Skip to Content

Sebuah Makna Rumit tentang Aku dan Kamu

Foto Mahyan

Dia yang jiwanya ditempa. Oleh kadar ya dan tidak belaka. Sesungguhnya ada dan tiada adalah halangannya menuju dinding suci penuh memori.

Bagaimana mungkin dia dihentikan oleh tindakan dan sifat-sifat, sedangkan dia tak tersentuh buih kesunyian dan dirinyalah sebuah kerinduan.

Fajar belumlah lagi tiba. Oh bawalah diriku pada relung yang lebih cerlang dari candra dan surya. Ambilkan bagiku cairan yang menyala di sana, dan dengannya. Nyalakan api dalam kesuraman yang meraja dan biarkan semua dilahapnya.

Saat aku berdiri di depan pintu cintaku yang cantik, tersenyumlah dia menghampiriku. Rapat, dengan rapat di tekankan diriku memandang paras bertemu dahi dengannya. “Cintaku yang sejati yang bijak dan juga salih!”

Kini ku tertengang. Kala ingin ku hibahi kau selembar sajak, serantan kisah, seikat harapan, dan seonggok doa.

Demi menenangkanku dalam malam yang akan ku lewati tanpa ucapan selamat malam darimu serta bersiap bangun subuh tanpa pekikan selamat pagimu.

Kini saat fajar bersinar terang, masa kembalinya cahaya, dan aku yang menonton pada malam hari mesti menempuh jalan tirus sendiri. Kini dalam  tidur ringkas sang penjaga telah menutup matanya.

O apakah ini? Itu adalah kebahagiaan pergi dan ah! Nerakanya hati saat ia usai. Begitulah ia tiba kemari, tampak, lalu pergi meninggalkan semua tak berarti. Kenang dan memori adalah suatu alasan kini ektasi terjadi.

O kecantikan pilihanku. Kau telah pergi tapi cintamu masih tersisa di dalam hati sebagaimana citramu dalam mataku. Tuntunlah aku pada jalan berliku. Aku terus berputar-putar hanya memori harap tak pernah pudar. Kasih.

“Kenangan itu menyakitkan, jikalau begitu, aku adalah orang pertama yang terbunuh karenamu.”

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler