Rindu Itu Menyakitkan
Maaf, terpaksa aku harus jujur kepada kalian semua tentang rindu.
Ternyata rindu itu menyakitkan, sungguh menyakitkan.
Rindu kadang membuat aku gila,
gila karena terlalu merindukan yang dirindukan.
Rindu kadang membuat aku mampu menghabiskan waktu berjam-jam
menatap layar kaca hanya untuk bercanda ria dengan dirimu.
Rindu memampukan aku merasa nyaman dalam kesendirian
sebab dalam kesendirian itulah aku bisa menghayal tentang dirimu.
Rindu kadang membuat aku tak sanggup
membedakan antara realita dan khayalan.
Karena rindu aku terpaksa berjaga setiap saat
sebab ketika aku tertidur mimpiku pasti tentang kamu.
Rindu itu ternyata menyakitkan.
Demi Dirimu
Aku akan memahami dirimu tanpa kata
sebab kata itu hanya kiasan yang bisa menipu.
Aku akan melindungi dirimu
meskipun aku harus mengorbankan jiwa dan ragaku.
Aku akan mengorbankan semua waktuku
demi mengutamakan apapun yang kau sukai.
Aku akan mencintai dirimu dengan tulus
meskipun kau sering mengabaikan cintaku.
Aku akan selalu ada untukmu
meskipun tanpa kau minta sebab itulah bukti cintaku.
Aku tidak akan pergi ke lain hati
jika memang kau memutuskan pergi dari hidupku,
sebab yang aku bisa hanyalah bersabar dan menunggu kau kembali.
Aku akan tetap setia menunggu
sebab aku tahu satu waktu nanti kau akan kembali kepelukan cintaku.
Karena cintaku yang sanggup memahami dirimu seutuhnya.
Ine Rie, Kopi Hangat Dan Cinta Sesaat
(Tentang kisah cinta di lautan lepas)
Antara kau dan aku hanya dibatasi oleh sepi, lama kita berdiam diri.
Membisu dalam hingar bingar lautan penumpang KM Ine Rie.
Meskipun jarak antara kita hanya selangkah kaki anak-anak saja.
Kita tetap berdiam diri, hanya sesekali berbagi senyum dan saling bertukar tatap.
Antara kau dan aku, tidak ada yang berinisiatif untuk berkenalan
sekedar mencairkan suasana kaku dan dingin antara kita berdua.
Alasan kita berdiam diri bukan karena malu
tetapi lebih pada mempertahankan harga diri kita.
Ine Rie, kapal perkasa ini terus bergerak membela ombak
meninggalkan pelabuhan yang ia cumbui beberapa jam lalu.
Dengan perkasa ia terus bergerak memecahkan ombak lautan
sehingga terciptalah buih-buih putih yang berlarian seolah-olah
mengejar kapal yang sedang kita tumpangi ini.
Berjam-jam kita bernaung pada atap kapal yang sama.
Bersandar pada dinding kapal yang sama
namun belum ada kata yang terucap dari perbendaharaan mulut kita.
Kau tetap diam demikian dengan diriku. Kita sibuk dengan dunia kita sendiri.
Hanya senyum dan tatapan mata kitalah yang menjadi bahasa komunikasi antara kita.
Dan, tiba-tiba kau menawarkan aku untuk ngopi bersamamu di buritan kapal,
tanpa berpikir lagi aku langsung menyetujui undangan darimu.
Itulah awal perkenalan kita dan permulaan kisah cinta kita walau hanya sesaat.
Kini antara kau dan aku tidak ada lagi jarak yang menghambat komunikasi kita.
Kau tanpa ragu dan sungkan menyandarkan kepalamu di bahuku,
aku pun demikian tanpa ragu membelai rambut hitam dan panjang milikmu dengan lembut.
Kita tak mempedulikan berpasang-pasang mata yang menatap penuh Tanya ke arah kita.
Kita bermesraan layaknya sepasang kekasih,
membagi kehangatan dalam dinginnya udara malam di tengah lautan.
Maaf aku terpaksa mengisahkan kisa ini dalam puisi yang berjudul Ine Rie, kopi hangat dan cinta sesaat, sebab aku terlalu lelah tuk menyimpan rahasia ini.
(Untuk sebuah nama yang telah terlupakan)
Berharap
Malam ini, malam yang hanya diterangi oleh cahaya bintang.
Malam yang ditemani oleh suara parau jangkrik-jangkrik di balik bebatuan
juga lolongan anjing penuh mistik yang menakutkan.
Malam dingin bermusik gesekan dedaunan
yang dicumbuh tamparan lembut angin malam.
Malam sepi dan dingin ini, aku berharap kau ada di sini tuk habiskan malam ini
Dengan sepotong kue kering dan secangkir kopi gayo buatanmu.
Tetapi itu tidak mungkin sebab kau jauh di sana,
terkurung dalam kesibukan yang membelenggu dirimu.
Malam ini aku ingin langsung terlelap dalam dekapan malam
dan terbuai mimpi indah tentang kamu.
Tetapi aku heran mata ini tetap terjaga dan hati ini tetap berharap.
Berharap kau hadir menghangatkan malam dingin ini dengan pelukanmu.
Akh… malam ini, kenapa aku terus berharap.
Berharap kau datang dengan senyum manismu
yang tak sirna oleh malam yang sepi ini.
Banda Aceh...,
Komentar
Tulis komentar baru