Skip to Content

Diam

Foto Dinda Shabrina

Banyak yang tuli di tengah kebisingan dan buta di tengah kegaduhan kota.
Aku memang tetap duduk terpaku di mejaku sembari menunggu apa yang terjadi.
Bukan soal siapa dan apa peristiwanya. 
Tapi mengapa sebetulnya aku di sini?
Kemarin aku disuguhkan kopi hangat dengan beberapa roti. Mereka berkata, "tenang lah bocah kau masih bisa terselamatkan asal kau bersolek sahaja dan berdiam diri lah di dalam sana".
Baik lah.
Tapi, mengapa sebetulnya aku di sini?
Bukan soal ada apa sebenarnya yang terjadi.
Terkunci dan hampir mati dalam bungkam yang tak pasti.
Ternyata bukan soal apa yang terjadi dan mengapa aku sini. 
Ruang imajinasi berikan arti pada setiap kegelisahan.
Aku tahu sesuatu yang membawaku bersama kecemasan.
Baik lah, terima kasih telah memaksaku untuk diam.
Sesungguhnya sendiri dalam diam membuatku lebih berani menajamkan parang pembantaian.
Sekarang aku di sini dalam diam. Ingatkah bahwa diam tak selalu tenggelam?
Terima kasih telah mendiamkan aku yang lama tak diam.
Karena mulut ini yang hanya diam.
Karena hanya suara yang diam.
Tapi, diam-diam aku tidak diam.
Diam, larik ini mencekam!


Dinda Shabrina's Poetry - Pemantik Bara Kala Senja

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler