Skip to Content

Cerpen : Nirwana

Foto Annisa Tiara

Setiap malam, selalu seperti ini. Mimpi yang sama terus berulang. Setelah kejadian itu tanggal 12 Mei 2011. Hari yang tidak akan pernah terurai filmnya diotakku. Tidak pernah ada yang bilang hidup itu indah. Tidak pula pernah ada yang bisa hidup itu mudah. Dan yang paling menyakitkan dari hidup adalah cinta dan fakta. Dua buah sesuatu yang dapat merubah seseorang dalam sekejap. Dalam sepersekian detik. Mereka tertawa terbahak berbusa lalu dua sesuatu menyambar bagaikan petir hujan dan kemudian mereka menggali kubur.
Jalan yang berliku itu selalu menghantuiku. Di koran, di TV, radio, dimana-mana.

Kau takkan pernah sadar waktu berputar dengan cepat. Mengelola pikiran yang tak pernah kunjung sadar waktu itu penting. Hati yang tak pernah bangun akan realita bahwa waktu, merubah banyak hal. Tanggal 11 Mei adalah ulang tahunku dan kau membawakanku kue tart kesukaanku persis jam 12 malam ketika aku sedang tertidur. Kau mengetuk pintu kos-anku dan muncullah seorang malaikat berdiri dalam kegelapan. Seperti malaikat lainnya yang berhalo, diatas kepalamu terdapat sinar seperti itu dari lampu yang menerangi pintu. Aku tersentak dengan keadaanmu sendiri, rela meluangkan uang extra dan waktu hanya untuk diriku. Aku mencintaimu seutuhnya.
Malam itu kau termenung memelukku di sofa dan melihatku melahap sedikit kue yang kau berikan. Untung sekali esok hari kuliah kita berdua jatuh pada sore hari sehingga tidak usah repot bangun pagi. Hangat pelukmu memberi rasa nyaman pada diriku. Dilapisi selimut tipis kekanakkanku. Kau tidak seperti lelaki bangsat lainnya yang mencoba-coba. Kau hanya disitu memelukku membuatku merasa aman. Kau tahu persis caranya untuk membuatku tenang.
Aku bangun dan kau telah tiada. Dimana?
Ternyata kau pergi ke pentri dan membuatkanku makan pagi. Roti bakar dengan selai strawberry tidak terlalu banyak agar tidak terlalu manis. Teh hangat di pagi hari tanpa gula kesukaanku. "Selamat pagi cinta" dengan senyummu yang lebar lebih terang dari pada matahari. Aku dan kamu, ada, di dunia tersendiri yang kita buat. Dunia fantasi yang tak seorangpun akan pernah ngeh keadannya. Aku tidak akan mengerti bagaimana dunia fantasi kita jika salah satu dari kita ada yang pergi. Aku takut kehilanganmu, itu suatu pikiran yang lucu untuk pagi ini. Aku terlalu terikat dengan grafitasimu sehingga aku lupa dunia nyata. Entah, gelas tadi pecah terlempar tanpa sengaja. Ada apa?
Sore hari ini aku dan kamu bersiap-siap untuk pergi field trip ke Jogja. Fakultas kita, ke sana, tempat dudukmu persis tersedia sebelah aku dan ditengah teman-teman kita. Aku sangat tidak sabar sampai tiba hujan lebat merusuhi Jakarta. Kau dan aku berlari-lari ke kos untuk berlindung. Kau tahu aku sensitif, aku demam. Sedihnya, besok aku harus menunda. Penyakit bodoh ini yang membuat semua gambar indah di otakku hilang terbawa air hujan tadi. Kau menginap di sini dan menjagaku, seperti biasa kau kuat. Huh, tidak sakit. Kau disitu, memanjakkanku dan melayani. Aku tak pernah minta, tapi kau tahu persis caranya membuatku senang.
Ciuman itu, berharap bukanlah yang terakhir. Aku hanya didepan pintu bagaikan kue lapis hangat dari oven dengan selimutku yang tebal dan sweater dan jaket. Melihatmu berbaur dengan latar belakang sedikit demi sedikit bersamaan dengan langkah kakimu yang seirama dengan dentingan detik. Kau hilang dan aku kembali mengunci kamar. Aku tertidur mengingat pelukan wangimu.
Terbangun ditengah kesesakan mimpi jam 7 malam. Aku berbaring di sofa dan mencoba menenagkan diri.
"Sayang, kamu di mana? Aku mimpi buruk :(" Sent one minute ago

Disinilah dimana sekarang terjadi. Disini dimana semua hal indah hancur berkeping menjadi gumpalan kenangan. Aku bahkan tidak sadar bahwa apakah ini nyata? Apakah ini mimpi? Apakah ini imajinasi? Aku mengeraskan volume TV dan melihat betul jasad bus kalian.
"Kecelakaan ini terjadi sore hari ini pukul 5. Bus yang disalip oleh truck menabrak pohon dan terpecah menjadi dua. 12 dari 20 mahasiswa yang menumpang meninggal dunia dan sisanya luka parah. Ini terjadi..."

Dan suara reporter bagaikan keheningan. Tuli sekejap. Aku tidak dapat mendengar apa-apa.
Aku menelfon dirimu. Misscall demi misscall yang aku dapat sampai seseorang menjawab.
"Dimitri kamu dimana!! DIMITRI BILANG KAMU GAK APA APA!"
Bukan kau. Petugas yang mengangkat. Aku matikan, melotot pada layar aku mengulang nomormu dan aku telfon lagi. Sama.
"Kamu dimana? Kamu tau aku kangen banget sama kamu? Bercandanya gak lucu tau gak! PING!! PING!! PING!!"
Sent 12/05/11 @ 11.45 pm
"Please... jawab dong, buktiin ke mereka semua. Aku sayang kamu."
Sent 13/05/11 @ 12.03 am
"Bohong."
Sent 13/05/11 @ 3.36 am
"Kamu di mana?"
Sent 14/05/11 @ 2.00 am
"PING!! PING!! PING!! Balik"
Sent 15/05/11 @1.12 am
"Aku butuh kamu. Sekarang"
Sent 16/05/11 @ 4.33 am

Kau boleh bilang aku bodoh. Menangisi kau yang sekarang adalah angin yang aku hirup. Aku ingin dipeluk dirimu lagi, meskipun sekarang aku selalu dipeluk dirimu. Tapi aku tak pernah tahu kapan. Aku ingin kamu. Bukan angin. Bukan sekedar wangi yang lewat. Bukan sekedar mimpi. Aku tahu kau masih disini mengecup selamat tinggal setiap malam. KURANG! Aku ingin sesuatu yang nyata.
Namun kau tahu, nyata itu bodoh. Aku merindukan semuanya. Merindukan tawa yang biasa kita keluarkan kencang seperti toa dan mic disatukan. Menjadi frekuensi bodoh yang mengganggu telinga orang. Tapi kita tidak pernah perduli karena dunia ini hanyalah kita berdua. Kau tak pernah berfikir apa? Bagaimana ini menghancurkan dunia fantasi kita? Dunia kita kiamat. Hanya aku seorang yang tinggal. Aku dan kamu, manusia, adalah homo sosialis yang membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi. Tanpamu, aku sendiri, semua kiamat bodoh. Setegannya kah kau?
Aku tahu kau akan selalu disampingku. Aku akan tetap merasakan aura cintamu meski kau tak ada. Aku tahu kau akan terus mencintaiku sama seperti aku akan terus mencintaimu. Mungkin di depan nanti aku akan menemukan orang lain. Tapi kau tahu? aku akan terus mencintaimu seperti awal dan akhir berputar dalam kefanaan. Orang lain tidak akan pernah menggantikanmu, karena kau persis caranya membuatku mencinta.

Komentar

Foto edi sst

hmm, asyik euy ...

di antara 5 cerpenmu ini yg plg sy suka, lbh menghanyutkan, walau cerpen "waktu" lebih lincah. kamu tampak punya magma begitu besar utk menulis. jk kamu olah sdkt akan lebih bagus. eh, rasa kehilangan sepertinya telah memompa energi menulismu ya hehe ...

keep spirito. salam ... :)

Foto Annisa Tiara

Terimakasih :) hmm sepertinya

Terimakasih :) hmm sepertinya iya. Cinta, tragedi, kesedihan, kehilangan, mereka semua yang paling mudah untuk digerai. Larut dalam perasaan melankolis adalah adrenalin menulis saya hehe. Hmm sepertinya harus cari topik lain ya? Seperti tante Dee, karya-karya dia yang memberi inspirasi.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler