Engkau mendengus sembari mengendus. Aromaku kental kencur sangat belia. Tetapi
jangan kau buang tatap dan menuding. Berbekal semangat dilahirkannya aku dari rahim
pertiwi nama ibu kita itu. Kecil tampak di matamu seumpama kutu di lipatan kain nyali itu
telah tumbuh tak kenal badai siap bertarung. Dalam persekutuan engkau dinobat tampuk takhta
duli yang membalikkan arah mata angin jika sudi. Begitu kuasa kau dalam imajiku. Tak urung
aku bersulang pada kemaharajaanmu. Jika gelas terteguk isinya kekosongan bening tanpa samar.
Aku berdiri tegak memintal waktu dalam diam. Berbekal sapu akan kuenyahkan sarang lelaba
riap-riap siap menjaring musuh tumpas dalam ayunan gerakku. Aromaku kental kencur
sangat belia untuk berseteru. Bedebah apa katamu. Akulah oposan, duri dalam tidurmu.
Komentar
Tulis komentar baru