Melangkah di bawah hujan sinar lampu jalanan
Melewati rumah ‘tak beratap beralaskan terotoar
Mengintip rembulan teteskan cair kental kayalan
Angin mengelus rambutku dengan buntutnya
Aren bergoyang disambut titik-titik sentuhan bintang
Lelah dua jepitku melangkah, lelah terasa hingga kepala
Lampu para gedung menyapa, hanya aku abaikan
Listrik ibu kota sungguh berlimpah, sungguh ‘tak kenal anaknya
Lalai dia membimbing, lalai dia sebagai orang tua
Angin mengecupku tulus ke dalam jendela berkarat bus
Antarkan ku kembali ke dalam Kayu Agung yang terputus
Malam ini busku ‘tak kuasa menerjangnya, menghentaknya
Meluncur puitik, membuat garis panjang warna jalanan
Malam nan mewah melihat di pucuk ada emas raksasa
Melintas romantis tanpa harapan, segala suasana murahan
KAYU AGUNG, PALEMBANG. 12 JUNI 2014
Komentar
Tulis komentar baru