Gelombang tautan saling menatap
Pada-Nya berpijak di atas duri-duri mati
Bekhianat bertemu harumnya melati
Membaringkan diri ketika kelam
Mengelak dan hilang ketika terang
Keheningan malam bulan meremang
Ku rengkuh ikatan suci, sunyi ini selipkan sepi
Bimbang terlalu rumit tuk ku jabarkan
Mengejar nyata mungkin buta
Penglihatanku tak terlihat, mengerat kian merapat
Diujung Ubun-ubun lepas memulai
Memungut kepingan senja dan dusta
Di dalam beranda tempatku indah
Biarlah, ingin menjauh bila terpisah
Kenyataan semu dilakoni, dikubur seolah mati
Saat semua lemah, ciptakan resah
Merasakan getaran membusuk hati
Tentang rasa senyum sengsara
Hangat membeku di relung kalbu
Wewangian teruslah dicari
Menyapa bayang-bayang, menatap riang
Hanyalah tetesan sebuah kekuatan
Merintih suaraku, terbengkalai waktu
Komentar
Cerdas, dan perlu ketajaman pikiran untuk menyimak isi puisi ini
Puisi ini ditulis dengan kecerdasan, agak sulit disimak, namun bila sedikit jeli ada nuansa bathiniah yang diungkapkan dng cara yang sangat cerdas, dan kunci pemahamannya di letakkan di akhir puisi. Saya suka puisi ini.
Beni Guntarman
Mas Beni
Mas Beni Gutarman,. terimakasih mas, saya juga sangat terkesan dg karya-karya milik mas Beni, saya masih perlu bnyak belajar dari mas Beni, semoga mas Beni dapat membimbing saya,..
nice, kalau baca nya sekilas
nice, kalau baca nya sekilas agak susah dipahami,butuh 2-3 kali baca.hehe maklum tidak biasa dengan puisi tersirat.
Tulis komentar baru