Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Pada mulanya, orang Batak mengenal satu dewa namanya Mulajadi Na Bolon. Mulajadi Na Bolon menciptakan seekor ayam. Ayam ini paruhnya dari besi, tajinya sebesar kepompong dari tembaga. Ayam ini bertelur, telurnya tiga tiga. Telur ayam itu lebih besar dari sang ayam.
Masih ingatkah kita sebuah film yang berjudul “MURSALA” yang dibintangi oleh Rio Dewanto dan Titi Rajo Bintang yang pernah menuai kontroversi, karena kisah dalam film itu sangat tidak sesuai dengan apa yang pernah beredar di tengah-tengah masyarakat Pesisir Sibolga, Barus, Sorkam dan sekitarnya? Nah, untuk lebih tau apa dan bagaimana sebenarnya Pulau Mursala tersebut, berikut kisahnya:
Alkisah tersebutlah sebuah perkampungan yang penghuninya sangat sepi apalagi pada saat malam hari, suatu ketika singgahlah sebuah kapal laut yang besar yang dipimpin oleh seorang pemuda bergelar St. Bagindo Alam yang berasal dari Sumatera Barat. Kapal laut tersebut terdampar di pantai Barat Pulau Sumatera.
Dahulu kala di Barus, sebagai sebuah kota mandiri yang cukup maju sudah dilengkapi dengan lembaga pendidikan. Mendengar bahwa di Barus sudah ada lembaga pendidikan, mendorong para orang dari pedalaman Batak untuk menyekolahkan anaknya ke Barus.
Ketika suatu kala mentari mulai merasa ssyu . . .
Disaat itulah semua akan hilang . . . .
Meredam . . . .
Meredam bagai peluru meriam yang busung . . . .
Mentari mengeluh . . . .
Atas pancaran sinar yang dirasa begitu begitu saja . . . .
Sedangkan bumi . . . .
Seakan merasa berputar begitu begitu saja . . . .
Panorama seakan berubah . . . .
Berubah menjadi pekat . . . .
Komentar Terbaru