Skip to Content

Dari Cermin Tua

Foto didit jp

 

Aku ingin menjadi penyair yang bisa menyindir. Dengan perkataanku tak ingin aku dipagari oleh wajahmu agar mataku akan bisa memandang menepis buih disenja yang senyap. Dan lepaskanlah aku untuk mengejar dan mengayunkan idealisku yang meluap-luap tak terkendali, dengan mengejar bayangan diair yang mengalir dari hulu kehilir dimusim hujan yang selalu banjir.
 - Seorang profesor menyabu di kamar hotel dengan wanita
 - Seorang pejabat teladan menghisap ganja
 - Seorang anak jalanan nenggak wiski diburu polisi 
oh, siapa lagi yang akan mengadili semua ini? 
 - Inikah yang disebut profesor pintar? Aku menyebutnya oknum profesor liar!
 - Inikah yang disebut pejabat teladan? Aku menyebutnya oknum pejabat edan!
 - Inikah yang disebut anak jalanan? Terpahat hatiku lantaran tak mampu membeli sabu, ganja dan ektaasi. Mereka hanya meniru gaya petinggi. Tapi mereka hidupnya mandiri, tak mengerti apa itu korupsi yang penting perut terisi dengan sebungkus nasi. Anak jalanan itu mengerti. 
Aku berkaca melihat pahlawan pejuang negeri dari cermin tua. Rakyat jelata saling menempelkan dada untuk bergerilya  tanpa memanggul senjata. Tekadnya yang melekat dan bersemangat meninggalkan angkara murka. Hingga lantang bersuara, dari pada mati dijajah lebih baik mati berkalang tanah. 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler