Kurayakan semua dengan makian, meski ribuan anak panah siap terjaga ketika aku melangkah
ini bukan bisikan dari malaikat kepunyaan orang suci, ini juga bukan jilatan iblis yang membuat aku terus merangsang memasuki batas otak terlarang
terkadang kita terpaksa menjadi klise untuk mendapatkan hasil cetak yang baik
atau kita hanya bisa menjadi gambar tanpa ada proses cetak.
Mereka akan selalu bilang dengan jubah putihnya, padahal jelas terlihat mereka memamabiak semua yang berkilau, hanya kemuakkan lah yang bisa menghentikan keseragaman.
Karena aku tidak akan bermain dalam jiwa buatan, maka pikirkanlah kesejukan bara api,
atau kita menunggu sampai pelangi tidak akan setia lagi menanti hujan dan matahari membelah dirinya menjadi dua, sehingga kita terpojok dalam dinding rahim yang tidak ingin berbuah.
Aku, dia, kita , dan mereka adalah pecundang kesiangan dalam anugerah.
Komentar
Tulis komentar baru