Skip to Content

puisi kritik sosial

Belalang Kadung

Belalang kadung tekun berdo'a

matanya menatap langit, menatap dedaunan

merayu-rayu awan, memuji hutan dan pepohonan

khawatir kemarau 'kan terus berkepanjangan

inikah hidup?

apakah hidup itu?

hanya bisa bernafas atau berjalan?

Pencakar Langit

Tanah merintih tanpa ada siuman kembali.

Hijau dirobek marah karena digunduli.

Runcing kaki para raksaksa besi menusuk perut bumi,

Pinggiran Hati Kemanusiaan

Dahulu aku tahu guna telapak tangan

Lebih baik ke bawah daripada ke atas

Dahulu aku tahu apa apa yang jangan

Tapi aku ‘tak paham mana yang pantas

 

Bibir Ratu Dari Timur

Hulu sungai mengalir jujur dari atas leher kabupaten Cianjur
Tumpahkan cairan jernih ke Batavia laksana Ratu dari timur
Terus berlari saling mengejar hingga muka asli Jakarta muncul

Cukup Telanjang

Mawar 'tak dilahirkan tanpa duri

Aturan 'tak melulu sejerni adanya isi

Gurita

Aku ingin samakan engkau dengan gurita

Dengan penghisap rupa bulatan-bulatan,

Engkau bergerak lalu menangkap buruan

Air Mata Buaya

Air mata buaya adalah cerita rakyat

cerita hati soal yang mengingat dan diingat

jatuh berlimpah ketika terjadi musibah dan banjir dahsyat

Meja Yang 'Tak Hijau 2

Suasana senyap bergandengan dengan lirikan sinis dalam ruangan

Banyak manusia simpang siur berkecamuk kerepotannya bagai ayam sayur

ANAK-ANAK BANGSA

Wahai penguasa negri

anak-anak bangsa adalah kehidupan di masa mendatang

 

mereka dilahirkan dalam situasi dan kondisi pembangunan  nasional

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler