Tidurlah nak, segeralah kau pejamkan matamu yang masih belum melihat dosa itu
Tidurlah nak, Dekaplah bantal dan guling yang dingin itu.
Tidurlah nak, ambil selimut hangat itu, agar udara dingin urung untuk menusukmu
Tidurlah nak, senja sudah mulai pergi perlahan berganti dengan gelap yang mencekam
Mendung kelam sudah datang, awan hitam sudah menguasai langit yang biru
Bintang yang berlarian menemanimu dalam tawa dan tangis, sudah pergi menjauh
Rembulan yang selalu menjagamu dalam sinarnya pun lekang dalam gelapnya malam
Segeralah tidur nak, bapak tak ingin kau mendengar kicauan merdu burung-burung kerajaan yang terkurung dalam sangkar emas
Segeralah tidur nak, bapak tak ingin kau mendengar nyanyian pilu dari perut yang kosong
Bapak tak ingin kau mendengar raungan-raungan dari sela-sela gedung yang megah
Bapak tak ingin kau melihat api yang berlari membakar orang-orang tak berdosa
Bapak tak ingin kau melihat pedang hukum dan norma yang menusuk hati mereka yang terseok berjalan
Bapak tak ingin kau mencium bau darah segar dari orang yang saling bertengkar demi sepotong roti
Bapak tak ingin kau mencium bau busuk dari sebuah botol parfum yang dipakai para penguasa
Segeralah tidur nak, tutuplah matamu rapat, tutuplah hidungmu dengan udara biru, tutuplah telingamu dengan doa suci ibumu.
Nyenyaklah tidurmu anakku, ijinkan bapakmu ini menjagamu dari duri-duri dalam selimut yang hendak membuatmu terjaga
Segeralah tidur, bangunlah esok pagi bersama mentari yang bersinar terang
Iringilah dengan tinjumu ke udara, tegaplah langkahmu, dan lantanglah suara dalam berteriak
Pecahkan petir-petir itu agar tak ada gemuruh yang berani mengganggu kau tertawa
Segeralah tidur anakku, nyenyaklah kau dalam bermain dalam bermimpi
Tidurlah anakku, selamat malam wahai Rajawaliku
Komentar
Tulis komentar baru