Skip to Content

#Cerita Bersambung

URIP SEPISAN MATI SEPISAN (5)

Dulu ia pencundang palsu karena masih bisa bersembunyi di dada kenyal wanita-wanita yang tidak mampu mengelak dari kilauan rupiah yang dihamburkannya.

Dan kini ia memulai perjalanan sebagai pecundang sejati.

Aku mengikutinya. Sekejap matapun aku tidak akan lepas.

URIP SEPISAN MATI SEPISAN (4)

Bermotor Butet sampai di rumah teman baru bisnisnya. Agak lama ia menunggu sampai pintu terbuka dan sesosok tubuh semampai hanya berhanduk muncul dari balik pintu.

 “Kamu Butet ….sori ya … agak lama …aku baru bangun, Masuk. Tunggu ya aku akan mandi dulu”.

URIP SEPISAN MATI SEPISAN (3)

Tempat kedua yang akan kami datangi adalah sebidang tanah. Ketika kami sampai sedang ada kegiatan membangun. Dari mandor aku dapat keterangan di tanah ini akan didirikan madrasah. Mas Yanto yang memandori pembangunan ini tidak keberatan atas apa yang akan kami lakukan. Malah berterima kasih. Kalau tidak diambil khawatir jadi gangguan nantinya.

URIP SEPISAN MATI SEPISAN (2)

Tangannya sudah terikat, tidak seorangpun yang mau memberinya pekerjaan padahal dia sudah mengemis, pekerjaan apa saja.

Kakinya sudah buntung tidak bisa melangkah lagi. Tak ada tempat lain dalam ingatannya selain bulak-balik di jalur yang ada dalam ingatannya. Mulutnya sudah busuk. Tidak ada yang mau berlama-lama berbicara dengan dia.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler