Getarnya berhasil meringkuk ratusan nyawa terkulai berderai
Merobek harap menuai tangis merintih kaku tak bergerak
Saat tebalnya kumpulan asap menuruni bukit hijau
Berubah gelap terasa anyir dimana semua berpijak
Abunya yang menjadi selimut padat tertata rapi bak permadani
Kembali menangis,
Kembali menunduk,
Kembali gelap,
Kembali anyir,
Senyuman yang hiasi kaki tumpukan tanah tinggi tak lagi ada
Mereka berlalu pergi ketempat lebih tingi
tinggi diatas tinggi
tak terlihat karena pekatnya
Kembali menangis,
Kembali menunduk,
Kembali gelap,
Kembali anyir,
Berlarian berharap cerita akan diperpanjang
Apa daya tinta dan kertas tak lagi ada
tak lagi ada halaman berikutnya
tak ada lagi alenia pembuka
Getarnya berhasil meringkuk ratusan nyawa terkulai berderai
Dan kembali ada air mata
Kembali menangis
Indonesia tanah air mata
Komentar
Tulis komentar baru