NTB REBOUN
KEMBALI AKU PADAMU
Aku tulis puisi ini
ditingkahi
remang-remang malam
gerhana purnama bulan penuh
di negeri seribu masjid
jari-jari zaman
dikotomi suka dan duka
aksi protes dan sikap solidaritas
adalah
wujud akumulasi kekecewaan
demi kekecewaan
narasi ini tumbuh dari akar kerontang
di lembah curam
gunung mores
fenomena-fenomenanya harus disuarakan
dibeberkan
ketika senja makan raja pulung itu
berlumuran mitologi
kembali aku juga padamu
menjajakan
langkah kembaraku
di ambang pintu-pintu kuncinya yang terpatah
o, rinduku yang terkurung
o, rona sipu-sipuku malu-malu
sebab senyummu telah menjadi legenda termahal
di negeri aku disantuni dongeng-dongeng
perjuangan ikhlas bakti
demi senyummu itu rela putihku
kukibarkan
aku pulang
kembali padamu menjadi rumput
hijaukan sentausamu yang hilang
tanpa
plintat-plintut yang berbuntut kemelut
eksklusivisme
terimalah kasih terimakasihku
karena
pintu itu kau buka akhirnya untuk kulalui
mencoba mencari-cari sikap manjamu yang teduh
kala terluka oleh takik perjuangan semuku
di sudut hari
itu ilusi biru maya hayali
dan
kini aku berdiri
membenahi derap lututku yang keram
di bawah panji NTB rebound
kesyahduanku itu luruh
karena pesona
baramu itu jua membakar
wajah molekku
manakala hening samadi
dari balik daun pintu
jarum jam mengetuk-ngetuk bilangan
waktu yang terlewat
terkadang pula
itu lumayan ajaib
di setiap ada rasa kehilangan
selalu ingin kutulis tentang sikap
polosmu yang ranum
dan waktu
kembali seperti semua bergulir
tanpa cela mengabadikan
setiap moment
dalam bungkusan kado ; ulang tahun
namun
hendaknya itu bukan ajaib
tatkala
waktu mengerti setiap hasrat insani itu
rapuh
terkadang seperti warna merah darah
lipstik perawan di bibir gelas kristal
angun bersinggungan
kemayumu yang ditatakan kemilau
fanani
hingga dunia ramai oleh keanehan yang remeh
dan tak terduga
maka terimalah itu kasih
terima kasihku
Komentar
Tulis komentar baru