Skip to Content

Agustus 2012

SECANGKIR TEH DI PAGI HARI

Kusesap gurih teh dalam cangkir pagi hari. Legit di ujung lidah membetik selera sambilan

menerawangi semangat pemetiknya di lereng sejuk Jawa Barat. Di perkebunan milik PN itu

LAUTAN AIR MATA

Di selasar negeri Serambi Mekkah kita bertukar pandang. Luas padang dan puing

menimbun para pendulang nyawa dalam sekejap. Merentet ke selatan bau amis memenuhi

DALAM PERSEKUTUAN

Engkau mendengus sembari mengendus. Aromaku kental kencur sangat belia. Tetapi

jangan kau buang tatap dan menuding. Berbekal semangat dilahirkannya aku dari rahim

SENYAP MALAM INI

Tak ada suara. Senyap malam ini sejak kuusir kau dari bilik yang menyimpan nama

perempuan lain dalam sosok bukan dirimu. Merah bibirnya bergincu memicuku berlari

KUTUK ITU SAKTI DARI MULUT IBU

Tersesat begitu jauh dalam lorong waktu. Seseorang yang tak bernama

memainkan serunai tulang serigala. Nada-nada luka meremang dari setiap lantun

SAAT RESAH YANG KU GELAR DI JILEGONG

ku susur jilegong yang padat dan surya pekat;

helai dan tiap helai ku-aji desir nafas pada gua mulutmu.

SESAJEN PADA MALAM

seberapa lama kau bungkus sesajen pada malam
tentu mereka terlelap tak peduli
sementara sepi dinginkan kepala, lebat dengan rambut yang di gelayuti peristiwa

HUJAN YANG TERSINGGUNG

tak akan sama dengan yang tadi
selintas pergi lagi.

lagi

risik diluar sana jadi hening
balik wajahnya berpaling
runduk tertengun,

Puisi Anak Rembulan 3

Malam takbir


Carilah jalam pulang
Untuk tidur
Pada rumah tak berjendela
Dan kembang kertas



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler