Kita berkelakar dalam kelebat bayang yang tak tampak,
lalu terkecoh pada duka lara dan amarah yang rumit
Sedang pikiran menghantui ruhruh dari bumi yang mati
Kita buka lembaranlembaran kertas tahun lalu
Segala paradigma melelehkan helaihelai makna
Melupa mata air kearifan dan hakikat rasa
Kemana perginya angin ?
Lalu di tepi rasamu yang sunyi
Kita eja baitbait puisi yang memanusiakan manusia
merenungi barisbaris doa dengan energi tanpa batas
dan memimpikan oase di tengah panas membakar
Ketidakseimbangan itu berakhir bumerang
Karena jiwajiwa di rundung cemas yang usang
Atas cintacinta yang akan pergi menghilang
Bukankah kita bagian dari tanah gersang ?
Tetapi sesaat kemudian memusuhi maut yang siap menghadang
Februari 2011
Dalam buku “Gemulai Tarian Naz”
Komentar
hmm ...
Rin, akhirnya negeri tanah gersang itu pun berpulang, bukan?
nice poem. puisi yg menjadi small pinch ea ...
Gemulai Tarian Naz-mu masih ada, Rin?
Salam hangat ... :)
mantebs
mantebs
Iklas
Membaca puisi itu aku ingin belajar rmenjadi manusia dan belajar iklas dan pasrah. Salam,,,
aku termangu
bolehkah kupinjam puisimu ananda untuk kupasang di dinding facebookku
Alhamdulillah.. Ngintip-ngint
Alhamdulillah..
Ngintip-ngintipnya Adhe dapat banyak ilmu.
:p
Salam jabat aksara dan sukses buat semua ya?
^_^
tanah
berasal dari tanah
kembali pada tanah
maslahudin
like.....
semua kan rasa
masao
bagus banget
bagus banget
gersang
yaa, dunia sangar yang gersang .gersang nilai ,gersang iman.
Berbinar
saya rasa itu cukup mewakili akan kemegahan puisi ini..
:)
bukankah kita berasal dari tanah gersang
kita diciptakan dari tanah geursang dimna istilah ini sering kita dengarkan dari orang tua tempo dulu. tulisan ini merupakan salah satu cerminan.... salam hangat....
sangat indah
sangat indah
inspiratif...
inspiratif...
membaca puisi ini, jiwaku
membaca puisi ini, jiwaku meronta...sebab malu karena belum mampu menjadikan diri sebagai manusia yang benar.
suka, Like double mbak...
salam kenal
Gaya bahasa yang anggun
Keren karyanya ...suka sangat
Abu Fathier
lumayan.....:-)
lumayan.....:-)
menikmati
tukikan kata yang sarat makna, terfakur daku menyimak untaian kata-katamu sungguh dalam dan bening. salam takzim untukmu. Jika berkenan mampirlah ketempat ku ya :)
@<3:)
Keren sangat
Keren sangat
tanah gersang dipadang
tanah gersang dipadang ilalang, akar meretas tak tembus batas,.
salam kenal ya mbk rini,. :)
Tanah Gersang di Bumi yang Subur
yaaa,,, benar,, tanah ini memang gersang..
tapi, bukankah kita semua tahu bahwa negeri kita ini adalah negeri yang subur..!!
pikiran kita yang telah gersang, karena tidak terpikir betapa suburnya negeri kita ini.
TANAH GERSANG DI ATAS TANAH SUBUR...
beberapa diksi pada puisi ini memberikan makna yang mencengangkan padahal tema puisi ini sudah cukup akrab di telinga, sikap sinisme mempertajam visualisasi puisi sehingga pencitraanya menjadi lebih tajam
pada larik "kita eja bait-bait puisi yang memanusiakan manusia" memberikan dukungan makna yang tajam meski ada nada keputus asa-an di sana, jika puisi ini di dramatisasikan maka akan lebih jelas bagaimana kemampuan visualisasi puisi .
kehebatan puisi ini akan semakin tajam jika kita perhatikan dua buah larik yang di bubuhi tanda tanya (?), dengan tanda tanya penulis tidak ingin merasakan sendiri rasa yang di lahirkan puisi ini, penulis membagi makna itu pada pembaca dengan tujuan saling memberi gagasan untuk pemecahan masalah negeri yang salah pada konsep dan penghuninya, pelibatan ini memberi kesan puisi ini adalah milik semua pembaca dan penulis hanya perantara
=@Sihaloholistick=
APA CUMA SAYA?
Apa cuma saya yang tidak merasakan greget dari puisi ini?
mantap....................
menginspirasi dan menumbuhkan kesadaran akan siapa diri kita.....
Tanah gersang
menimbulkan visualisasi pada kesadaran diri, terima kasih mba'
TOBAT
HATI YANG GERSANG WUJUD JIWA YANG TAK TENANG........INGAT TUJUAN HIDUP....!
SEEFULLY SCOREN
Awal yang baik dan ending yang....
Awal yang baik dan ending yang kontradiktif dengan bait-bait yang di atasnya..."Bukankah kita bagian dari tanah gersang? / Tetapi sesaat kemudian memusuhi maut yang siap datang" maksudnya tak jelas. Suasana batin puisi ini bercerita tentang situasi hati yang gersang: kehilangan pegangan, pedoman atau tujuan bersama....dalam hal ini tidak ada hubungannya dengan maut, ini soal bagaimana membangun kembali kebersamaan kita yang rapuh....kata: "Tetapi sesaat kemudian memusuhi maut yang siap datang" membuat puisi ini jadi kehilangan gregetnya!
Skeptisisme puisi
Ada spektisisme di dalam puisi, begitu kata para komentator ilmiah puisi. Mungkin puisi "Bukankah kita berasal dari tanah gersang?" ini punya nada semacam itu. Tapi ah...indahnya! Yang "skeptis" itu tidak harus negatif...ia bahkan bisa menjadi begitu indah dan menghanyutkan, ahk bukan bukan menghanyutkan, tetapi menggetarkan!
penulis
keren puisinya,. :)
Puisi Mantap
sungguh mantap kata katanya...
Kapan ya bisa bikin puisi
Kapan ya bisa bikin puisi dengan makna sedalam ini hihi
mantab
mantab mbak puisi sesampainya aku tidak menulis lagi karena tidak pd mau sangat jauh dari indahannya dari puisi mbak hahaha
Mantap
Mantap
gospenlopito.blogspot.com
Jasa Pembuatan Website Jakarta
hem mnyedihkan bacanya
Nyawa Kegersangan Dunia
Jika kita tahu dunia ini gersang, akankah tangan dan kaki kita bergerak? Bergerak karena terlinyas secercah cahaya dalam pikiran untuk mengguyurkan kesejukan sampai dunia gersang ini bernyawa. Sebab, kata-kata mungkin saja menggerakkan hati sang perasa namun aksi nyata menggerakkan dunia. Dan kini, telah ada berjuta kegersangan yang semua orang rasakan, walau tak semua merasakan jenis kegersangan dunia yang sama.
Salam saya Gigi Prastiwi
Tulis komentar baru