"Manusia adalah tempat khilaf dan dosa."
Sepenuhnya setuju aku pada kalimat di atas. Berkali-kali diuji, berkali-kali pula mengeluh. Berkali-kali mendapat 'peringatan' dari Dia, berkali-kali pula jatuh pada kesalahan yang sama. mengulang dosa, membangun neraka.
Manusia memang lucu. Lucu sunguh. Baik untuk dilihat sesamanya saja. Sedang dosa tak begitu kentara walau ini sudah menggunung diatas punggung. Sekarang aku tahu, apa alasan seorang berilmu yang pernah berdoa agar dijadikan jerami padi saja. Bukan karena dia tidak bersyukur atas penciptaanya. Lebih dalam lagi. Setidaknya menurutku.
Malu.
Ya karena malu. Malu atas badan yang akan ditanya nanti pertanggungjawabannya. Tapi sekarang saja sudah tak terkira berapa kali melukis noda. Malu akan syukur yang hampir selalu terlupa. Padahal rezeki selalu melimpah tak ada putusnya. Malu akan dosa-dosa yang kembali dan kembali lagi terulang dengan kesalahan yang sama. Sedang Dia selalu hadir dengan keromantisannya. Dengan segala pertolongan dengan jalan tidak terduga. Dengan banyaknya kejutan-kejutan yang luput dari perkiraan. Dengan hadiah-hadiah yang jauh dari persangkaan manusia.
Zat yang Maha Romantis, izinkan kami mendekat barang hanya dengan tertatih bukan berlari. Izinkan kami bertatap barang diri kami tidak bersih. Izinkan kami memperbaiki barang hanya sejengkal demi sejengkal dari banyaknya dosa-dosa kami. Juga, izinkan kami malu wahai Zat Yang Maha Romantis supaya kami tau diri. Dan agar kami kelak pantas disebut umatMu.
Izinkanlah kami malu.
Komentar
Tulis komentar baru