Ketika kaki menjejak malam
Dimana do’a tak termakna oleh kata
Sunyi tak lagi tergapai oleh bunyi
Kau rampas seludang bunga kertas
Dan tak terkulum olehku senyummu yang mengeras
Kubuka kembali bunga rampai ini
Lalu kuguratkan sebait pesan
Kepada ranting kering yang terhanyut dan terombang-ambing
Bersahabatlah dengan riak yang mengejar kecupan muara
Saat nanti ombak mendamparmu ke bibir pantai
Pulanglah,
Karena di dalam bejana itu
Masih kusimpan madu dan wangi cempaka
Lalu rebahkan langsat nasibmu di amben cendana
Tuban, 19 Oktober 2011
Komentar
Tulis komentar baru