Skip to Content

SEBUAH PESAN CINTA DARI KAWAN

Foto Asmuni

“Dan apa yang dikatakannya?”.

 

“Dia menghela nafas panjang, aku menunggunya, aku berharap kebaikan keluar dari mulutnya. Cukup lama kami mengunci diam. Sepi membuat detak jarum jam dinding terdengar menggema, melengkapi kegelisahan di ruang itu. Dia menoleh dan menatapku”.

 

“Apa dia mengatakan sesuatu?”.

 

“Tidak”.

 

Tak lama dia menatapku, kembali dia menatap dinding, namun sinar matanya menembus dinding itu. Melanglang jauh. Sinar matanya seperti ingin membuang sesuatu dari palung jiwanya yang jauh, ke tempat yang sangat jauh.

 

“Apakah kau bertanya kembali?”.

 

“Tatapannya tadi melarangku bertanya, dan aku tak berani membantahnya. Raut wajahnya begitu serius. Aku maklum, aku dapat rasakan kerumitan yang ada dalam dirinya, dan itu yang membuatku hanya bisa menunggu”.

 

“Kau hanya diam, mengikutinya yang terus diam, membiarkan semuanya tetap terkubur, seakan tak ada yang berarti, dan kau tak perduli dengan perasaanku”.

 

Nada bicaranya berubah. Emosinya sedikit memercik. Aku maklum, rasa penasarannya seperti dipermainkan olehku. Aku ingin menjelaskan kenapa aku melakukan ini, namun aku hanya bisa menjelaskannya dengan diamku. Aku ingin dia tak salah mengerti, tak ada yang buruk kecuali keadaan.

 

“Kepalanya tertunduk. Dia menghela nafas kembali, dan setelah itu ku lihat bibirnya bergetar”.

 

“Lalu…?”.

 

“Tak ada yang berubah, dia masih diam”.

 

“Sudahlah, cukup”.

 

Ku kabulkan permintaannya, tapi ku pastikan hanya sementara.

 

“Tentunya kau bisa melihat apa yang terjadi dalam dirinya”.

 

Aku menggeleng. Dia semakin terlihat kecewa.

 

“Yang bisa ku lihat hanyalah senyawa cinta, tak ada yang berubah, tetap utuh untukmu”.

 

Di menatapku lebih dalam dari biasanya. Dia mencoba masuk ke dalam hatiku melalui mataku. Mencari kejujuran dari ucapanku tadi.

 

“Benarkah…?.

 

Aku tak memperdulikannya, dan itu membuatnya kembali kecewa. Ku lanjutkan ceritaku.

 

“Dia bangun dari duduknya dan bersiap tuk pergi”.

 

Ku pastikan dulu keadaannya. Di mencoba menampilkan ekspresi jengah dan acuh. Tapi tak ada yang akan tertipu, rasa penasarannya tergambar jelas di matanya. Kegelisahan terlihat jelas di jemarinya yang tak bisa diam.

 

“Sebelum pergi dia menitipkan pesan untukmu. Dia bilang, tetaplah menjaga harapan jika kemarin menjadi kenangan, karena akupun akan begitu, dan yakinlah keajaiban itu ada”.

 

Rasa kagetnya tak bisa ia tutupi, bahkan mungkin tak mau ia tutupi

 

“Apa maksud pesannya itu?”.

 

“Tak ada yang perlu di jelaskan, masuklah dalam hatimu”.

 

 

Asmuni (FB. Mbig Mbos)

Indramayu, 02:05 WIB, Minggu 21-02-2010

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler