Skip to Content

ketika cinta mencari ketulusan

Foto evi guardian angel
files/user/598/Blue_hills.jpg
Blue_hills.jpg

“KETIKA CINTA MENCARI KETULUSAN”

Hati ini berdebar-debar tak seperti biasanya, dadaku sesak secara tiba-tiba. Entah kenapa, entah apa yang terjadi? Biasanya jika aku merasakan seperti ini,  ada hal buruk yang terjadi dengan orang-orang terdekat yang aku sayangi. Ah, semoga saja ini hanya perasaanku, pikirku menghibur diri.

“Innalillah…!”

Aku tersentak kaget kala membaca sms dari bang Haqqy, Khalil kecelakaan. Seketika pikiranku tak karuan, aku takut terjadi apa-apa dengan Khalil. Jangan-jangan parah. Ah, aku sangat kalut.

“Bu, boleh nggak Syafa ke Bukit, Khalil kecelakaan, Bu..” nadaku lirih menghiba.

…..

Dari balik pintu kamar 2711, tempat Khalil dirawat, aku memandanginya terkulai lemah tanpa daya. Aku sudah menangis duluan sebelum masuk ke kamar rawatnya. Sementara di dalam, sudah ada  bang Riky, bang Haqqy, bang Afdhal, bang Fais, kak Dayah, dan kak Sofny. Mereka semua adalah sahabat-sahabatku dan Khalil  di kampus yang sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri.

“Ayo masuk, dek..” bang Haqqy menjemputku.

   Aku raih tangan Khalil yang masih memar. Saat itu Khalil sedang tertidur lelap.

“Assalamualaikum, Kal.. kamu apa kabar? Aku sedih banget lihat kondisi kamu saat ini. Andai aja aku yang terbaring disini, aku ikhlas menggantikan posisi kamu..”

Tetes-tetes air mataku tak bisa ku tahan lagi. Mengalir deras membanjiri kedua pipiku yang pucat pasi.

“Dek.. kamu nggak boleh ngomong kayak gitu.. jangan buat Khalil tambah sedih..” kak Dayah menenangkanku.

“Khalil mengalami patah tulang. Dan harus duduk di kursi roda selama 3 bulan, Fa.. ” kak Sofny menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Khalil.

“Astaqhfirullah.. perasaan Khalil pasti hancur.”

Dan hatiku semakin hancur mendengarnya. Bang Afdhal dan bang Fais berusaha menenangkanku. Namun aku tetap saja sedih.

            Ku menanti detik demi detik yang terus bergulir meninggalkan waktu-waktu yang penuh kecemasan dalam kesendirian. Aku memutuskan untuk Tahajjud, memohon kesembuhan atas Khalil kepada Allah, yang maha memberi kesembuhan.

“Syafa..” kudengar suara lembut memanggil namaku.

“kamu sudah bangun, Kal.. Kal, aku…’’Airmataku kembali meleleh.

“kamu nggak perlu sedih, Fa. Makasih ya kamu masih mau jagain aku disini.”

“kenapa harus trimakasih, Kal? Memang sekarang keadaannya sudah nggak seperti dulu waktu kita masih pacaran. Tapi ini nggak akan mengubah perasaan dan kasih sayangku padamu, Kal. Bukannya kamu yang ngajak aku untuk belajar menjalani syariah untuk tidak berpacaran.. dan cukup kita menyimpan perasaan diantara kita dalam hati. Dan bila kita berjodoh, kita insyaallah akan dipersatukan dengan takdirNya..”

“Amiin..kamu benar, Fa.. makasih, ya.. Fa, kamu selalu mengerti aku.”

 

Setelah diperbolehkan pulang oleh dokter, aku ditemani semua sahabat-sahabatku membawa Khalil pulang kerumahnya. Aku meminta izin kepada sahabat-sahabatku untuk merawat Khalil dirumahnya bersama bunda angkatku di Bukit karena Khalil memang hanya sendirian dirumah, semua keluarganya di Selangor. Khalil tidak memberitahukan tentang kecelakaannya, Khalil tidak ingin keluarganya mencemaskannya.

 “Itu keputusan yang baik, dek.. pasti kamu sangat mencintai Khalil..” bang Riki mewakili semuanya menyetujuinya.

…..

Setiap hari aku merawat dan memenuhi kebutuhan Khalil. Memasak, memberikan obat, bahkan merebus air untuk mandi Khalil. Memang semua kebutuhannya sudah kupenuhi, tapi nampaknya hatinya masih miris. Bagaimana tidak? Dia sedang sakit dan tidak ada satupun keluarganya yang tahu. Aku diam-diam menelfon mamanya Khalil, aku nggak sanggup melihat kesedihan Khalil.

 “Apa?! Khalil kecelakaan?“

Tante Syahrin sangat shock mendengarnya. Dia akan segera pulang ke Bukit.

…..

“sayang, kenapa sama kamu, Kal? Kamu kok nggak bilang mama..!”

Tante Syhrin menangis sejadi-jadinya melihat keadaan Khalil yang badannya penuh memar dan luka, bahkan mengalami patah tulang di kaki kirinya akibat kecelakaan motor yang dia alami. Aku berniat masuk menemui Khalil dan mamanya. Tapi mamanya kaget melihatku datang. Dia langsung memberondongku dengan sejuta pertanyaan yang menyudutkanku. Kamu siapa? Kenapa kamu bisa ada disini? Ada hubungan apa dengan Khalil? Huff, aku sudah pasrah.

“Kami pernah pacaran, ma..”Khalil menjawab.

Kontan mamanya marah. Memang dari dulu Khalil tidak boleh pacaran selama dia belum lulus kuliah dan bisa mandiri. Itu keputusan keluarganya yang juga berlaku untuk adiknya.

            Aku tak bisa menahan airmataku. Aku merasa tersudut dan disalahkan dalam hal ini. Aku berniat pulang dan meninggalkan Khalil dan mamanya. Tanganku ditahan Khalil seraya memaksakan diri berdiri dari tempat tidurnya.

“Ma, mama tahu nggak.. kami berkomitmen untuk tidak pacaran lagi demi menjalani syariah Islam, dan Syafa juga mau mengerti ketika Khalil cerita kalau mama nggak izinin Khalil pacaran sebelum Khalil bisa mandiri. Dan asal mama tahu, Syafa lah yang selama dirumah sakit bahkan sampai sekarang merawat Khalil dirumah,ma...” Khalil menjelaskan semuanya.

Aku sangat terharu atas apa yang dilakukan Khalil untuk membelaku. Namun aku tetap harus pergi.

“jangan pergi,Syafa..”

Tante Syahrin menahanku pulang. Dia menanyaiku alasan kenapa aku mau merawat Khalil. Aku  kehilangan kata-kata untuk menjawab.

 “kami saling mencintai, ma.” Khalil menegaskan..

“kalian menikah saja.”

Kontan aku dan Khalil terperangah akan kata-kata mamanya. Dia memang wanita karir yang sangat sibuk, dia tidak punya banyak waktu untuk tetap tinggal di Bukit merawat Khalil. Dia ingin aku merawat Khalil dengan lebih leluasa, dan kami harus menikah. Padahal aku dan Khalil masih kuliah, apalagi Khalil belum bekerja. Masih terlalu dini untuk menapaki jenjang pernikahan.

 “saya akan menelfon orangtua kamu, Fa.” Tante syahrin tetap keukeh.

……

Hari ini menjadi hari yang tak pernah terduga buat aku dan Khalil. Cinta dalam hati yang kami jalani menjadi cinta yang nyata, kami dipersatukan Allah dengan takdirnya. Keluargaku dari Hometown dan the smart anim brother menjadi saksi pernikahanku dengan Khalil, lelaki yang sangat aku cintai.

“Khalil al-danil, saya nikahkan engkau dengan putriku syafa zivaratul vivi dengan maharnya seperangkat alat sholat, tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Syafa zivaratul vivi dengan mahar nya seperangkat alat sholat, tunai..”

Alhamdulillah….

The End

 

CREATED ON  :AUGUST 16th  2011, Ramadhan, 00:21 Am

BY             :EVI RISMAWATI

 

Komentar

Foto evi guardian angel

sbnrnya aku suka bgt buat

sbnrnya aku suka bgt buat cerpen,, tapi aku nggak tahu bagaimana menulis cerpen yg baik itu.. mhon kmomentarnya ya akhi, ukhti... saudara2 smua

Foto Asmuni

Salam kenal Evi

Banyaknya orang yang membaca cerpen ini, sehingga menjadikan cerpen ini TERPOPULER SEBULAN TERAKHIR, membuktikan kualitas cerpen ini. Karya hebat itu karya yang banyak disukai. Jangan pernah takut untuk menulis. Sukses...

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler