Skip to Content

Alkisah.. Di Tanah Tua

“ Ananda”

Ayun ayun

Timang lah timang

Anakku sayang

 

            Janganlah menangis gaduh

“Tersembunyi”

Coba – coba saja engkau menyendiri

Di rimba sunyi sepi : hirup heningnya

Diantara ibu bumi dan anaknya; dimana ayahnya?

 

Ketika putih menjamah tanah

“ Orang Bohemian”

Kelana kah kelana?

Rimba pun rimba-rimba

Beranjak pergi, Mati!

 

Huma-Nya muka lah dunia

Menampar segala-gala :

Cengkonek

Basa-basi

“Sepucuk Surat Merah Delima”

Adinda : Terkasih?

Sudikah engkau jua?

Bagaimana dirimu, serta

Anak kita? Dalam buaian-Nya.

 

Adinda.

Telah tinggi waktu ku tergelincir,

"Lolong Waktu"

Dulu… aku kini saat itu..

Kini… Engkau ketika bila ini..

Esok… Dia kemarin jika lah..

Lusa… mereka ruam ruam..

Nanti.. Aku, Engkau, Dia dan Mereka..

“Tanpa Judul!”

Lagi…

Logika ku pecah berhamburan,

Berpuing kertas putih bekas remas..

 

Lagi.. lagi..

Jemari ku terasa layu,

Tinta merah berkelambu…

“Kolam Susu Basi”

Ba’da subuh di suatu warung kopi lalu Semerbak wanginya anyir ikan berbaur.

“Ini susu nya, pak lurah…”

" Rumpun Pelangi : Orchestra Para Peri Hitam Kecil "

ku tulis, atas rasa cinta dan prihatin kala sakitnya tanah Bangka Belitung karena penambangan timah liar oleh orang - orang tak bertanggung jawab...


"Musim Cinta"

 

Ketika kuntum cinta merekah,

Air telaga hati mengering.

Menguap keluar diri,

Mengembun menjadi kegalauan..

 

"Aku!"

Aku….

 

Terlahir dari benih iblis,

Mematang di rahim dewa..

Menghisap daging ibu,

Lalu dibuang ke dunia…

 

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler