Skip to Content

Sang Pemetik Bunga

Foto bangmuzi

"Sudah lama aku memetik bunga sampai-sampai
aku tahu bunga mana yang akan menjadi buah, lalu biji
mana yang hanya akan berakhir pada wangi.
Gerak-gerik mereka ketika ditiup angin taklah sama.
Jadi, tahulah aku mesti memetik bunga yang mana."

Sang petani tua berfilsafat kepada
pokok rambutan yang semua cabangnya habis ditebang,
kepada ilalang yang telah menguasai padang
kepada milyaran sunyi yang berhimpitan di pematang.

Semua orang di dusun itu sudah pergi.
Mereka sudah tak tahan dengan filsafat.
Mereka selalu ingin memetik semua bunga.
Tak perlu biji untuk tumbuhan baru,
cukup bermain dna, rekayasa genetika.

Demikianlah pada setiap peradaban
ada sang tua yang tak lagi didengarkan,
dianggap usang, tak lagi relevan.
Selalu saja ada yang terasing
di rumah yang dibangunnya sendiri,
di kalangan anak cucunya sendiri.

Kau, dari trah pemetik bunga yang sama.
Akan tiba masa kau berfilsafat sendiri.
Aku juga.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler