“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.
Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak ;pernah ku temui di saat aku bekerja
Tua, berjenggot, berkumis, semua sudah putih, bahkan alis mata dan bulu mata pun putih, adalah sesuatu. Apalagi kalau pilihan pakaian tampak sangat beda dengan orang-orang sekitar.
Ini 60an. Di kampung belum ada motor yang joknya bisa menyobekkan keperawanan. Apalagi hape, Jauh. Masih jauh, Kampung yang sekarang tampak sebagai kota masih dalam bentuk asli, Dan asri.
Soal keberanian mendekati dan memulai pembicaraan aku nyaris tidak pernah kalah. Apalagi kalau pedekate itu memakai tulisan. Memakai surat. Aku pasti menang. Tapi soal duit aku kalah total.
AKU rasa sungguh lelah, mual melayan keributan dalam secangkir kopi. Asyik bertelingkah tidak sudah-sudah. Seperti anak-anak kecil tidak reti bahasa. Berebut buah bidara yang jatuh berderai dari atas pokok tatkala gancu terlepas tangkainya. Masing-masing tidak mahu beralah. Begitulah gelagat netizen lewat sembang di media sosial.
Komentar Terbaru