Skip to Content

Carilah Aku Di Ujung Jalan Itu

Foto Boma Damar
files/user/3544/images.jpg
images.jpg

Pertemuanku dengannya berawal dari sebuah situs jejaring social.                           
Sudah belasan tahun lamanya aku tidak pernah mendengar kabar tentang dia. ‘Dede ‘, itulah namanya. Wanita yang pernah merebut perhatianku ketika masih dibangku sekolah dulu, walaupun diantara kami tidak pernah terjalin komunikasi  yang berarti namun aku pernah menyukainya.

“Emon, kamu kenal siapa Raka? Apakah dia teman sekolah kita dulu?”
komentar Dede pada  postingan Emon di salah satu jejaring social .


 “Lho De.. masa kamu lupa sama Raka, itu lho anak nakal yang pernah deket dengan Yaya’ ."

“ Owh si preman sekolahan itu ya Mon? Kok beda banget ya, gak selenge’an lagi seperti dulu, jadi wajar aja kalau aku gak mengenalinya.”

Demikianlah komunikasi antara Emon dan Dede dalam postingan jejaring social tersebut. Akupun membacanya sambil senyum-senyum , lucu aja rasanya mengingat kembali masa-masa disekolah dulu dan merasa geli dengan julukan si preman yang disebutkan oleh Dede, yang membuat aku jadi malu sendiri. Sejak saat itu aku dan Dede jadi sering berkomunikasi, baik melalui postingan, pesan, bahkan melaui telephone. Kami semakin akrab, dan suka bikin heboh postingan teman dengan bayolan-bayolan kami. Semakin lama kami jadi semakin perhatian satu dan lainnya, sungguh tak dapat kupungkiri benih-benih cinta itu muncul kepermukaan hatiku, ia mulai bertumbuh, dan dari hari-kehari ia terus dipupuk dan disirami sehingga ia tumbuh subur lalu menghasilkan buah, dan akhirnya buah itu matang.  Aku tidak pandai untuk menyembunyikan harumnya aroma buah tersebut sehingga dia dapat mengendus aroma cintaku padanya.


“Ka.. aku tau kamu jatuh cinta padaku” terdengar dia berbicara sambil menghela nafas. Aku hanya terdiam.

“Raka.. benar kan kamu jatuh cinta padaku? Aku bisa rasakan itu Raka…”

“Iya De” jawabku singkat.

“Inilah yang aku takutkan , aku takut kamu jatuh cinta padaku, karena aku tidak akan pernah bisa menolak cintamu Ka! Dan kamu tau kan cinta ini salah, cinta ini tidak tepat, cinta ini… ukhhh,,!!!”
Terdengar suaranya menjadi parau dan mulai menangis.

“Maafkan aku De.. maaf.. lupakan saja semuanya, dan jangan dibahas lagi okey ! ”

“Tidak Raka, semuanya sudah terlanjur, dan aku juga terlanjur sayang padamu, aku merasa nyaman, aku merasa dihargai, dan dicintai… Rasa itu yang tidak pernah aku dapatkan selama ini, bahkan dari  pria yang sangat kucintai ; - ‘Suamiku’.“

“Arrrghh.. maafkan aku De, ini salah dan tidak semestinya ini terjadi dan ini tidak perlu dilanjutkan lagi!”
nuraniku mulai menghakimiku.

“Raka, kamu tega.. kamu tega mencampakan kebahagiaanku ini?? Apakah aku tidak berhak mengecap kebahagiaan ini untuk sementara waktu?”  Terdengar suaranya mendesak dan penuh harap.

Aku tidak sanggup melihat dia menderita dan tertekan seperti yang terdengar dari nada suaranya, aku tidak tega mengabaikannya. Lalu  hati ini mulai merayuku untuk melanjutkan semua kisah terlarang ini walaupun nuraniku menentangnya.                                                                                                
Aku tak sangup…

Beberapa bulan telah kami lalui dalam jalinan cinta terlarang, walaupun hanya melalui media-media komunikasi instan dan telephone namun kami cukup bahagia dan semakin menyayangi. Hingga tiba saatnya aku mendapatkan cuti tahunanku, dan pada kesempatan itulah aku  menyempatkan diri untuk menemuinya  sebelum  pulang ke kampung halamanku.

“Hai De..” sapaku perlahan.

“ Owh Raka, akhirnya…”   

secara spontan kami langsung berpelukan dan melepaskan semua kerinduan yang selama ini terpendam, jantungku berdebar, berbagai macam perasaan berkecamuk didalam benakku, namun kucoba untuk menipu hatiku dan mengatakan pada diriku sendiri;,
“bukankah ini saat yang kamu nantikan? Rengkuhlah dia! Inilah cintamu, dia mencintaimu dan kamu mencintainya! Kamu tidak bersalah! Kamu tidak akan berdosa! Akhirnya kamipun larut dalam buaiannya, dan saat itu kami seolah-olah menjadi manusia yang paling bahagia.


*********
Kebahagiaan yang kami rasakan tidaklah seperti yang kami bayangkan, konflik-konflik kecil mulai bermunculan. Kadang konflik itu muncul karena rasa cemburu yang membakar hatiku demikian juga sebaliknya dengan dia. Dan hal terparah adalah konflik dalam rumah tangganya, ia jadi sering berselisih dan ribut dengan suaminya.

“Mas, kapan sih kamu bisa ngertiin aku?! Keluh Dede pada suaminya.

“Kurang mengerti apa aku padamu, aku seperti ini hanya ingin membahagiakan kamu, alasanku jelas hanya ingin membuat kamu bahagia dan terhormat!!” Suaminyapun tak mau kalah

Perselisihan mereka semakin memanas dan berlangsung sengit, akhirnya mereka memutuskan berpisah ranjang untuk sementara waktu.
Mengetahui hal itu, aku jadi bahagia dan semakin bersemangat, karena aku berpikir tidak lama lagi mereka akan bercerai , dengan demikian tentunya aku bisa menikahi Dede dan berbahagia bersamanya selamanya.


“Ka, gak terasa hampir dua bulan aku tidak seatap dengan suamiku, aku merasa kondisiku semakin memburuk, perekonomianku tidak stabil lagi. Aku bingung sayang… Aku harus bagaimana?”

Sejenak aku tertegun mendengar keluhannya, aku mulai berpikir, kucoba melibatkan perasaan, hati dan nuraniku.

‘Membatin'-
“Ya Tuhan betapa jahatnya aku, ampuni aku Tuhan, hambamu yang khilaf ini, maafkan aku De, maafkan aku yang sudah menjadi boom waktu dalam rumah tanggamu.”

Ya, aku sadar akulah orang yang paling bersalah, aku telah melanggar standar-standar moral yang ada, aku bagaikan boom waktu yang hampir saja meledak. Aku harus mengakhiri semua ini, aku harus memutus pemicunya. Suaminya adalah pria yang terbaik buat dia, suaminya adalah pelindung sejatinya, aku tau dia masih sangat ketergantungan akan kehadiran pria tersebut. Bukan… bukan aku orangnya, bukan aku pria impiannya.

Akhirnya aku berkata padanya,
“De,… aku paham apa yang kamu rasakan saat ini, aku mengerti dan dapat merasakan betapa menderitanya batinmu , aku tidak mungkin mempertahankan egoku karena aku memang tidak berhak.”

“ Raka! Apa maksudmu  berkata seperti ini?”

Dengan berat hati kulanjutkan perkataanku,
“kamu pasti mengerti dan tau apa yang terbaik buat kita . Kembalilah padanya, jangan ragukan cintanya, dia sangat menyayangimu dengan caranya sendiri. Hargailah usaha dan cintanya yang ia persembahkan untuk menyenangkan serta membahagiakanmu. Bersyukurlah karena Tuhan sudah menyediakan pria yang pantas dan tepat untukmu.”

“Tidaaak!!!! Tidak Raka, aku takut kehilangan kamu, aku tidak mau berpisah denganmu, aku… aku tak sanggup.” Ia menangis sejadi-jadinya.

Aku tau ini sangat berat buat dia, tapi aku sadar ini akan menjadi lebih berat lagi  jika semua ini diteruskan. Akhirnya aku coba merubah topik pembicaraan, setidaknya untuk sementara dia bisa lebih tenang.


Tidak terasa satu bulan kembali terlewati, dan selama satu bulan terakhir ini semua yang kujalani terasa begitu berat. Aku harus menekan perasaanku, aku harus menguatkan hatiku serta mengasah mentalku.  Aku harus siap memutuskannya, aku harus siap menjalani hidupku tanpa ada suara, canda, tawa, manja dan senyum manisnya. Kuambil ponselku lalu ku telpon dia disiang itu;

“siang De, kamu sudah  lunch?”

“sudah say, kamu? “,

“belum he he he..” jawabku datar.

“O ya Ka kebeteulan sekali, ada yang ingin aku omongin. Mmm,,,  aku harus mulai darimana ya ”,
ia terdengar begitu kebingungan.

“Bicara aja De, dimulai dari Sabang juga gak apa-apa”, celetukku untuk membuat suasana menjadi lebih hangat dan rileks.

“Kamu tau kan aku ini pendengar yang terbaik didunia ini ha ha ha.. ayoo bicara saja De, jangan sampai aku malah ketiduran, ngorok dan ileran nungguin kamu bicara."

“Ah kamu ini bisa aja ” sahutnya.

“Raka, apa yang kamu katakan itu benar, aku tidak sanggup hidup seperti ini, aku tidak terbiasa dengan keadaan yang seperti ini, kamu pasti tau dari kecil aku selalu hidup dalam kenyamanan dan serba ada. Ka, kalau aku kembali kerumah itu dan berkumpul kembali dengan suamiku, apakah kamu  akan marah, kecewa, dan membenciku? Akankah kamu tetap mencintaiku?”

“hmmm.. akhirnya dia menyerah” kataku didalam hati.

“Tidak De, aku tidak marah, aku tidak kecewa, aku tidak akan membencimu, namun aku tidak dapat mencintaimu lagi seperti saat ini. Kembalilah padanya De, perbaiki hubungan kalian, dan jangan pernah melakukan kesalahan lagi. Dan jika harus diselesaikan, selesaikanlah itu dengan dewasa. Jika kelak kamu benar-benar telah sendiri, kamu bisa kembali mencariku karena aku selalu ada menantimu,carilah aku di ujung jalan itu."

"Pulanglah…”


 


 


                                                                                                                   


 


Cinta..
Cinta tumbuh dengan sendirinya, tanpa ada dasar pemaksaan,
cinta dapat membuat seseorang menjadi manusia yang paling berbahagia.
Namun ketika cinta disalah artikan ia dapat menjerumuskan seseorang kejurang yang paling nista..

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler