Skip to Content

Sajak Penafsiran

Foto Muhamad Ikhsan

05:00pm, Sel 02-06-2015

Sajak Penafsiran

 

Tanah kering yang jadi selimut bumi dan raut bulan yang pasi

 

harusnya jadi isyarat yang mudah terkilas bagimu.

 

Narasi hujan yang gemuruh semalam harusnya jadi latar suara kisah kita.

 

Padi yang mulai menguning permai di dekat rumahku harusnya jadi panggung pentas kita.

 

Langit yang membiru dan bisu harusnya jadi atap kita.

 

 

 

Ya memang telah lama aku seperti ini, pun demikian layaknya dirimu.

Kita bisa saling mengasihi karena memang Ia menghendaki.

Awan akan selalu menggumpal dan mengawang di atas sana.

Layaknya perasaan yang bergabung dan melambung dalam dada kita.

 

 

Namun, rasa yang kita miliki tak layak melebihi kasih kita untukNya

Karena memang kita dan seluruh alam sekalian diciptakan untuk berlomba mencintaiNya,

hingga rasa itu mengalir dalam darah yang menggerakan budi kita.

 

Aku ingin masuk dalam alam dan menanggalkan semuanya,

agar aku bisa lebih menghayati apa maunya sang Segala.

Aku ingin badai menembus kulitku yang ringkih, agar aku bisa memahami isyarat pencipta.

 

Aku sadar mengapa Tuhan memberikan singgasana dunia untuk kita,

bukan kepada binatang apalagi pohon yang menjulang.

Karena Tuhan adalah maha cinta, sebagaimana asmanya yang seratus dikurang satu itu.

 

 

Karena Tuhan ingin kita mencicipi cinta,

agar kita merasa bahwa Tuhan juga mencintai kita dengan tulus.

Ribuan bukit dhratakan dan limpahan air yang dibendung.

Semata-mata adalah bentuk kasihNya,

agar kita tak dihampiri dahaga yang mencekat kerongkongan kita.

Tak kurasa hari telah petang,

sampai-sampai suara azan datang dan menyuruhku lekas pulang.

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler