Skip to Content

Puisi ke 22 dalam MENGHITUNG RINDU (1)

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

 

KISAH DADA KENYAL YANG TUMPAH  

 

Tali disentuh lembut dada kenyal tumpah

Cemara kokoh lalu lunglai rebah indah

Layar merah muda yang mengembang tergulung sudah

Api tanpa asap muncul membakar tiap titik gairah

 

Tembang belalang nyaring di pohon belimbing

Cacing malas mengelinjang merayap di tanah basah

Gadis manis malam pertama perawan disunting

Jarum detik berdetak sedikitpun saat tak pernah lengah

 

Semesta bernyanyi bertanya apa peduliku tentang dunia

Aku balik bertanya adakah arti nyanyianku tentang mereka

Biar lautan dikeringkan jadi kering dan bumi jadi rata

Aku hanya tak ingin puisiku kehabisan kata-kata

 

Berjuta-juta kening disujudkan berjuta do’a diterbangkan

Berjuta puji hanya jadi nyanyi berjuta puja jadi persembahan

Kembali ke dalam dada berubah menjadi benteng keangkuhan

Aku melihat berjuta-juta kebodohan pada kanvas lukisan

 

Ringkik kuda ringkik keledai ringkik jembalang menyeringai

Jin setan hantu tuyul kuntilanak tersenyum tangan melambai

Tak ada batas jelas bahwa perjalanan telah sampai

Sedikit mata hati sedikit jiwa sadar bahwa kita memang lalai

 

Cemara meliuk lemah lunglai dada kenyal rebah indah

Puisiku tetap bulat utuh tidak terbelah

Biarlah aku diam sadar kalah

Aku harus mengaku bahwa aku punya segudang gelisah

 

201704161645 Kotabaru Karawang

Komentar

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

,

,

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler