AKU MERASA SEPI
MENUSUK NUSUK KE DALAM JANTUNG
BERHEMBUS KE SETIAP PENJURU SYARAF
DARI AORTA KE VENA
DARI AMIGDALA HINGGA KE SUMSUM
aku merasa sendiri
jauh dalam hatiku
bersisian dengan gumpalan semilyar partikel gu la bernama empedu
AKU TAK TAHU HARUS BERDIRI DI SISI MANA
AKU TAK PERNAH MENGERTI MESTINYA LANGKAHKU MENGARAH KE SUDUT JALAN YANG MANA
semuanya terasa sama
berkelindan dalam nihilisme
sementara aku hanya manusia
yang belum lepas dari kebinatangan
dan yang tak mampu menguasai dirinya sendiri
AKU MERASA SANGAT SENDIRI
MENUNGGU WAKTU MEMEBENTUKKU
MENJADI BUTIRAN PASIR
KEMUDIAN TERPINGGIRKAN OLEH OMBAK
MENUMPUK MENJADI PIJAKAN KAKI
DAN HARUS MENUNGGU BUTIRAN LAIN
UNTUK MENUMPUKKU DALAM KETERMENUNGAN TAK PERNAH BERHENTI
SAMPAI KARANG DI LAUT TAK PERNAH TUMBUH LAGI
duhai
ternyata masih panjang perjalanan dan penantian ini
lalu untuk apa aku disini?
merendam kaki hingga bengkak dan terseret ombak
kembali ke samudera
terombang ambing lalu tenggelam
dan menunggu sekian waktu, lagi?
agar ia membawaku ke kehancuran diriku
lalu mengibaskanku dalam gelombang
untuk kembali ke tepian
dan karam terkubur butiran pasir yang lain
duhai
masih sejauh itukah?
masih selama itukah?
bolehkah aku memilih?
meski aku tak tahu seperti apa rupa kematian saat menyapaku
Komentar
Puisi yang indah...
Puisi yang indah dan dalam maknanya.
Beni Guntarman
Dante Inferno
Puisi yang menarik, saya teringat Dante, dia menulis di Inferno: "Banyak penududuk terkemuka Florence hidup di Neraka karena dosa-dosanya."
Saya mencoba menulis blog tentang Dante, semoga anda juga suka: http://stenote-berkata.blogspot.com/2017/12/wwancara-dengan-dante.html
Tulis komentar baru