Skip to Content

ANJASMARA LARA 3

Foto iwan s najandra

di waisya yang ke enam belas

kuntum cempaka itu telah mekar

memenuhi taman bunga di persimpangan

tempat kita biasa bersua

kelopaknya masih indah segar merona

dan,..

aku kembali menunggu dirimu di sini

di antara gelembung gelembung kabut yang menutup

 

langkah yang gelatar dalam persimpangan

masih tetap aku tahan

hingga malam melengkung menyusup

sampai debarmu sewaktu waktu menyentuh jiwaku

 

perlahan aku hirup angin kemarun di bulan ke lima ini

di bawah temaram lentera persimpangan

aku masih setia menantimu

laila karang.......

 

dan seketika mataku menangkap

seklebat bayang bayang

di antara serimbun kabut yang masih melingkup

semakin dekat detak detak langkah itu semakin jelas

terdengar begitu mungil

seperti sajak suarga loka mayapada begitu indah

benarkah ini langkah laila

 

"kakanda"(laila)

serupa bisik manja memanggil sebuah nama

yang selalu laila ucapkan di persimpangan ini,...untukku

(laila)

"kakanda,aku telah datang bersama semerbak cempaka

di antara deburan rindu yang bergelora di atas perapian biru

yang membara,dan mari kita lepas semua rindu yang terpendam walau

itu hanya seklebat,agar segala macam penat terobati

namun,......

kabut semakin tipis bergerak

menghantar bayang bayang yng semakin jelas

itu,laila,lailaku datang,...

semakin kuat aki singkap semua tirai kerinduan ini

untuk segera mendekapnya

dan melepas segala lara

 

setelah tiga depa

bayang bayang itu menjadi raga

dan ternyata ada dua,laila......

darahku runtuh ,nadiku merapuh

tulang tulngku serasa remuk

dan lidahku sekejap menyerupa batu

(laila)

kakanda maafkan aku setelah sepuluh waisya kita tak bersua

hati ini selalu gelisah merana

menahan segala kesetian tentang cerita cinta kita

dan aku celalu coba untuk menjadi wanita yang setia,...

namun.....

segala prasangka kalut

semakin kuat melekat,dan seperti menyayat nyayat

hingga memaksa hatiku untuk menduakan cinta kita

sekali lagi maafkan aku kakanda

namun,...

aku tak akan pernah alpa untuk bersua di simpang tiga ini

di antara taman cempaka yang semerbak merona

...........................................................................................

ragaku kelu melepuh

kelopak mataku semakin rembang menerawang

menciptakan bulir bulir telaga ke hancuran

aku pulang,dalam langkah yang perlahan

menuju rumah kehampaan bersama sejuta kelukaan

laila yang karang

aku akan tetap menjadi rumput perdu yang sabar

dan selalu membelai abjad namamu di stiap tdur malamku

 

namun,....

kini perlahan aku mencoba

untuk mengunci rapat semua jendela hatiku

dan bersemedi dalam tafakur yang lengang

 

lailaku

kau tetap menjadi karang yang cadas

 


Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler