Skip to Content

Barisan Taman Kata, Herdoni Syafriansyah

Foto Herdoni Syafriansyah

Di dalam Antologi Puisi : Aku Burung dan Kau Pisau yang Berputar


1

hari itu: rambutmu tak akan lagi berkibar, mungkin cintamu pun

telah pudar

aku hanyalah kumpulan pasir, butiran-butiran kecil mimpi yang tak

sampai

 

2

betapa bahagianya selalu memiliki kenangan

 

3

tetapi, pada akhirnya, adalah rindu yang telah membuat langkahnya

berpaling jua

 

4

di langit pelangi masih tersenyum kepada tuhan

 

5

kulihat jelas relief senyum bertulis bahagia di wajahmu

dan tulisan itu pun perlahan muncul menghiasi wajahku

 

…. , demi tulisan di wajahmu aku berharap

: kokohkan selalu senyum itu –untuk burungburung dan

pelangi di jantung pintu;

 

6

menantikanmu serupa menjerang sebelanga air dengan

matahari; tak jelas berapa banyak sudah butirbutir keringatku yang

jatuh menetes: setiap tetes demi tetes selalu aku teliti, barangkali—

dalam pencarianku, dalam penantian itu, aku akan melihat kamu.

 

7

sekian jauh tetes keringatku yang jatuh menantimu

berlayar sendiri, kini tetesan itu menjadi bening air

yang memupuk tunas jiwa dan cintamu dalam dirimu

 

8

bersamaku kamu akan melangkah. dalam

tiap-tiap jalan dan aliran waktu, mengemudi biduk menghadapi

godaan dan terpaan yang menerjang menderu. tapi, demi hati kita

harus berani bertaruh, bertahan, dan maju

 

9

cinta menjadikan mungkin, bahkan kepahitan

hidup terasa lebih manis; lebih mabuk.

 

10

jangan cemas terhadap hujan sebab kita adalah ikan. jangan

cemas terhadap ketinggian sebab nyala kasih kita adalah sayap yang

akan membawa kita terbang; menatap indah alam-alam dan nyala

warna-warni bunga di taman serta hutan.

 

11

cinta memang absurd, tapi tak penting kita memikirkan

segala hal dengan benar. suatu pagi, aku ingin terbangun dengan

menatapmu di sampingku.

 

12

kamu.menangis, kamu tertidur, kamu tertawa, kamu bersedih, kamu

tersenyum, kamu pergi, kamu terbang, kamu berenang menjadi

ikan, kamu menjadi bunga, kamu menanti, kamu pecah, dirimu berderai ke udara, menjadi uap menjadi embun, menjadi beku, menjadi segalanya,

menjadi ratu, menjadi burung, menjadi putri, menjadi duyung,

menjadi apa, menjadi apapun… apa pun aku di sampingmu, alin.

 

13

aku melihatmu tapi kau tak dapat melihat

 

14

percik-percik kenangan. sekerat duka dan tawa yang tersisa. kau

telah lenyap bersama waktu yang menguap. sayap dan cahayamu

tiada lagi aku lihat. aku pernah melihatmu di sini, tapi kau tak

pernah bisa melihatku.

 

15

pelangi di malam hari, terasa indah sekali

 

16

debar rindu itu bergetar, cinta paling kuasa di dalam dada

 

17

semoga bisa jatuh hati setiap hari, saling sayang dan cinta sepanjang masa,

sepanjang hati bisa.

 

18

maka sayangilah apa yang ada

 

19

aku pisau yang berputar, terbang dan siap menghujam

apiku nyala, lidahku lancip kata, dan pelukku mesra cinta.

 

20

hanya untuk satu hari, untuk kamu aku sayangi

 

21

kita pernah belajar diam, kita pernah belajar kesusahan. namun kita

tak pernah belajar untuk siap menghadapi perpisahan.

 

22

apalah artinya keindahan dan kesenangan bila akan ada

hati yang terpisahkan? bila tiada bahagia kita dapatkan?

 

23

bila nanti kau membuka mata –kepompongmu pecah- dan kau

mendapati nyawaku tiada, maka pahamilah hatiku ini. aku yang

selalu sayang kamu. sesungguhnya, aku ingin kita bisa bersama lagi

walau hanya satu hari.

………………

 

24

masa depan dan harapan adalah taruhan hidup yang kejam

 

25

angin tibatiba menampar daun

yang lemah pasti akan gugur

 

26

dan angin itu masih berlayar

mengirim salam risau mencari kabar

walau tak akan habis derita didengar

 

27

belajarlah menghargai pada setiap kehilangan

 

28

mawar yang indah pun punya duri

bukan tujuan melukai tapi demi melindungi

bila tak sebab sayang maka ibu tak akan pergi

 

29

kepada anakku, belajarlah menghargai setiap yang terjadi

 

30                                                  

menjadi lelaki haruslah berani

siap susah dan mampu redam nestapa

 

31

lelaki itu meredam kepedihan

keterlukaan sarapan dihatinya

hingga ia berkawan pada pedih itu

hingga tawar percuma luka itu

 

32

lelaki itu pembawa kebahagian

yang ia tabur pada tanah kesedihan

 

33

hai pohonpohon yang teduh

lindungi raga rapuhnya dari ganasnya cinta

agar ia tidak menjadi abu

 

34

hai sungai yang mengalir

satukan tangisnya dalam arusmu

agar tak lagi menetes sedih hatinya

 

35

ayuhai taman tersiram hujan

hibur lirih hatinya akan indahmu

sebab lumpuh telah mencuri bebasnya

hingga ia cuma sanggup memandang

 

36

duhai hati yang mendengar

kuhanya mampu kirim doa

sebab harta-Nya tiada dapat aku beli

 

37

debu terkibas angin; terpental tak berarti

maratah tulang sendiri: rasanya sakit hati

 

38

pagi telah pergi tiada berarti; sisa hidup penuh caci dan benci

malam gelap penuh duri; tiada yang lebih gelap lagi

 

39

berkibar dingin dan keteduhan; meresap cinta dan

kebanggaan, ia mati dalam perlawanan; perjuangan

 

40

dalam doaku, kepada pemimpin yang baik semoga diberkati

sedang kepada yang tak berhati: pisau tuhan paling mata

 

41

Puisi bagi Penyair

 

aku burung dan kau sayapku

aku layar dan kau perahuku

 

42

berlayarlah … melajulah ….

jangan takut melihat badai

sebab kita adalah lautan

 

43

kau cinta yang telaga, gadis cerlang purnama

 

44

kau senja yang pesona

aku bunga mekar di dada

 

45

jarak telah jauh ditinggalkan; luka telah nganga hingga kapalan dirasakan

derita telah dipatahkan hanya kepada cinta ia mekarkan

 

46

bersabarlah menjalani hidupmu kini, dalam penderitaan; ketakberdayaan

terkadang cinta dan ketulusan justru akan lebih mudah hadir untuk kau temukan

 

47

tak selamanya gelap akan menyelimuti raya

hidup adalah perjalanan, juga permainan

 

48

dalam ketakberdayaan; kesusahan

akan lebih mudah kau resapi kehidupan

akan lebih mudah kau dapatkan ketulusan

akan hadir indah hidup yang kau nantikan

 

49

sejenak resapilah hidupmu. kelak dimasa datang

andai engkau sanggup bersabar dan bertahan,

semua derita dan ketidakadilan yang kau rasakan

sesungguhnya adalah lelucon untuk kau tertawakan

karena, aku pernah menjadi burung sepertimu

 

50

burungku senang sekali hidup di zaman ini, zaman di mana saudara

sebangsanya selalu mati setiap hari; di mana burungburung selalu

diburu tak pernah henti

 

51

alangkah syahdu dan cantiknya ketulusan

 

52

selengkung senyum, selalu akan ada harapan dan kebahagiaan

 

52

dalam jarak dan kerinduan: menghujan airmata

hanyalah sesak yang tak dapat terkata

 

53

ada yang tak bisa terkatakan, semacam rasa riang

semacam bahagia yang meletup tapi tersedak tertahan

 

54

banyak cinta yang terabaikan dalam senang. berpayah dan bersusah,

hanyalah untuk bagian cinta yang hilang; yang terasing dan diabaikan

 

55

betapa tidak hati menghujan airmata

bila merindukan kenangan dan jauh keluarga yang terpisah

 

56

puisi sesungguhnya lembut bagaikan bibir seorang wanita

puisi adakalanya tajam bagaikan pisau yang menyayat hingga

berdarah

 

57

puisi adalah kasih adalah benci

puisi adalah peluru adalah perahu

 

58

puisi adalah sakit yang mewakilkan

adalah wakil yang menyampaikan

juga cinta yang memberikan; kata yang merelakan

 

59

di dalam jiwa pena, puisi adalah kata segala jelma, yang digoreskan

oleh mata yang mencintainya

 

60

andaikan tak ada kesedihan; tak ada pedih lara;

dunia indah bertabur bahagia, lalu burungburung bersuka ceria

apakah lagi yang hendak diburu?

 

61

andaikan tak ada kesedihan; tak ada pedih lara;

dunia bahagia bertabur suka, lalu orangorang bersuka ceria

untuk apa lagi sakit dan kebencian?

 

62

andaikan tak ada kesedihan; tak ada pedih lara;

dunia bersuka penuh warna, lalu anakanak ceria bernyanyi—menari

apakah masih hendak menumpahkan tangis dan darah?

 

63

kasihi dan sayangilah anak impian kita

 

64

segala punya makna bahkan walau tak bernama

 

65

suatu persahabatan yang indah, mampu merinaikan penuh banyak kisah

                                                                                  

66

seribu bidadari hadir di sini, masih lebih baik andaikan sahabat sejati yang menemani

 

67

adalah—sebuah rasa, bersaudara: satu adalah seluruh; seluruh adalah satu

 

68

mengapa ada orang yang tidak suka bersama? barangkali adalah ambisi, benci atau dengki. tapi kami adalah burungburung yang terhormat, yang lebih riang bila bersama;

bila berdekat, bersahabat

 

69

segala cerita adalah sebab rasa. barangkali juga, rasa adalah sebab dari segala cerita

 

70

ada cerita di dalam rasa, ada rasa di dalam cerita

 

71

terkadang dunia bukanlah tempat yang indah untuk burung yang tak berpunya

 

72

rasa yang dingin sehabis hujan, maka beruntunglah mereka yang

bisa pulas rebah mengukir senyum berselimut hangat

 

73

kenanglah bumi sebelum engkau pergi ke langit.

kenanglah setitik air sebelum engkau menjadi lautan

kenanglah kebersamaan sebelum tiba kepergian

kenanglah aku bila engkau sungguh ingin pergi

 

74

kenanglah cinta sebelum tiba bencimu

kenanglah senyum bila datang amarahmu

kenanglah tangis bila datang sedihmu

kenanglah hujan dalam panasmu

                     

75

kenanglah yang terjadi sebab ia pasti akan pergi

kenanglah semua cinta yang pernah singgah

kenanglah kebersamaan yang pernah ada

kenanglah sedih yang pernah terjadi

kenanglah duka dalam cinta

kenanglah apa yang pernah tercipta

kenanglah ada sebelum tiada

 

76

tapi, sebelum mengenang semua itu

marilah kita mendirikan sayang

 

77

terkadang, arah angin memang dapat dibaca, namun, terkadang

pula tak selalu sesuai kira. adakalanya gelombang yang datang

ternyata lebih kencang sehingga dapat membuat angin bergeser

haluan : menyimpang dari perkiraan

 

78

beberapa tahun telah berlalu, banyak sudah nasib waktu yang tandas di bibir gelas

 

79

lintang pahit kehidupan, sakit pedih yang meresap, janganlah

terputus patah semangat

 

80

burungburung yang cacat, burungburung tanpa sayap, ada cinta yang walau

setitik tak pernah pergi dalam hidup; yang menyayangimu. mungkin tuhanmu,

mungkin ibu-ayahmu, mungkin sesiapamu, mungkin pula impianimpianmu

 

81

burungburung yang kekurangan, hiduplah selalu dengan segala harapan baikmu

suatu harapan yang baik, laksana cahaya yang menyala dalam gelap kehidupan

 

82

kau adalah lidahku untuk bicara

kau adalah cintaku dalam kata

kau adalah sayapku untuk mengudara

kau adalah segala risauku yang tertumpah

kau adalah pisau terindah dalam luka

 

83

ketika datang fajar yang baru

menangislah kita bersama

melupai segala kata

mencari senyum yang tak ada

 

84

hanya tangis dan senyum

di dalam sepi

 

85               

tumbuhlah engkau menjadi kata yang baik; kata yang punya

cinta dan rasa, yang punya hati dan kasih. tolonglah orangorang

dipersimpangan lelah. bantu dan doakanlah burungburung yang

susah. jadilah engkau kata yang sebenarnya kata, tumbuhlah anakku.

 

 

SEKIAN #

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler