Skip to Content

Bukankah kita berasal dari tanah gersang ?

Foto Riniintama

Kita berkelakar dalam kelebat bayang yang tak tampak,


lalu terkecoh pada duka lara dan amarah yang rumit

Sedang pikiran menghantui ruhruh dari bumi yang mati

 

Kita buka lembaranlembaran kertas tahun lalu

Segala paradigma melelehkan helaihelai makna

Melupa mata air kearifan dan hakikat rasa

Kemana perginya angin ?

 

Lalu di tepi rasamu yang sunyi

Kita eja baitbait puisi  yang memanusiakan manusia

merenungi barisbaris doa dengan energi tanpa batas

dan memimpikan oase di tengah panas membakar

 

Ketidakseimbangan itu berakhir bumerang

Karena jiwajiwa di rundung cemas yang usang

Atas cintacinta yang akan pergi menghilang

 

Bukankah kita bagian dari tanah gersang ?

Tetapi sesaat kemudian memusuhi maut yang siap menghadang

 

Februari 2011

Dalam buku “Gemulai Tarian Naz”

 


Komentar

Foto edi sst

hmm ...

Rin, akhirnya negeri tanah gersang itu pun berpulang, bukan?
nice poem. puisi yg menjadi small pinch ea ...
Gemulai Tarian Naz-mu masih ada, Rin?

Salam hangat ... :)

Foto AD. Rusmianto

mantebs

mantebs

Foto sugianto

Iklas

Membaca puisi itu aku ingin belajar rmenjadi manusia dan belajar iklas dan pasrah. Salam,,,

Foto sunusijanjitojajale

aku termangu

bolehkah kupinjam puisimu ananda untuk kupasang di dinding facebookku

Foto Adhe Bintang

Alhamdulillah.. Ngintip-ngint

Alhamdulillah..
Ngintip-ngintipnya Adhe dapat banyak ilmu.
:p

Salam jabat aksara dan sukses buat semua ya?
^_^

Foto usman hasan

tanah

berasal dari tanah
kembali pada tanah

Foto maslahudin el-siaky

maslahudin

like.....
semua kan rasa

masao

Foto moeha

bagus banget

bagus banget

Foto Desi Rahmiaty P

gersang

yaa, dunia sangar yang gersang .gersang nilai ,gersang iman.

Foto L Jhon DS

Berbinar

saya rasa itu cukup mewakili akan kemegahan puisi ini..
:)

Foto wendy

bukankah kita berasal dari tanah gersang

kita diciptakan dari tanah geursang dimna istilah ini sering kita dengarkan dari orang tua tempo dulu. tulisan ini merupakan salah satu cerminan.... salam hangat....

Foto Adhe Bintang

sangat indah

sangat indah

Foto indri yulianto

inspiratif...

inspiratif...

Foto Lin Hana

membaca puisi ini, jiwaku

membaca puisi ini, jiwaku meronta...sebab malu karena belum mampu menjadikan diri sebagai manusia yang benar.

suka, Like double mbak...

salam kenal

Foto Abu Fathier

Gaya bahasa yang anggun

Keren karyanya ...suka sangat

Abu Fathier

Foto Ibra Derrida

lumayan.....:-)

lumayan.....:-)

Foto abdulmalikkoto

menikmati

tukikan kata yang sarat makna, terfakur daku menyimak untaian kata-katamu sungguh dalam dan bening. salam takzim untukmu. Jika berkenan mampirlah ketempat ku ya :)

@<3:)

Foto Momi

Keren sangat

Keren sangat

Foto Saiful Rachman

tanah gersang dipadang

tanah gersang dipadang ilalang, akar meretas tak tembus batas,.
salam kenal ya mbk rini,. :)

Foto Bahrul ulum

Tanah Gersang di Bumi yang Subur

yaaa,,, benar,, tanah ini memang gersang..
tapi, bukankah kita semua tahu bahwa negeri kita ini adalah negeri yang subur..!!
pikiran kita yang telah gersang, karena tidak terpikir betapa suburnya negeri kita ini.

Foto SIHALOHOLISTICK

TANAH GERSANG DI ATAS TANAH SUBUR...

beberapa diksi pada puisi ini memberikan makna yang mencengangkan padahal tema puisi ini sudah cukup akrab di telinga, sikap sinisme mempertajam visualisasi puisi sehingga pencitraanya menjadi lebih tajam
pada larik "kita eja bait-bait puisi yang memanusiakan manusia" memberikan dukungan makna yang tajam meski ada nada keputus asa-an di sana, jika puisi ini di dramatisasikan maka akan lebih jelas bagaimana kemampuan visualisasi puisi .
kehebatan puisi ini akan semakin tajam jika kita perhatikan dua buah larik yang di bubuhi tanda tanya (?), dengan tanda tanya penulis tidak ingin merasakan sendiri rasa yang di lahirkan puisi ini, penulis membagi makna itu pada pembaca dengan tujuan saling memberi gagasan untuk pemecahan masalah negeri yang salah pada konsep dan penghuninya, pelibatan ini memberi kesan puisi ini adalah milik semua pembaca dan penulis hanya perantara

=@Sihaloholistick=

Foto Omahasu Laras

APA CUMA SAYA?

Apa cuma saya yang tidak merasakan greget dari puisi ini?

Foto hermandstk

mantap....................

menginspirasi dan menumbuhkan kesadaran akan siapa diri kita.....

Foto Rizky dadang

Tanah gersang

menimbulkan visualisasi pada kesadaran diri, terima kasih mba'

Foto zefolly

TOBAT

HATI YANG GERSANG WUJUD JIWA YANG TAK TENANG........INGAT TUJUAN HIDUP....!

SEEFULLY SCOREN

Foto SANG PENGEMBARA

Awal yang baik dan ending yang....

Awal yang baik dan ending yang kontradiktif dengan bait-bait yang di atasnya..."Bukankah kita bagian dari tanah gersang? / Tetapi sesaat kemudian memusuhi maut yang siap datang" maksudnya tak jelas. Suasana batin puisi ini bercerita tentang situasi hati yang gersang: kehilangan pegangan, pedoman atau tujuan bersama....dalam hal ini tidak ada hubungannya dengan maut, ini soal bagaimana membangun kembali kebersamaan kita yang rapuh....kata: "Tetapi sesaat kemudian memusuhi maut yang siap datang" membuat puisi ini jadi kehilangan gregetnya!

Foto Adhe Bintang

Skeptisisme puisi

Ada spektisisme di dalam puisi, begitu kata para komentator ilmiah puisi. Mungkin puisi "Bukankah kita berasal dari tanah gersang?" ini punya nada semacam itu. Tapi ah...indahnya! Yang "skeptis" itu tidak harus negatif...ia bahkan bisa menjadi begitu indah dan menghanyutkan, ahk bukan bukan menghanyutkan, tetapi menggetarkan!

Foto Handrie

penulis

keren puisinya,. :)

Foto Adhe Bintang

Puisi Mantap

sungguh mantap kata katanya...

Foto Adhe Bintang

Kapan ya bisa bikin puisi

Kapan ya bisa bikin puisi dengan makna sedalam ini hihi

Foto Hudaagsefpawan

mantab

mantab mbak puisi sesampainya aku tidak menulis lagi karena tidak pd mau sangat jauh dari indahannya dari puisi mbak hahaha

Foto nahwan pasangio

Mantap

Mantap

gospenlopito.blogspot.com

Foto Adhe Bintang

Jasa Pembuatan Website Jakarta

hem mnyedihkan bacanya

Foto Adhe Bintang

Nyawa Kegersangan Dunia

Jika kita tahu dunia ini gersang, akankah tangan dan kaki kita bergerak? Bergerak karena terlinyas secercah cahaya dalam pikiran untuk mengguyurkan kesejukan sampai dunia gersang ini bernyawa. Sebab, kata-kata mungkin saja menggerakkan hati sang perasa namun aksi nyata menggerakkan dunia. Dan kini, telah ada berjuta kegersangan yang semua orang rasakan, walau tak semua merasakan jenis kegersangan dunia yang sama.
Salam saya Gigi Prastiwi

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler