Skip to Content

#4334_#437 Lilik Puji Astutik

Foto Hakimi Sarlan Rasyid
files/user/8241/90709813_216422379709373_7394257276371992576_n_0.jpg
90709813_216422379709373_7394257276371992576_n.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

WALAU AKU RINDU Lilik Puji Astutik



Walau aku rindu

Kutahan untuk tak menyapamu

Rasa sakit ini sangat menyiksa

Menghujam bak jarum berbisa

 Angkuhmu tingkat dewa

an kubawa kemana kelana

Bila semua hanya hampa

Rindu terus mendamba

Jiwa semakin merana

Terkurung rasa yang membara

Walau aku rindu

Kutahan semua rasaku

Diam dalam penantian semu

Menunggu engkau menjengukku

 

Krian 11 November 2020


MERAMU RASA Lilik Puji Astutik

 

Engkau serupa gigil pagi

Yang datang menyelinap dalam hati

Embunpun terus bermesraan lembut dengan mentari

Kicauan kutilang liar pecahkan sunyi

 

Andai bisa aku berlari menjauhi dilema

Tentu sakit ini tak jadi teman raga

Membungkus rindu dengan tapi hati tersiksa

 

Meramu rasa agar terbiasa

Dengan rindu yang melekat di dada

Walau hati berlari tetap menjaga setia

 

Mungkin rindu ini tak bisa pudar dari hati

Tapi aku harus meramu rasa dalam ilusi

Kau tak pernah kusanding apalagi kumiliki

Sakit rasa hati saat merindu hanya meratap sendiri

 

Krian 16 November 2020




SANG PENGEMBARA RASA  Lilik Puji Astutik

 

Mata tak jua terpejam

Wajahmu membayang dalam kelam

Dalam kerinduan hati terejam

Gairah dan hasrat tak jua padam

 

Duhaiku kemana harus mencari

Jejakmu yang hilang tiada pasti

Dalam balutan lara aku menanti

 

Kurangkai larik-larik puisi

Sebagai pengobatan luka hati

Tapi aksaraku liar memainkan diksi

 

Duhai sang pengembara

Mengapa kau hanya bermain dilema

Bila seribu janji hanya hiasan belaka

Seharusnya tetap menutup hati agar tak terbuka rasa

 

Krian 14 Novel 2020



TERPASUNG RINDU Lilik Puji Astuti

 

Mengikat tak bisa lepas

Membatu dan sangat keras

Tak bisa terlupa walau kecewa

Meminta walau tak diterima

 

Bagaimana bisa berlalu

Bila rindu terus bernyanyi dalam puisi syahdu

Meminta belas kasih ingin bertemu

 

Tapi serasa terpasung rindu

Saat rasaku tak pernah bisa menjangkau angkuhmu

Bagaimana harus kulepas rasa yang membelenggu

 

Aku memaki ketidakberdayaanku

Mengapa aku harus merindu

Pada padang ilalang semu

Hingga aku terjungkal pada lembah tangis yang mengharu biru

 

Krian 13 November 2020



DI UJUNG GELISAH Lilik Puji Astutik

 

Ada yang menggema di sudut kalbu

Kelabunya gairah tersendat rindu

Yang membuat hati kian melayu

Seperti debu yang tertiup bayu

 

Di ujung gelisah menunggu

Walau sekejap asal bertemu

Tapi mengapa tak jua ada titik temu

 

Engkau gambaran sempurna pujaku

Rasa seakan ingin melaju

Ingin mendekap walau semu

 

Hadirmu selalu aku tunggu

Angan kian tak tentu

Gelisah tak terendam ingin mencumbu

Anginpun menitipkan bisikan sendu

 

Krian 11 November 2020

 

 

MENGAPA RINDU TERCIPTA Lilik Puji Astutik

 

Selaksa rasa tumpah pada keresahan

Saat rasa tak lagi bisa terbendungkan

Menari nari pada pada altar rindu sendirian

Sepi tak berpenghuni hanya terdengar tangisan

 

Duhai yang terpuja dalam rasa

Datanglah dalam altar cinta

Biar bisa menggenggam walau sesaat saja

 

Mengapa rindu harus tercipta

Bila kita tak pernah bisa berjumpa

Tangis sedu sedan terbingkai dalam aksara

 

Mungkin takdir tak pernah berpihak pada kita

Terpisah saat cinta mulai melanda

Kemudian terakhiri hanya pada ujung pena

Tangispun tak bisa sembuhkan luka

 

 

Krian 3 November 2020



SUARA KERINDUAN 2 Lilik Puji Astutik

 

Pagi berselimut hujan tipis

Seperti hati begitu teriris

Saat rindu membuncah hati bertambah lara

Mengapa tak jua lepas pesona

 

Hanya ingin menghindar

Agar hati bisa sadar

Bahwa pesona tak mungkin dalam dekapan

 

Hati menangis raga bergetar

Kerinduan tak jua bisa pudar

Selalu hadirkan dirimu dalam bayangan

 

Suara kerinduan terus mengema

Hingga rasa terbang sampai angkasa

Altar rindu juga menanti

Tapi tak jua hadirmu di sini

 

Krian 30 Oktober 2020


SUARA KERINDUAN 1 Lilik Puji Astutik

Mengemas rasa yang penuh dilema

Dengan cipta rangkaian aksara

Tak ingin hati terus memberontak dalam dada

Menerima setiap lakon yang tercipta

Walau suara menggelegar

Emosi seperti halilintar

Terus saja aku harus meredam

Suara kerinduan terus maju tak gentar

Menahannya badan terasa gemetar

Hingga malam pun mata tak terpejam

Duhaiku haruskah terus menunggu

Sedang hati berlari seakan berpacu

Datanglah walau hanya sebatas angin lalu

Jangan biarkan rindu ini melayu

Krian 29 Oktober 2020

 


RINDU TAK SEBATAS RASA  Lilik Puji Astutik 

 

Bergulat rasa dengan dilema

Saat rindu makin membara

Hanya mendekap sepi dalam gulana

Mungkinkah rasa ini sampai padanya

 

Semilir angin pun seakan tertawa

Mengejek aku yang telah terperdaya

Menggila rona semu pesona

 

Rindu tak sebatas rasa

Gairahnya sampai menusuk dada

Hati berontak ingin berjumpa

 

Duhai kelana hati

Mengapa tak pernah kembali

Sedang aku terus menanti

Agar engkau sudi membawaku pergi

 

Krian 28 Oktober 2020

 

 

 


KERESAHAN PADA SENJA  Lilik Puji Astutik

 

Senja yang basah

Dengan aroma tanah

Hati yang gelisah

Selalu terlanda gundah

 

Gerimis basahi senja

Angin menyapa penuh luka

Rindu kian membara

 

Sepi selalu temani rasa

Mungkinkah kita berjumpa

Sedang kau masih diam seribu bahasa

 

Rindu terasa begitu mengalir

Mencari ruang yang tepat seperti air

Bayupun menemani semilir

Keresahan tentang rasa tak jua berakhir

 

Krian 27 Oktober 2020

 

 


MIMPI  Lilik Puji Astutik

 

 

Kabut tipis menghalangi pandangan

Saat mata ingin menatap dalam kerinduan

Ingin memeluk nyata hanya bayangan

Terombang ambing dalam kepiluan

 

 

Duhai pagi bangunkanlah aku

Jika semua hanya ilusi semu

Meredup jiwa rasa melayu

 

 

Mimpi berhamburan pada rasa rindu

Hasrat tak tertahan kian mengebu

Jangan datang hanya untuk berlalu

 

 

Kau aduk rasa dengan kalimat rindu

Tak berjumpa tapi ingin bertemu

Hanya sebuah khayalan yang mengharu

Tergenggam bunga yang sudah melayu

 

 

Krian 26 Oktober 2020



MENIMANG RINDU  Lilik Puji AStutik

 

Merenda pagi dengan sepi

Begitu rasa menyentak di hati

Mengapa tak pernah kembali

Sedang kerinduan terus menagih janji

 

Menimang rindu untuk siapa

Bila kita tak pernah mengerti rasa

Bila kita tak perpaham makna

 

Telah merekah rindu yang berbunga

Tapi melayu saat dipenuhi dilema

Menepi hanya rasa yang terbakar membara

 

Menimang rindu dalam kepedihan

Telah kutepis segala pengharapan

Bertemu hanya sebuah impian

Karena kau dan aku tak pernah sampai tujuan

 

Krian 25 Oktober 2020




KETEGUHAN HATI  Lilik Puji Astutik

 

Terkadang tak terkendali

Terkadang berontak memaki

Terkadang ingin berlari

Berbisik lirih penuh arti

 

Walau tak nampak terasa

Diam tapi selalu ada

Tak bersuara tapi bicara

 

Wahai hati diamlah di sini

Jangan memberontak lagi

Tetaplah setia dengan janji suci

 

Usah hiraukan seribu rupa

Yang datang sebagai pengoda

Karena indentitasmu adalah setia

Tempat indah sejuta puja

 

Krian 23 Oktober 2020

 


KERINDUAN Lilik Puji Astutik


Pagi yang sunyi

Tertutup kabut sepi

Gairah tiada lagi

Gigil menikam hati


Telah tertanam bunga rindu

Walau tercampak dan layu

Terus menunggu untuk bertemu


KRIAN 23 OKTOBER 2020



ESOK Lilik Puji Astutuk

 

Bila esok aku tak terbangunkan

Maka maafkan segala kesalahan

Mungkin ada yang tak pantas aku lakukan

Lupakanlah dan jangan jadi perdebatan

 

Begitu banyak yang ingin kulakukan

Tapi rasa sudah sampai pada kebekuan

Aku menangis tapi harus aku lepaskan

 

Mungkin takdir sudah terselesaikan

Atau baru mulai dari awalan

Bisu semua seakan tersembunyikan

 

Bila esok aku tak terbangunkan

Maka lepas dengan segala keikhlasan

Tak usah tangisi cukup doakan

Agar aku damai dalam perjalanan

 

 

Krian 21 Oktober 2020

 

 


TEMANI AKU WALAU HANYA BAYANGANMU  Lilik Puji Astutol

 

Merintih sendiri di sudut sunyi

Sepi menepi tiada yang menemani

Hati terus saja ingin berlari

Walau telah kuikat dengan janji suci

 

 

Mengapa aku terus merindu

Bila engkau hanyalah bayangan semu

Mengapa terus berharap bila semua palsu

 

 

Temani aku walau hanya bayanganmu

Dekap aku biar aku bisa merasakan hangatmu

Walau semu kunikmati segalanya dalam gairahku

 

 

Terhempas rasa saat kembali pada nyata

Menangis menjerit tiada guna

Telah lama kita terpisah jarak juga raga

Mencari entah kau berada di alam mana

 

 

 Krian 20 Oktober 2020

 



AKHIRNYA SENDIRI Lilik Puji Astutik

 

 

Daun daun berjatuhan satu satu

Selangkah bersama jalannya waktu

Berterbangan tiada arah bersama debu

Pergi entah kemana terdapat bersama angin lalu

Akhirnya semua menjadi sepi

Gersang saat melihat mengiris hati

Mengapa ketakutan selalu berteman sunyi

Akhirnya memang harus sendiri

Satu satu pasti akan pergi

Kita pasti akan menyusulnya nanti

Daun daun berjatuhan satu satu

Perlahan kita kembali pada beku

Dingin yang menyusup tertelan waktu

Entah kembali ke arah mana yang tertuju

 

 

Krian 20 Oktober 2020


DAN  Lilik Puji Astutik

 

 

Dan ketika hatiku mulai terluka

Seribu doa telah kupinta

Agar ikhlas diri menerima

Segala keputusan yang ada

 

 

Bukan hasrat ingin berlari

Mengapa cerita terulang kembali

Kenyataan ini terasa pahit di hati

 

 

Dan kenangan itu selalu tinggi dalam ilusi

Menari nari sendiri di lembaran diksi

Hingga tersayat luka dalam barisan puisi

 

 

Dan telah kuterima kenyataan

Walau kadang rasaku penuh pemberontakan

Walau kadang hatiku terus ingin berlarian

Aku tetap bertahan di sini dengan kesetiaan

 

 

Krian 19 Oktober 2020

SEBELUM TIDUR PANJANGKU Lilik Puji Astutik

 

Setiap detik terliputi keresahan

Entah pada bagian mana ada kedamaian

Tak berjeda segala yang kurisaukan

Semua terasa hampa dalam kegelisahan

Aku hanya ingin semua terselesaikan

Sebelum aku tidur pada alam keabadian

Aku ingin lunasi semua kewajiban

Aku tak ingin ketakutan

Saat tanah memelukku dalam kedinginan

Akupun telah relakan tubuh rentaku berbaring sendirian

Sebelum tidur panjangku

Kan kulepas semua ketidakberdayaanku

Aku rela ikhlas kembali padaMu

Surga atau neraka aku pasrah pada semua keputusanMu

 

Krian 17 Oktober 2020

 

 

SENJA BERKABUT UNGU  Lilik Puji AStutik

Perlahan mentari kembali ke peraduan

Sinar jingga elok di sudut pandangan

Merayu serumpun bambu di ujung pegunungan

Memeluk rindu ilalang kering yang berhamburan

Duhai kelana sang puja dalam rasa

Kembalilah peluk jiwa nan hampa

Agar tak lagi mengusik rindu dalam dilema

Senja kelam berkabut ungu

Saat rindu mulai berpacu dengan waktu

Ingin sudahi agar tak melayu

Perlahan kutinggalkan semua harapan

Agar yakin pada suatu kenyataan

Bahwa hadirmu hanya sebuah bayangan

Yang menjadikan aku sebagai pesakitan

Krian 12 Oktober 2020

 

HATI YANG TERPIKAT  Lilik Puji Astutik

 

Hati semakin terpikat

Rindu semakin melekat

Rasa semakin begitu sarat

Semoga hati teguh tak berkhianat


Duhai hati mengapa terus berlari

Mengejar yang jadi tambatan hati

Walau diri telah terikat janji suci

Dari bibirmu selalu terlantun kalam suci

Hingga diri ingin bersanding menemani

Walau tak mungkin kau kumiliki

Angin teduh datang menyapa

Menghadirkan gelisah yang merejam di dada

Rindu tak jua berakhir dengan jumpa

Karena semua hanya hadir celoteh saja

 

Krian 10 Oktober 2020



UDARA SEMAKIN BERBISA


Dedaunan kering mulai terbakar

Api besar dan menyambar

Terlahap pula semak belukar

Yang berada di tepian melingkar

 

Panas api penuhi rasa

Asap pengap penuhi udara

Apipun merah menyala membara

 

Angin menerbangkan debu ke angkasa

Hitam pekat awan tak berpelita

Sepi senyap udara semakin berbisa

 

Kembali kebakaran merajalela

Hanya karena keserakahan sang penguasa

Hutan dibabat habis di ganti dengan sawit

Akhirnya rakyat sekitar yang menjadi sakit

 

Krian 4 Oktober 2020

 

 

AKU PINJAM  BAYANGANMU Lilik Puji Astutik

 

Senja mulai hadirkan bayangan yang menggoda

Ingin rasanya memeluk dalam dekap mesra

Walau hanya sekedar dalam imajinasi saja

Kau sempurna membuat aku menggila

 

Ingin rasanya tenggelam dalam teduh matamu

Walau hanya sekedar ilusi semu

Ternikmati segala desiran halus yang menjamu

 

Mungkinkah rasa ini tak pantas untukku

Tapi siapa yang bisa hentikan hasrat yang melaju

Ingin mendekap mesra penuh rindu

 

Aku pinjam sesaat bayanganmu

Untuk mengobati segala rindu yang menggebu

Tak usah kau datang padaku

Cukup kirim senyum lewat angin lalu

 

 Krian 9 Oktober 2020

AKU TEROBSESI

Rindu menggantung di sudut purnama
Saat senja tinggalkan rona jingga
Sempurna rembulan penuh cahaya
Menyinari bumi dalam temaram warna
Duhai pujaan hati
Yang selalu datang dalam mimpi
Dekaplah sesaat walau hanya ilusi
Hati kian tertambat obsesi
Gairah seperti mengajak berlari
Mendekap mesra dalam birahi fantasi
Aku terobsesi kembang pelangi
Yang terlalu elok untuk dipandangi
Hingga jiwa lupa telah dipecundangi
Oleh rasa yang ingin menang sendiri
Krian 8 Oktober 2020
Ujung GSM


 


SEPI DALAM RINDU

 

Sepasang kupu kupu berterbangan

Mengitari bunga pada sebuah taman

Menari bersama angin yang tinggalkan desiran

Hanya sunyi yang temani keindahan

 

Betapa rindu ini sangat menyakitkan

Saat mata tak bisa lagi menghadirkan

Sosok yang jadi idaman

 

Duhaiku datanglah sekejap walau bayangan

Lebur rasa kerinduan

Agar hasrat tak terus berlarian

 

Aku hanya melihat matahari dan rembulan dalam semu

Hidup ini telah terkurung oleh rindu

Yang begitu sepi dan beku

Hingga sisa ajal yang setia menunggu

 

 

Krian 30 September 2020


RINDU TAK BERTEPI

Rindu kian meragu

Saat hati mulai melayu

Hasratpun terus melaju

Untuk segera ingin bertemu

Pagi hantarkan gigil yang mengigit hati

Hanya gulita yang menemani

Hati yang terlanda kegelisahan sendiri

Mengapa rindu mengembang tak bertepi

Bila hasrat tak pernah bisa meraih mimpi

Terdampar kelana di ujung belukar berduri

Rindu kian meragu

Tangis lirih menemani dalam kalbu

Mengapa kisah terbentur masa lalu

Hingga terus saja menganga lukaku

Krian 29 September 2020


RINDU DI UJUNG MALAM / Lilik Puji Astutik

 

 

Di ujung malam

Saat semua mata masih terpejam

Ada lirih getaran yang datang merejam

Tentang rindu yang mengiris tajam

 

Duhai hati mengapa teraduk rasa

Bila tak layak untuk mendamba

Mengapa harus ada getaran halus di dada

 

Sunyi bangkitkan gairah cinta

Tapi mengapa wajahnya yang datang menjelma

Padahal hati ini bukan miliknya

 

Di ujung malam sesak rindu alirkan airmata

Mengapa harus menikmati rasa

Bila kita tak saling memilikinya

Atau mungkin rindu ini hanya aku yang punya

 

Krian 28 September 2020



 

RINDU DAN SUNYI / Lilik Puji Astutik

 

Setapak jalan terlewati

Mendayu rindu terbawa dalam mimpi

Tak juga hadir yang jadi idaman hati

Memapah kosong pada harapan sunyi

Sebait puisi sedih tercipta

Rangkaian aksara pilu dalam kata-kata

Sedih saat yang diharap tak kunjung tiba

Rindu ini sempurna menyiksa

Jemaripun tak sanggup meminta

Walau telah terucap berjuta doa

Setapak jalan terlewati

Akhirnya semua terhenti

Saat hanya diam yang kembali

Ternyata rindu hanyalah sebait puisi sunyi

 

 

Krian 29 September 2020

 

 

WAJAH WAJAH ANGKARA MURKA / Lilik Puji Astutik

Wajah wajah penuh angkara

Meminta dengan wajah murka

Membabat habis tiada tersisa

Terus saja berambisi menumpuk dosa

Harta telah membutakan mata

Kedudukan telah membuatnya seperti raja

Diktator ingin berjaya sepanjang masa

Tak ada kata kasih atau iba

Terus saja membabi buta

Memenuhi untuk selalu berjaya

Wajah wajah penuh angkara

Berambisi suci seperti dewa

Padahal hatinya seperti ular berbisa

Siap menerkam juga memangsa


Krian 25 September 2020

 

RINDU BERSAMPUL LUKA
Lilik Puji Astutik

Senja kembali hadirkan jingga
Yang merona begitu penuh pesona
Rindu tidak saja pada kata
Tapi rindu telah membelah jiwa
Mengapa harus terjadi
Rasa yang tak bisa dipahami
Merasuk hingga menembus hati
Engkau selalu datang sebagai bunga mimpi
Hadirkan berjuta pelangi
Walau kadang sadar semua hanya ilusi
Rindu bersampul luka juga nestapa
Ingin memeluk erat tak bisa
Sebab engkau hanya ilusi belaka
Yang selalu kuhadirkan pada setiap aksara
Krian 24 September 2020


 


SURGA DI BUKIT GERSANG/ Lilik Puji Astutik

 

Lirih hati merintih kesakitan

Kalam suci terlantunkan

Pada bibir sang pesakitan

Merindu pada kisah dalam ketidakberdayaan

 

Sunyi jadi teman keabadian

Bukit gersang seakan jadi gambaran

Hati yang mencari indah kedamaian  

 

Surga terangkai walau dalam kekurangan

Barat timur utara atau selatan

Semua jalan terpenuhi kesangsian

 

Lirih merintih hati kesakitan

Walau hati tak juga mendekap kedamaian

Tetap ingin meraih syurga dalam keabadian

Walau tertatih mencoba berjalan dengan haluan

 

Krian 23 September 2020



NYANYIAN KECIL KIDUNG LARA/Lilik Puji Astutik

 

Nyanyian kecil kidung lara

Menghias pucuk perih tak terkira

Nyanyian sunyi kidung nestapa

Hadir diantara prahara dalam jiwa

 

Kecil tergenggam dalam ingatan

Hati dipenuhi rasa kerinduan

Berlabuh pada aksara yang berlarian

 

Kering saat jiwa dilanda kehausan

Entah kemana pergi pengharapan

Yang kutitih secara perlahan

 

Nyanyian kecil kidung lara di hati

Sepi selalu menamani dalam ruang sunyi

Sendiri melangkah pada jalanan penuh duri

Tersiksa menunggu ajal untuk pergi

 

Krian 22 September 2020

 

 

SENJA MENGGANTUNG RINDU

 

Mengapa masih ada yang tertinggal

Selalu jadi benalu dan tak mau tanggal

Rindu berselaput musam durja

Kemana arah tujuan tak bisa bermakna

 

Bermain hati dengan aksara

Membingkai harap pada senja

Saat lagu rindu mulai merana

 

Mengapa hanya bayangan yang singgah di mata

Datanglah walau sejenak untuk berjumpa

Aku selalu menanti walau wajah sudah tak ada rona

 

Mengapa masih ada yang tertinggal di rasa

Pergimu tak juga mengakhiri luka

Rindu menumpuk seribu racun berbisa

Ketuk rasa walau entah engkau dimana

 

Krian 20 September 2020

 

 

 

 

PUCUK PUCUK RINDU YANG BERGUGURAN

 

Pucuk pucuk rindu mulai berguguran

Saat rasa hanya tinggal dalam angan

Sepi menepi hanya bersama kenangan

Kemudian hadirkan sebuah bayangan

 

Angin lirih menyapa

Senyuman indah entah kemana

Terganti rejam prahara dalam duka

 

Tangis sedu sedan untuk siapa

Wajah kuyup tak mampu merona di kaca

Rindu patah pada keringnya senja

 

Pucuk pucuk rindu mulai berguguran

Saat sapa terhenti pada senyum keangkuhan

Rasa jangan lagi hadirkan keresahan

Diam nikmati saja ketidakberdayaan

 

 

Krian 21 September 2020

 

INGIN BERSAMA

 

Selalu di mata menjadi penggoda

Tapi bukan siapa siapa

Mengapa bisa

Terus saja hati bertanya

 

Hadirnya seperti bunga

Indah dipandang tiada dua

Bergetar rasa saat aku mulai mendamba

 

Hanya teman biasa

Tapi sangat istimewa

Dalam hati juga rasa

 

Selalu di mata menjadi penggoda

Harus bagaimana membuang rasa

Bila hasrat ingin bersamanya

Hanya diam dalam kecewa

 

Krian 20 September 2020

 

 

 

BAYANGAN SEMPURNA

 

Aku mengenangmu sebagai luka

Luka yang berdarah dan membara

Membara seperti api yang menyala

Menyalakan dendam yang membakar

 

Ingin sudahi segala kecewa

Hati mengapa tak bisa terima

Rasa selalu membangkitkan nestapa

 

Di antara rindu dan kebencian yang berkecamuk di dada

Ingin kusudahi segala dilema

Yang diri semakin tak berdaya

 

Aku mengenangmu sebagai luka

Tapi kau selalu datang mengoda

Dari pagi hingga senja wajahmu selalu menjelma di mata

Bagaimana bisa melupa bila engkau adalah bayangan sempurna pada cinta pertama

 

Krian 20 September 2020

 

 

TELAH KURELAKAN

 

Angin yang mendesah pada senja

Jiwa semakin resah karena luka

Hati terasa lelah menanti cukup lama

Gundah saat diri terjerumus dalam dilema

 

Berlari sendiri mengais sisa rasa

Rindu kian membuat nelangsa

Lalu siapa yang bisa memahami makna

 

Rindu berbagi dengan sakit di dada

Ingin mengapai bahagia hanya dapati lara

Semua pekat tersusun diantara aksara

 

Lalu mengapa kembali bila hanya untuk sakiti

Pergilah agar semua tak lagi jadi dilema hati

Walau namamu selalu datang pada diksi

Telah kurelakan engkau pergi

 

 

Krian 19 September 2020

RINDU YANG TERABAIKAN

 

Tak bisa aku ungkapkan dengan berjuta kata

Saat rindu mulai mengoda

Mengapa hadirmu tak sempurna

Hanya seluet samar pada senja

 

Rindu merona pada jingga

Sakit menyusup diantara penantian yang lama

Beribu purnama terlewati tanpa sapa

 

Sendiri tersiksa memahami makna

Rindu yang terabaikan kian membuat kusam jiwa raga

Entah gerangan apa yang membuat rasa tak mau perpaling darinya

 

Senja kian pudar malam pun tiba

Saat rindu kian menyiksa

Mencoba merangkai aksara menjadi kata

Walau sakit tetap saja tersimpan rindu dalam dada

 

Krian 18 September 2020

TANGISAN RINDU
Aku masih menangis saat mengingatmu
Mengapa begitu cepat waktu berlalu
Tinggalkan semua kenangan yang pilu
Membuat begitu perdu rindu
Duhaiku mengapa takdir harus pisahkan
Sedang cinta masih kusimpan
Dalam renjana yang penuh pengharapan
Duhaiku saat engkau berpulang ada rasa yang terhempaskan
Sakit dendam amarah juga kerinduan
Takdir yang telah membuang aku dalam jurang penderitaan sebagai pesakitan
Aku masih menangis saat mengingatmu
Walau sakit telah kau cipta dalam kehidupanku
Aku terus menunggu walau sesaat hadirmu
Tapi takdir telah mempermainkan hingga aku selalu terkurung dalam api rindu
Krian 16 September 2020













JANJI HATI

 

Aku hanya merindu

Pada hati beku

Mengapa harus begitu

Tenggelam semua rasaku

 

Senja telah membawa pergi

Hati yang terpenuhi janji

Walau sakit setia menanti

 

Krian 17 September 2020

 

 

 

AKU TERSUNGKUR DI UJUNG RINDU/Lilik Puji AStutik

 

Awan biru menghiasi luasnya cakrawala

Angin lembut menyapa mendekap mesra

Dedaunan menari mendendangkan irama cinta

Berbisik halus syair pujangga

 

Rindu membentang pada langit rasa

Warna nan elok membingkai sejuta makna

Tertatih hati harapan mendamba

 

Ah mengapa kau biarkan rindu mendera dinding hati yang luka

Mengapa kau biarkan aku mematung sendiri di kuil cinta

Aku tersungkur tak berdaya pada setiap nada yang berhias lara

 

 

Awan biru menghiasi luasnya cakrawala

Angin lembut memeluk kedalaman luka

Rindu mengapa terus saja dia dia di mata

Sedang takdir telah memisahkan rasa dari raga

 

 

Krian 16 September 2020

 

 

DI UJUNG JALAN/Lilik Puji Astutik

 

Di ujung jalan itu kita bertemu

Terasa ada tatapan sendu

Hanya sekilas tanpa tegur sapa yang merdu

Hanya diam tak bersuara kitapun berlalu

 

Sungguh ada dua rasa berkecamuk di dada

Mengapa jalan kita tak sama

Mengapa kita tak pernah bisa menyatukan rasa

 

Harapan yang ada kian menjauh saja

Jarak dan keadaan telah memisahkan kita

Engkau telah pergi tanpa mengucapkan kata

 

Di ujung jalan itu kita bertemu juga berpisah

Begitu raga menanti hingga resah

Berharap kau kembali hanya menjadi gelisah

Kau tetap siluet pada hatiku yang gundah

 

Krian 15 September 2020

 

 

SEPERTI ANGIN

 

Seperti angin yang hadir pada gigil pagi

Kutilang yang bernyanyi pecahkan sunyi

Perlahan jingga di ufuk timur menemani

Indah balutan warna tanah surgawi

 

Haruskah tertatih untuk melangkah pergi

Saat semua ingin hanya terhenti di ujung mimpi

Jemari tengadah dalam doa kalam suci

 

Aku yang terjungkal ingin meraih birahi

Hasrat yang mengebu tersingkir tajam belati

Rindu yang datang tak juga bisa dipahami

 

Serupa angin yang hadir pada gigil pagi

Kau datang dan pergi pada ilusi

Yang selalu membuat pilu setiap diksi

Tapi kau tetap serupa angin yang singgah di negri fantasi

 

 Krian 14 September 2020

 

 

AKU TERLUKA/Lilik Puji Astutik

 

Sakit yang terasa

Semakin membuat kecewa

Rindu berujung duka

Berlaku tanpa sapa

 

Aku terluka karena rindu

Saat datang dia berlalu

Tinggallah aku dalam beku

 

Krian 13 September 2020



HARAPANKU

 

Langkah tertatih diantara harapan

Ingin menggapai apa yang jadi keinginan

Walau begitu sarat beban

Semoga sampai pada tujuan

 

Harapanku semoga menjadi nyata

Tidak hanya fantasi belaka

Mengukir barisan aksara menjadi kata

 

Walau tak seindah mutiara

Walau kadang tak paham makna

Semoga menjadi aksara yang jelita

 

Harapanku bukan menjadi penulis ternama

Aku hanya ingin dikenal mereka

Bahwa aku juga punya rasa

Saat aku mulai merangkai aksara

 

Krian 11 September 2020

 

 

GELISAH DI UJUNG PAGI

 

Gelisah di ujung pagi  

Saat kerinduan tak mau pergi

Memulai langkah walau apapun yang terjadi

Membuang segala gulana di hati

 

Rindu telah menjadi benalu

Yang mengikat kuat dalam kalbu

Kelana rasa terus berterbangan bagai debu

 

Hanya serupa bayangan semu

Tapi terus saja mengaduk segala rasaku

Hingga raga terikat pasrah pada belenggu

 

Gelisah di ujung pagi

Walau begitu terang mentari menyinari

Tapi mengapa gulita masih menetap di hati

Seharusnya semua rasa hilang saat sang pengembara pergi

 

Krian 9 September 2020

 

 

 

AKU MASIH MENUNGGU

 

Lentera padam tertiup angin lalu

Gulita pada pandangan kelabu

Ada sisa rindu pada hati yang beku

Terus menunggu walau tiada tentu

 

Aku masih menunggu sebuah janji

Yang sangat indah mengikat hati

Walau rasa tak pernah ada yang peduli

 

Menanti hingga waktu terlewati

Walau hanya berteman nyanyian sunyi

Terus sabar dalam menahan diri

 

Lentera padam tertiup angin lalu

Aku hanya diam dalam hati yang kelabu

Terus saja dalam penantian palsu

Walau diri tahu tetap saja rela menunggu

 

 

Krian 6 September 2020

 

 

LAJULAH RASA

 

Mendekat tak bisa

Menjauh tak kuasa

Tengadah tak meminta

Mengucap tak berbicara

 

Lajulah rasa pada arah

Jangan terhenti sampai lelah

Taklukkan dunia yang pongah

 

Krian 6 September 2020

 

 

 

MENITI MIMPI
Saat mata terpejam
Menepi pada malam
Walau hari kelam
Terus saja menyulam
Menitih mimpi untuk mendaki
Tertatih mengawali laju kaki
Setapak langkah berjuta arti
Krian 6 September 2020

 

 

AKU MASIH RINDU

 

Ingin rasanya mencampakkan kerudung merah

Jiwa sudah merasa sangat lelah

Menunggu hanya untuk bertemu

Tapi harapan tinggal di alam semu

 

Kau seperti menari nari pada deritaku

Yang terus terbelenggu rasa rindu

Yang mengurungku dalam puisi sendu

 

Rasaku seperti terbakar dan menjadi abu

Tapi rasa terus saja nyanyikan lagu syahdu

Hati terikat kecewa dalam pilu

 

Aku masih rindu kapankah bertemu

Selalu menunggu jawaban pada angin lalu

Namun hanya sepi yang kembali

Menemaniku dengan sebait puisi di padang ilusi

 

 

Krian 3 September 2020




Lilik Puji Astutik
Jombang Jawa Timur
Ibu rumah tangga dengan 2 anak Gemar menulis sejak kelas 5 SD

TERBANGLAH SEPERTI CAMAR DI ANGKASA

 

Senja merona di kaki bukit nan jelita

Sepasang camar melintas manja di angkasa

Kepak sayapnya menari begitu indah rupa

Berarak bermesraan seakan langit milik berdua

 

Senja perlahan kembali ke peraduan

Seperti hati yang terlanda kerinduan

Memapah sunyi dalam sebuah kegelisahan

 

Duhaiku telah berlalu senja dengan keindahan

Tapi aku tetap di sini sendirian

Mengulum senyum pilu kepedihan

 

Senja merona di kaki bukit nan jelita

Ingin mengenggam bahagia tapi derita yang tercipta

Duhaiku terbanglah seperti camar di angkasa

Agar aku bisa melepas segala kerinduan di dada

 

Krian 4 September 2020


 

KEMILAU RASA
Ranting terjamah bayu
Sejenak menari ayu
Bersama desahan rindu
Aku kembali mengenangmu
Kemilau pagi hantarkan rasa
Rindu begitu sesakkan dada
Saat jarak memisahkan kita
Krian 4 September 2020

 

LUKA PADA RINDUKU

 

 

Goresan luka kian menganga

 Seakan tersayat sembilu tajam berbisa

Rasa tak jua mampu berpaling dari pesona

Masih saja memuja walau terluka

 

 

Rindu ini terbang entah kemana

Siapa yang sanggup menderita

Bila rasa hanyalah langkah yang salah

 

 

Rindu seperti berteman dengan lara

Saat sadari angkuhmu tingkat dewa

Raga merintih menangis lelah

 

 

Saat rindu tak berbalas damba

Diam menyesali semua pada aksara

Pena patah tak bertinta

Rindu menjamu dalam mimpi penuh luka

 

Sidoarjo 30 Agustus 2020

 

 

MENGAPA HARUS ADA KAMU PADA RINAI RINDUKU

Kembali rasa itu membelenggu
Tak bisa lepas seperti benalu
Terus siksa rasa dalam rindu
Sangat menakutkan seperti hantu

Mengapa harus jadi kelana rasa
Bila jatuhnya hanya semu belaka
Lalu diri hanya bisa memeluk luka

Mengapa harus merindu pada sebuah nama
Bila hati telah terikat dengan sebuah cinta
Tenggelam dalam rasa yang tak pantas dirasa

Mengapa harus ada kamu pada rinai rinduku
Yang membuat jungkir balik aksaraku
Terus mengaduk rasa pada pengharapan palsu
Bermain rasa dengan fantasi agar bisa bertemu

Krian 31 Agustus 2020



MALAM TAK BERTEPI


Kembali terdampar sepi

Saat hari berganti

Malam tiba menemani

Jiwa yang sendiri


Mengapa semua gelisah tiba

Saat seutas senyum menjelma

Pada sepi kutitipkan rasa


Rindu tak selaras aksara

Sepi menghujam pada pena

Tak bisa sudahi dilema


Malam tak bertepi

Gelap pandangan ini  

Tertatih perlahan pergi

Menangis dalam hati


Krian 29 Agustus 2020


RINDU MENEPI

Lilik Puji AStutik

 

 

Aku kehilangan arah

Saat rindu membuncah

Terkapar begitu lelah

Hati berkecamuk gelisah

 

 

Rindu menepi pada senja

Sejenak buang segala luka

Perlahan tinggalkan semua dilema

 

 

Krian 29 JUNI 2020


SAMPAI KAPAN

 

Malam tak bersuara

Ada seribu makna

Puisi rindu tercipta

Karena sang puja

 

Sampai kapan harus tersiksa

Karena rindu begitu lara

Membakar hangus sebagian jiwa

 

Krian 29 Agustus 2020


RINDU ABADI

Lilik Puji Astutik

 

Terlelap dalam buaian cinta

Tak usah kecewa dengan dunia

Apa yang terjadi karena takdir dariNya

Melangkah pasti menuju nirwana

 

Tak usah risau dengan penghakiman

Saat tangan masih kuat untuk menjalin ikatan

Sepi adalah teman dalam keabadian

 

Jangan bermimpi dalam ketinggian

Saat sayap rindu jatuh pada ketidakpastian

Setangkup doa lebih dari rasa keikhlasan

 

Rindu yang berlari biarkan pergi

Jangan tangisi atau ingin memeluk lagi

Saat hari terajut pada sepi

Perlahan pasti kita akan kembali sendiri

 

Krian 29 Agar 2020



AKU RELA
Hati kian merindu
Tak henti menunggu
Untuk segera bertemu
Tak ada jawabanmu
Aku rela berkorban waktu
Tapi kau seperti batu
Berdiri tegap dengan angkuhmu
Krian 28 Agustus 2020


MERINDUMU TERASA SAKIT JIWAKU

 

 Pagi pada udara yang berbisa

 Aku mencoba mencari sisa

Dari rasa yang kau punya

Tapi semua tiada guna

 

Merindumu terasa begitu sakit jiwaku

Belukar duri rasa melilit tubuhku

Terejam sakit yang begitu membelenggu

 

Kau memang seperti batu

Tapi mengapa aku terus merindu

Hingga siksa hati menjadi temanku

 

 Pagi pada udara yang berbisa

Aku coba menata rasa

Menjauhi dia yang sempurna

Agar hati tak terluka

 

Krian 28 Agustus 2020

RINDU BERDURI
Lilik Puji Astutik

Ada gelisah rasa
Saat ingin berjumpa
Entah berapa lama
Aku akan tersiksa

Rindu berduri hadirkan luka
Tersayat sembilu luka mengangga
Terdiam sepi pada aksara

Krian 25 Agustus 2020

MEMELUK RINDU

Lilik Puji Astutik

 

 

Aku diam dalam kebisuan

Saat hati terlanda kerinduan

 Kehadiranmu dalam sebuah bayangan

Menghanyutkan aku dalam keresahan

 


Imajinasi tak bisa terhenti

Kehadiranmu menciptakan sebuah puisi

Menggiring aku berlari ke lembah ilusi

 

 Masih tak bisa aku pahami

Mengapa rindu ini membara seperti api

Padahal kau bukanlah tambatan hati

 

 Aku memeluk rindu dalam dekap bisu

Terus berharap untuk dapat bertemu

Lirih akui berbisik kepada angin lalu

Aku selalu mengenangmu dalam rupa rindu

 

Krian 25 Agustus 2020

AKU BERLOMBA

 

Sebelum aku pergi
Ijinkan aku menikmati
Getaran halus ini
Dalam sebuah imajinasi

Aku berlomba dengan rasa
Agar diam tak bersuara
Tentang rindu yang menyiksa

Krian 24 Agustus 2020

RINDU YANG TERABAIKAN
 Lilik Puiji Astutik

Aku masih bicara tentang rindu yang begitu lara
Begitu gairah rasa membuat luka yang menganga
Memeluk dan mendekap hanya ilusi belaka
Hadirmu tak juga nyata pada ujung senja

Aku menanti untuk bertemu kembali
Nyatanya kau tak pernah mau hadir di sini
Untuk sekedar menjengukku yang terlanda sunyi

Pada isak tangis yang meraung di hati
Ada kerudung merah yang selalu jadi saksi
Mengapa aku tak bisa membenci

Aku masih bicara tentang rindu yang begitu lara
Saat rasaku terabaikan aku terus memuja
Mendamba pada seluit ujung jingga yang merona
Agar suatu saat kita bisa berjumpa walau hanya sekejap saja

Krian 22 Agustus 2020

SAAT AKU MEMBUKA JENDELA

Saat aku membuka jendela
Ada yang terasa nyeri di dada
Menusuk lara dalam sukma
Selaksa duka menikam nestapa

Merindumu mungkin adalah sebuah dosa
Tapi terus saja aku lakukan
Walau hatiku begitu merana

Keresahanku berguling gelisah tak bermakna
Aku memujamu walau terasa begitu kesakitan
Siksa ini membuatku tenggelam dalam duka

Saat aku membuka jendala
Ada harapan yang kugenggam dalam rasa
Angin membawa kembali kenangan lama
Saat bahagia bisa bercanda bersama

Krian 20 Agustus 2020

 

MUNGKIN TAKDIRKU

Lilik Puji Astutik

 

Aku selalu mengenangmu

Dalam rupa rindu

Yang mengharu biru

Dalam kenangan kelabu

 

Mungkin takdirku harus terpisah

Merindumu hatiku begitu lelah

Membuat airmataku selalu basah

 

Krian 20 Agustus 2020

 

SAAT RINDU

Lilik Puji Astutik

 

Rindu terpenuhi duri
Tertikam resah birahi
Serasa gairah hati
Tak sanggup membenci

 

Saat rindu resahkan jiwa
Wajahmu menari dalam netra
Aku mengulum senyum lara

 

Krian 18 Agustus 2020

 

KAU KULITI

Lilik Pujiastutik


Aku semai harap
Pada udara pengap
Rasaku jadi gagap
Raga luruh tiarap

Kau kuliti semua rasa
Kau racuni dengan bisa
Kau tinggalkan tak berguna

Krian 13 Agustus 2020

 

Hujan Rindu

Lilik Puji Astutik

Rinainya membuat lena
Udara berganti suana
Dingin menyentuh raga
Membisikkan kalimat duka

Hujan rindu bulan agustus

Membuat rasa panas terhapus
Semua berlalu dan pupus

Krian 11 Agustus 2020

HARUSKAH MENANGIS

 Lilik Puji Astutik

Rindu telah beku
Telah menjadi batu
Semua karena ulahmu
Mungkinkah kita bertemu


Haruskah menangis tersedu pilu
Dalam bayangan yang kelabu
Membiarkan lepas semua tentangmu

Krian 10 Agustus 2020

 

SEPI

Lilik Puji Astutik
Di antara hiruk pikuk aku sendiri
Mengeja hati dengan bait-bait ilusI
Rindu di hati seperti kupu kupu menari
Terpejam mata ada bening menetes dipipi

Ruang terasa begitu sepi
Saat aku menginginkan pelangi
Mengapa tak kau kirim kembali

Aku kembali begitu merindu
Kerudung merah saksi yang bisu
Betapa uluh hatiku tersayat sembilu
Keramaian terasa begitu menyiksa
Aku terus berharap untuk berjumpa
Nyatanya kau diam seribu bahasa
Aku rindu dan terus saja sepi menyiksa
Krian 9 Agustus 2020

Aku Hanya Melihat Pada Awan

Lilik Puji AStutik

 

Udara seakan semakin berbisa
Rindu juga semakin menyesakkan dada
Kembali hati bertarung dengan rasa
Mengapa tak jua kita kita berjumpa

 

Kerudung merah mulai merana
Saat api tergenggam mulai membara
Rindu diujung senja tak jua merona

 

Aku hanya melihat pada awan
Tatap matamu yang amat tajam menawan
Walau hanya bayangan bergetar rasa dalam keinginan

 

Udara seakan semakin berbisa
Bagaimana caraku harus berjumpa
Bila hati tak bertaut dengan rasa
Maka biarkan kerudung merah menjaga bara

 

Krian 6 Agustus 2020

 

 

Aku Blokir Rindu

Lilik Puji Astuti

 

Sepi masih begitu terasa
Udarapun masih di penuhi dengan bisa
Masih kutulis tentang dia
Dalam puisi juga doa

 

Aku ingin blokir rindu ini
Agar dia tida jadi penganggu hati
Tapi mengapa wajahmu masih menari

 

Pada setiap sudut pandanganku
Hanya wajahmu yang selalu dalam ingatanku
Aku ingin melepas tapi dia sudah jadi belenggu

 

Aku blokir rindu
Agar terbebas rasaku
Dari semua rasa yang semu
Bukankah memang seharusnya begitu

 

Krian 8 Agustus 2020

 

 

SEHARUSNYA TERHENTI


Ah rasa mengapa kau aduk keinginan

 Yang tak pasti aku rasakan

Bagaimana bisa aku padamkan

Bila semua selalu datang pada angan


Mengharap apa yang diharapkan

Meminta apa dalam ketidakberdayaan

Rasa mengapa aku kau sesatkan

 

Selayaknya mengikat ilusi

Agar dia tak terus mengajak berlari

Agar semua rasa salah terhenti


Ah hati mengapa masih belum kau kunci

Seharusnya terhenti dan berakhir disini

Semua rasa yang tak pantas kumiliki

Agar aku tak berlarian pada ilusi di negri fantasi


Krian 22 Juli 2020

 

BILA RINDU

 

Bila rindu hanya setitik debu
Biarlah debu terbang bersama angin lalu
Meninggalkan segala keresahan di ujung semu
Biarlah sirna bait-bait kisah sendu

 

Rindu yang menggoda datang pada senja
Semilir angin rintih merajam jiwa
Ilusi hadirkan pesona dalam rupa jingga

 

Kulukis diatas awan
Wajah yang sangat menawan
Yang selalu jadi damba dan pujaan

 

Bila rindu hanya sebuah impian
Maka biarlah semua hilang tak berarturan
Tak usah lagi datang walau hanya sapaan
Sejak aku kau tawan hanya dalam sebuah kerinduan

 

Krian 16 Juli 2020

 

DILEMA

 

Pagi masih terpenuhi hamparan embun
Tersiksa rasa meredam rindu tak berujung
Melerai hati agar selalu bisa memahami
Nyata tak mungkin akan bisa dimiliki

 

Semilir angin tambah gigil pada raga
Semburat jingga mulai menebar pesona
Menghias indah barisan awan pada angkasa

 

Jemari mulai peluk ringkih badan
Semoga menjadi indah semua harapan
Walau dilema datang mengoda pikiran

 

Membuang rindu untuk berdiri tegak kembali
Walau engkau terus menjadi imajenasi hati
Aku coba buang desiran halus ini pada ilusi
Agar dilema hanya terukir pada barisan puisi

 

Krian 6 Juli 2020

 

 

KELANA RASA

 

 

Rasa tak bersayap tak pula berkaki

Tapi mengapa terus terbang dan berlari

Apa sebenarnya yang dicari

Lelah jiwa harus terus menuruti

 

 

Angin pagi kembali mengaduk rasa

Tak memahami bagaimana lelah jiwa

Terus bermain api pada belantara aksara

 

 

Pena terhujam pada seribu makna

Aksara menari pada lembah tak berlentera

Gulita hingga tersesat langkah entah kemana

 

 

Rasa tak bersayap juga tak berkaki

Tapi terus saja bermain ilusi

Mengajak menghadirkannya di sini

Walau dia telah lama pergi dan tak pernah kembali

 

 

Krian 2 September 2020

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler