Skip to Content

Pekik Perih Hutan Dahulu Seroja-

Foto Lizza Na

Pekik Perih Hutan Dahulu Seroja

 

Tak lagi bebatuan berlumut di kakiku

Tak ada lagi alang-alang menyejukkan batangku

Tak lagi berpeluh basah disejukkan embun dedaunanku

Tiada lagi pelukan sebadan untuk para batang2

apalagi diameter untuk para wanandri berlima

 

Tak ada lagi yang berbilang ratusan tahun

Tiada lagi sang Purba

 

Ku hanya bisa menyanyi getir di pucuk pucuk daunku yang kini hanya tinggi sehidung

Kepada siapa lagi engkau monyet-monyet akan bergelantung

Dan juga ku rindu geliat ular di batangku

Tak ada lagi burung kini bernaung

Dan menghilang juga raung-raung

 

tiada lagi roh roh seram menemani

mereka pergi digendong sang penjagal

mereka memotong leherku, menebas badanku, memutilasiku

mereka menyemayamkanku di dinding-dinding rumah, di pantat-pantat mereka,

di tempat-tempat aku hanyalah seonggok

 

Tinggal debu, angin dan panas keji

kusambut hujan dimana tanahku pun mengikut

 

Kadang ku menjadi danau kadang ku adalah sungai,

tapi terlalu sering ku meretak meranggas

 

Hutan-hutan seroja tinggal cerita

 

Kini Purnama terlihat bulat dan menelanjangkan tetubuhku

Dan pagi tiada lagi bersemburat dan bercahaya

 

Matahari menjemurku hingga ku pun terkoyak-koyak

ranting yang memecah mematah, daun-daun yang bergugur

 

Aku mengutuki cuaca

Menyumpahi manusia

Menyerapahi mesin2 penjagal

Memaki-maki yang telah menjajaki kaki di tanahku

 

Kini aku di lembah neraka sebelumnya di surga

 

Aku merindukan ibuku yang dahulu dijuluki pertiwi, dan ayahku yang bernama bangsa

Kalian kemana pergi…kembali peluk dan asuhlah aku lagi

 

(

 

-5 Januari 2009-

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler