Skip to Content

Puisi Sosial

Diam Lagi Merugi

Kepada yang berwenang

 

KOTA PARA MULIA

Kota maha kaya. Katanya.

tapi tidak sedikit orangnya hidup serba sengsara

Di kolong jembatan, di tepi rel kereta, bahkan di bantaran sungai yang siapm hanyut kapan saja…..

kabar dari sudut pandang anak kecil

kami berada diantara keramaian yang tak terkontrol...

dan menghirup sisa-sisa keluhan manusia..

kami pun mendirikan bangunan hati nurani di puing-puing kota sejahtera..

di pertigaan itu

sesak desak jalan pertigaaan
lima sepuluh sepeda motor bertemu
garis tengah mengapa diseberang
jangan bicara biar hanya mesin menderu

Taman Kota Sebelum Senja

di taman kota
aku melihat langkah-langkah kusam
sejurus berlari
lalu jatuh ditikam takdir yang kelam

senja hanyalah seteguk air
dari kegelapan yang terbit

Pangris = Jepang Baris

Pangris, Jepang Baris*)

Barisan-barisan haus sensasi

Memainkan imajinasi liar

pada sosok-sosok tak bertuan

yang menyelip pada ruang-ruang kota

 

Kabar Hari Ini

di tanah kosong

di antara puing-puing dendam

orang-orang mengibarkan kegembiraan

untuk sebentuk kesumat yang terlunaskan

Kami Dalam Negara?

Sebagaian darimu sedang meramalkan esok hari

Menyimpulkan dunia perlawanan

Sama seperti panggung penuh citra

Benih penjilat yang beradu dengan bunga kritis

De Javu

Aku mengalami De Javu

Kulihat Soekarno berteriak-teriak di Halte Busway yang baru di bangun di pusat kota.

Antrian panjang kaki-kaki telanjang bukan mencari sepatu,

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler