Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Di sini Di kotaku Tak ku temui lagi Anak-anak bermain petak umpat Atau bermain gasing menunggu Senja tiba Cerita lama telah terkubur Ketika alat-alat elektronik
matamu tak selesai kubaca, pada ujung malam dalam pertemuan singkat itu ada derak-derak rindu yang menyulut kenangan dari sudut pipimu yang menguning, sungai-sungai mengalir
Seperti tiang listrik yang gemetar di ujung malam. Kau biarkan mimpimu kembara. Melelehkan kenangan dalam dada. Dalam dada. Demikian deras arus sungai hatimu.
Assalamu’alaikum. Ada kabar baik untuk para pengunjung setia jendelasastra.com, kami segenap jajaran direksi penari pena writing laboratory akan mengajak anda untuk bertamasya selama sepuluh hari (gratis), kita akan jalan-jalan bersama menjelajahi dunia yang terlupakan, anda tertarik?
Komentar Terbaru