Skip to Content

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Salman ImaduddinMolotov TerakhirHidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...
Mega Dini SariMungkin Aku LupaombiKETIKA POLITISI BERPUISI

Karya Sastra

Empat Senandung Bulan, Dan, Ada yang Hilang, Ada yang Pulang

EMPAT SENANDUNG BULAN


Senandung seluang

yang putih kekuningan berpasang mata jernih

bergerak bebas bersama menempuh arus

berharap kembali

KAKEK DENGAN CUCUNYA

Seorang kakek yang dulunya pernah aktif di pemerintahan. Punya anak perempuan satu-satunya yang kawin dengan seorang pejabat juga. Keduanya sibuk berbagai urusan diluar rumah. Punya anak lelaki yang baru berumur empat tahun.anaknya pintar dan rada jenius.

Cucu : Kenapa olang makannya banyak kek

Aku Merasa Sendiri

Aku Merasa Sendiri

 

Dalam Keramaian suasana

Aku diam terpaku tak berekspresi

Dalam gemerlap lampu

Aku duduk terpaku sendiri

Nada rindu

termenung ku pandangi bulan di langit
penuh pesona keagungan Tuhan
ditemani lirik-lirik kesunyian malam
yang terangkai indah
bersama melodi angin,,,
dan bintang-bintang merajai langit

kamis yang manis

senin awal bertemu kau

selasa tumbuh rasa di hati

rabu semuanya jadi indah

kau beri aku pemanis di hari kamis

yang penuh kisah manis,,,

--= Bab XIII =--

Kemarin, saat hujan masih lebat sekali. Aku hanya bisa duduk termenung di bawah pohon yg sangat besar dan rindang. Di sekitarnya ada banyak batu-batu yg berukuran cukup besar, dan terlihat seperti tersusun begitu rapi. Entah siapa yg sudah menyusun batu-batu itu sampai sedemikian rapinya. Banyak rerumputan ilalang yg tumbuh disekitar situ, terlihat sayup-sayup ketenangan didaerah itu.

--= Bab XII =--

Aku pernah berharap kembali menjadi angin, yg tak ada beban apa-apa. Mungkin memang diriku berasal seperti angin, yg tak tampak dimata, tak tersentuh, tak teraba, yg tak dapat diketahui dari mana asalnya, tapi dapat dirasakan kehadirannya. Yang mungkin juga angin itu ditiupkan oleh Sang Pemilik ketika aku masih dalam bumi suci.

--= Bab XII =--

Aku pernah berharap kembali menjadi angin, yg tak ada beban apa-apa. Mungkin memang diriku berasal seperti angin, yg tak tampak dimata, tak tersentuh, tak teraba, yg tak dapat diketahui dari mana asalnya, tapi dapat dirasakan kehadirannya. Yang mungkin juga angin itu ditiupkan oleh Sang Pemilik ketika aku masih dalam bumi suci.

--= Bab XI =--

Bagaikan sang air yg tak ada hentinya turun ke bumi, sedang Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepada semua makhluk. Tak pandang itu umatnya siapa saja, dan Tuhan memang Maha Rohman. Tapi ada kalanya air yg turun dari langit itu terlampau banyak, sampai meluap sana-sini. Entah karena salah siapa, apa salah manusianya, atau Tuhankah yang salah.

--= Bab X =--

Di kala siang, di teriknya matahari yang tak pernah lelah menerangi hari. Di kala malam, di terangnya sang rembulan yang tak ada hentinya menemani. Detik demi detik terurai, tercerai berai, menyusun datangnya menit. Menit pun berlalu seperti hembusan angin malam yang tak terlihat tapi terasakan cepat membumbung dalam hitungan jam.

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler