Ritus Sunyi
Kususuri lekuk waktu di antara tubuh puisimu
ketika ciuman kita menyayat luka
dan perihnya menjelma kupu-kupu; melayang-layang
memagut rindu.
Ada madu dalam kuncup bunga
yang tak sempat kita meratap
kerna rencana hanya tinggal tanya:
mengapa takdir penuh misteri?
Kau ngungun menyusuri jalan setapak
ditumbuhi ilalang bisu
tanpa kabar angin
apalagi senyum peri. Hanya
kau yang bisa kugandeng
membangun harapan senja
tapi ketukan pintupun tak menggema
di telinga.
Kau terus berbisik
lirih tanpa suara; menyejukkan jiwaku
membangkitkan lagi semangatku
untuk terus melangkah
menundukkan kejamnya bumi
yang selalu melahirkan kota tua.
Komentar
Tulis komentar baru