat menyenangkan berbincang dengannya. Banyak hal yang diceritakannya.

Tapi tidak jika tiba waktu untuk tidur. Maka ia akan menyusun kedua bantal guling itu memanjang dan menyelimutinya. Lalu bicara pada bantal itu sampai ia terlelap, sampai pagi datang untuk membuatnya terus berusaha “membangunkannya”.

--------

“Suami saya sudah bangun Bu?”

Perempuan muda berkaca mata tersenyum iba padanya. Itu pertanyaan Yuni setelah ia merapikan tempat tidur pasien cantik itu. Dimana ia “bercinta” dengan suaminya semalaman.

“Yuni cantik, semoga aku bisa membantumu membukakan duniamu, sebagaimana seharusnya!” Perempuan muda berkaca mata itu berbisik pada Yuni.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler