Kusesap gurih teh dalam cangkir pagi hari. Legit di ujung lidah membetik selera sambilan
menerawangi semangat pemetiknya di lereng sejuk Jawa Barat. Di perkebunan milik PN itu
Di selasar negeri Serambi Mekkah kita bertukar pandang. Luas padang dan puing
menimbun para pendulang nyawa dalam sekejap. Merentet ke selatan bau amis memenuhi
Engkau mendengus sembari mengendus. Aromaku kental kencur sangat belia. Tetapi
jangan kau buang tatap dan menuding. Berbekal semangat dilahirkannya aku dari rahim
Tak ada suara. Senyap malam ini sejak kuusir kau dari bilik yang menyimpan nama
perempuan lain dalam sosok bukan dirimu. Merah bibirnya bergincu memicuku berlari
Tersesat begitu jauh dalam lorong waktu. Seseorang yang tak bernama
memainkan serunai tulang serigala. Nada-nada luka meremang dari setiap lantun
ku susur jilegong yang padat dan surya pekat;
helai dan tiap helai ku-aji desir nafas pada gua mulutmu.
seberapa lama kau bungkus sesajen pada malam tentu mereka terlelap tak peduli sementara sepi dinginkan kepala, lebat dengan rambut yang di gelayuti peristiwa
tak akan sama dengan yang tadi selintas pergi lagi. lagi risik diluar sana jadi hening balik wajahnya berpaling runduk tertengun,
Malam takbir
Carilah jalam pulang Untuk tidur Pada rumah tak berjendela Dan kembang kertas
Komentar Terbaru